Kawasan Pasar Rumput, Jakarta Selatan, sering menjadi arena tawuran antarwarga. Dalam sepekan, sudah dua kali tawuran yakni Senin (20/8) dan Kamis (23/8). Aparat keamanan selalu datang membubarkannya. Tapi aneh, tawuran ini dari dulu terjadi, dan terus terulang.
Tawuran yang terjadi di perÂbatasan antara Kelurahan Pasar Manggis, Setiabudi, Jakarta SeÂlatan, dan Menteng Tenggulun, Jakarta Pusat ini membahayaÂkan, mengganggu ketertiban, dan merusak fasilitas umum.
Misalnya, saat tawuran lalu itu, halte Transjakarta Pasar Rumput rusak parah. Kaca pecah pada bagian samping loket arah Dukuh Atas. Selain itu, LED PIS display di kedua arah juga retak parah. Lampu neon di depan loket ikutan pecah.
Menanggapi hal ini, pengamat perkotaan Universitas Trisakti, Nirwono Joga mengimbau, pendekatan yang harus diambil adalah pendekatan sosial kepada dua belah pihak yang bertikai. Hal ini diperlukan untuk mengÂgali informasi akar permasalaÂhan pemicu tawuran.
Mengenai pasang kamera
closed circuit television (CCTV), menurut Nirwono, boleh saja unÂtuk mendapatkan bukti tawuran. Tapi itu tak menyelesaikan masalah.
"Di samping penanganan jangka pendek, pasang CCTV, polisi menjaga daerah rawan, harus juga dicari penyebab utamanya. Pertemukan kedua belah pihak untuk mencari akar masalahnya," kata Nirwono.
Bisa jadi, kata Nirwono, pemicunya adalah kekurangan ruang publik untuk berekspresi para pemuda dan remaja daerah tersebut. Namun perlu juga diseÂlidiki, apakah ada unsur kriminal seperti dugaan bisnis dan tranÂsaksi narkoba di kedua kampung yang bertikai rutin ini.
Jika sudah ketemu akar masalahnya, tentukan solusi yang paling tepat dan jitu. Jika penyebabnya masalah sosial, maka pembinaan sosial yang harus dikedepankan. Tetapi jika ada unsur kriminal, tentu pihak kepolisian dapat langsung melakukan tindakan tegas. "LiÂbatkan seluruh pihak, terutama warga," tandasnya.
Gubernur DKI Jakarta AnÂies Baswedan akan memasang kamera CCTV di lokasi yang sering terjadi tawuran. Kamera ini akan membantu petugas meÂmantau pelanggaran. Soalnya, selama ini, tawuran yang terjadi jarang ditindak karena tidak ada bukti pelanggaran.
Keberadaan CCTV diharapÂkan bisa menjadi alat bukti bagi aparat keamanan untuk mengusut lebih jauh pelaku perusak dan tawuran tersebut.
"Ada permintaan untuk peÂmasangan CCTV, nanti akan kita pasang CCTV di tempat kejaÂdian. Itu permintaan dari aparat keamanan dan akan kita siapkan. Siapa pun yang melanggar bisa ada tindakan. Soalnya sering kali ada pelanggaran tapi sulit memÂbuktikannya. Nah, kita berharap itu bisa membantu," kata Anies di Balaikota, Jakarta Pusat.
Pelaksana tugas (plt) Kepala Dinas Komunikasi, Informasi dan Statistik (Diskominfotik) DKI Jakarta Netti Herawat akan menindaklanjuti intruksi Anies. Pihaknya akan memasangnya di area rawan tawuran. "Sudah dirapatkan dan ditentukan lokasi yang akan dipasang CCTV. Dan saya sudah berkoordinasi dengan Bali Tower sebagai penyedia CCTV," ujar Netti.
Camat Setiabudi Dyan AirÂlangga menyatakan, pemasangan CCTV ini diperkirakan selesai pekan depan. Akan ada 10 kamera CCTV yang dipasang di titik-titik di Jalan Sultan Agung, Pasar RumÂput, Jakarta Selatan, dan Menteng Tenggulun, Jakarta Pusat, dan di jembatan yang menghubungkan kedua wilayah tersebut. "Ada 10 titik, sudah ditentuin titik-titiknya. Kalau terjadi tawuran, bisa dipanÂtau tuh. Janjinya sih minggu deÂpan, satu minggu janjinya selesai," ujar Dyan.
Lewat kamera CCTV, pelaku tawuran akan gampang diindenÂtifikasi dan dapat ditindak oleh polisi. "Kami ingin memberikan efek jera kepada para pelaku tawuran supaya berpikir berkali-kali kalau mau tawuran karena kan dipantau. Jadi law enforceÂment, tindakan tegas terhadap provokator maupun para pelaku tawuran ini," tegasnya.
Selain CCTV, dia mengatakan, jajaran Polres Metro Jakarta SeÂlatan dan Polres Metro Jakarta Pusat akan membentuk satuan tugas anti tawuran. Kepolisian juga akan memperkuat penjagaan di lokasi yang kerap dijadikan arena tawuran warga. ***