Berita

Dubes Venezuela Gladys Urbaneja Duran memperlihatkan catatannya atas upah minimum baru./RMOL

Dunia

Dubes Venezuela: Situasi Ekonomi Tidak Seburuk Yang Diberitakan

SELASA, 28 AGUSTUS 2018 | 00:50 WIB | LAPORAN: TEGUH SANTOSA

Kondisi perekonomian Republik Bolivarian Venezuela tidak seburuk yang diberitakan media-media Barat yang selama ini terkesan selalu memojokkan negara Amerika Latin itu.

Menurut Dutabesar Venezuela Gladys Urbaneja Duran, pemerintah negaranya sedang melakukan sejumlah hal untuk melawan hiperinflasi dan memperkuat fundamental ekonomi di tengah krisis yang dipicu oleh blokade dan sanksi besar-besaran kubu lawan.

“Kami percaya keadaan akan menjadi lebih baik. Tidak ada situasi rusuh di dalam negeri,” ujar Dubes Gladys Urbaneja Duran dalam perbincangan dengan Kantor Berita Politik RMOL di lobi Hotel Gran Melia, Jakarta Selatan, Senin sore (27/8).

Hal pertama yang dilakukan pemerintah, seperti telah disampaikan oleh Presiden Nicolas Maduro Moros awal pekan lalu (Senin, 20/8), adalah mengkonversi nilai mata uang dengan memotong lima nol pada lembar atau banknote bolivar lama yang sering disebut “strong bolivar” atau “bolivar kuat”.

Setelah lima nol dieliminasi, mata uang negara itu diberi nama baru, “bolivar soberano” atau “sovereign bolivar” yang kalau diindonesiakan berarti “bolivar berdaulat”. Banknote bolivar berdaulat mulai beredar Selasa pekan lalu (21/8).

Pemerintah Venezuela juga menaikkan upah minimum dari 5,5 juta bolivar kuat menjadi 150 juta bolivar kuat, atau 1.500 bolivar berdaulat.

Pemerintah juga telah menandatangani kesepakatan dengan produsen produk makanan untuk mematok harga 25 produk makanan sehingga tidak ada kenaikan harga setelah upah minimum dinaikkan. Dengan demikian, upah minimum baru diharapkan memiliki daya beli yang memadai.

“Sebelum ini, setiap kali pemerintah menaikkan upah minimum, produsen produk makanan selalu menaikkan harga. Akibatnya daya beli masyarakat menjadi sangat lemah,” ujar Dubes Duran lagi.

Dia juga menjelaskan bahwa matauang baru Venezuela menggunakan matauang kripto Petro sebagai patokan. Matauang bolivar berdaulat setara dengan setengah matauang kripto Petro.

Matauang kripto atau cryptocurrency Petro diterbitkan pemerintahan Maduro beberapa waktu lalu untuk menghadapi situasi ekonomi yang memburuk akibat sanksi Amerika Serikat.

Nilai matauang kripto Petro setara dengan harga satu barrel minyak mentah di pasar internasional yakni sekitar 70 dolar AS.

“Dengan demikian, satu bolivar berdaulat setara dengan 35 dolar AS,” sambung Dubes Gladys Urbaneja Duran.

Mengutip penjelasan Presiden Maduro, dia mengatakan bahwa upah minimum baru akan berlaku pada 1 September 2018. Karena itu pemerintah telah memutuskan memberikan bonus sebesar 600 bolivar berdaulat kepada masyarakat  untuk menutup selisih harga yang terjadi antara tanggal 20 hingga 30 Agustus.

Pada bagian lain, Dubes Gladys Urbaneja Duran juga mengatakan bahwa matauang baru diberlakukan untuk menghadapi penyelundupan matauang lama ke negara tetangga Kolumbia.

Para penyelundup, katanya, mengirimkan lembar kertas bolivar dalam jumlah banyak hingga bertruk-truk ke Kolumbia untuk warganegara Venezuela yang melarikan diri kesana.

Hubungan Venezuela dan Kolumbia memang memburuk beberapa waktu belakangan ini. Venezuela menuding Kolumbia ikut dalam upaya pihak Amerika Serikat mensabotase negara itu.   

Pada bagian lain, Dubes Venezuela juga menjelaskan bahwa saat ini pemerintah Venezuela tengah melakukan pembicaraan dengan produsen obat-obatan untuk mematok harga obat-obatan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Dia yakin, dalam waktu dekat kesepakatan itu akan dicapai. [guh]

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya