Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
SEMUANYA sudah diranÂcang oleh Allah Swt, Sang Maha Pencipta. Termasuk kejatuhan manusia meningÂgalkan langit kebahagiaan menuju ke bumi penderiÂtaan. Tidak ada yang perlu disesali, termasuk tidak perÂlu memojokkan perempuan sebagai pihak paling berÂtanggung jawab dengan terjadinya "dosa warÂisan" yang menyengsarakan manusia. Tidak perlu juga ada teologi misoginis, sebuah keyaÂkinan yang menimbulkan penyesalan dan keÂbencian kepada perempuan yang dianggapnya sebagai "penggoda" (temptator), menyebabÂkan suaminya, Adam tergoda memakan buah terlarang dari pohon keabadian (al-syajarah al-khuld). Dalam ayat Al-Qur'an sudah banÂyak ditegaskan kalau tempat hunian manusia itu adalah bumi, sebagaimana ditegaskan daÂlam ayat: : "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau henÂdak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiaÂsa bertasbih dengan memuji Engkau dan meÂnyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "SesungÂguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Q.S. al-Baqaeah/2:30).
Jatuhnya manusia ke bumi sebuah hikmah besar bagi manusia dan dunia kemanusiaan. Seandainya nenek moyang kita Adam dan Hawa tidak turun ke bumi dan tetap saja di surÂga, maka bisa dipastikan keduanya tidak memÂpunyai keturunan dan tentu kita semua tidak ada. Surga bukan tempat untuk berkembang biak melainkan tempat untuk menerima balaÂsan prestasi yang pernah dilakukan di bumi. Kita harus memahami bahkan mensyukuri keÂjatuhan Adam dan Hawa ke bumi karena perisÂtiwa itulah yang melahirkan kapasitas manusia sebagai khalifah (al-khalaif al-ardh). SeandainÂya keduanya tetap di surga tentu gelar kekhaliÂhahan mulia ini tidak pernah diraih.
Kisah kejatuhan manusia ke bumi, para teÂolog banyak menyalahkan Hawa. Dalam traÂdisi Yahudi dan Kristen masih sering membaÂhas secara dramatikal Kitab Kejadian (Genesis) Perjanjian Lama, khususnya pasal 1-23, yang melukiskan perempuan sebagai subordinasi laki-laki dan penyebab dosa warisan. Pasal-pasal tersebut juga melahirkan tafsir misogÂinis, seperti diungkapkan dalam Kitab Talmud, sebuah kitab tafsir bible yang amat klasik, teruÂtama dapat dilihat di dalam Kitab Eruvin 100b, di sana dijelaskan bahwa akibat pelanggaran Hawa/Eva di Surga maka kaum perempuan seÂcara keseluruhan akan menanggung 10 beban penderitaan, yaitu: 1) Perempuan akan menÂgalami siklus menstruasi, yang sebelumnya tidak pernah dialami Hawa di surga. 2) PeremÂpuan yang pertama kali melakukan persetubuÂhan akan mengalami rasa sakit. 3) Perempuan akan mengalami penderitaan dalam mengasuh dan memelihara anak-anaknya. 4) Perempuan akan merasa malu terhadap tubuhnya sendÂiri. 5) Perempuan akan merasa tidak leluasa bergerak ketika kandungannya berumur tua. 6) Perempuan akan merasa sakit pada waktu melahirkan. 7) Perempuan tidak boleh menÂgawini lebih dari satu laki-laki. 8) Perempuan masih akan merasakan keinginan hubungan seks lebih lama sementara suaminya sudah tidak kuat lagi. 9) Perempuan sangat berhasrat melakukan keinginan berhubungan seks terhÂadap suaminya, tetapi amat berat menyampaiÂkan hasrat itu kepadanya. 10) Perempuan lebih suka tinggal di rumah.
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Senin, 08 Desember 2025 | 19:12
Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00
Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03
UPDATE
Minggu, 14 Desember 2025 | 19:39
Minggu, 14 Desember 2025 | 19:16
Minggu, 14 Desember 2025 | 19:07
Minggu, 14 Desember 2025 | 18:24
Minggu, 14 Desember 2025 | 18:07
Minggu, 14 Desember 2025 | 17:34
Minggu, 14 Desember 2025 | 17:10
Minggu, 14 Desember 2025 | 17:09
Minggu, 14 Desember 2025 | 16:12
Minggu, 14 Desember 2025 | 16:10