Berita

Foto/Net

Bisnis

Keputusan Tambah Beras Impor Terlalu Terburu-buru

Pasokan & Produksi Padi Normal
MINGGU, 26 AGUSTUS 2018 | 08:37 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Sutarto Alimoeso memastikan, saat ini pasokan dan produksi padi dalam kondisi normal dan stabil.

"Saya udah tanya ke daerah-daerah, pasokan (beras) dalam kondisi normal, tidak ada ke­langkaan. Dari sisi produksi juga baik-baik saja, tidak ada gangguan hama. Harga gabah memang sedikit tinggi, tapi itu wajar, karena para petani ingin menikmati hasil panenya," ungkap Sutarto kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Sutarto menilai, pemerintah terlalu terburu-buru memutus­kan menambah impor beras 1 juta ton. Sebab, tahun ini masih ada masa panen raya pada bulan Oktober. Seharusnya pemerintah menunggu dahulu sampai masa panen selesai. Nanti, dari hasil panen bisa diketahui apakah beras impor masih diperlu­kan. Kalau dibutuhkan, mudah menghitungnya berapa kebutu­hannya.


Jika pemerintah impor tujuannya hanya untuk cadangan, lanjut Sutarto, seharusnya jum­lahnya jangan dalam jumlah besar.

Dia menuturkan, impor be­ras sedikit banyak menganggu psikologis pasar. Pengusaha penggilingan padi akan enggan membeli gabah petani. Karena harga beras berpotensi jatuh dengan masuknya beras impor. Kondisi itu akan menekan harga gabah petani.

"Kalau harga gabah jatuh, petani tidak bergairah mena­nam. Pasar beras pun lesu," imbuhnya.

Tolak Alasan Pemerintah

Ketua Komisi IV DPR Edhy Prabowo juga menentang keputusan pemerintah kembali mengimpor beras.

"Tidak ada alasan kondisi mendesak kita harus mengimpor beras. Keputusan itu tentu sangat aneh. Saya yakin seluruh fraksi di Komisi IV menolak kebijakan impor," kata Edhy.

Edhy mengakui, pada awal tahun Komisi IV mengizinkan pemerintah impor beras. Sebab ketika itu Indonesia memang memerlukan tambahan stok karena pasokan di dalam negeri minim dan harga beras tinggi. Kondisi itu berbeda dengan sekarang dimana pasokan dan harga stabil. Tak hanya itu, kondisi pertanian juga dalam keadaan normal-normal saja.

"Pada awal tahun, pemerintah impor 1 juta ton untuk stok. Sekarang untuk stok lagi? Impor tidak haram jika memang dibu­tuhkan," cetusnya.

Edhy menuturkan, pihaknya akan menyelidiki kejanggalan dibalik impor beras. Selain itu, pihaknya akan menuntut tanggung-jawab pemerintah jika sampai harga gabah petani jatuh. "Harus ada yang tanggung jawab menyelamatkan gabah petani," tegasnya.

Ketua DPR Bambang Soesa­tyo mendukung rencana Komisi IV DPR memanggil pihak Ke­menterian Perdagangan (Ke­mendag) untuk mengorek in­formasi latar belakang alasan impor beras. "Pemerintah perlu menjelaskan secara lebih detail terkait kebijakan impor beras karena kabarnya stok beras men­cukupi," kata Bambang.

Bambang mengatakan, penguatan cadangan beras na­sional sejatinya bagus. Na­mun harus diikuti kehati-hatian karena impor kerap menimbul­kan aksi spekulan.

Sebelumnya, Menteri Per­dagangan Enggartiasto Lukita menjelaskan, keputusan impor beras karena stok beras menga­lami penurunan.

Dia menegaskan, keputusan impor tidak dilakukan pihaknya sepihak. Tetapi, diputuskan melalui rapat bersama instansi terkait.

"Dalam rapat, hadir Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Darmin Nasution, Menteri Per­tanian Amran Sulaiman dan Direktur Utama Bulog, Budi Waseso. Kami mempertimbang­kan perkembangan terkini," ungkap Enggar.

Izin penambahan impor tersebut, lanjut Enggar, dipu­tuskan sekitar tiga bulan. Pe­rum Bulog diberikan waktu melakukan impor hingga bulan September. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya