Dibalik keputusan Jokowi memilih Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Ma'aruf Amin sebagai cawapresnya, terdapat kekecewaan yang dialami akar Hukum Tata Negara, Mahfud MD. Sebab sebelumnya, bekas Ketua Tim Sukses Probowo Subianto pada Pilpres 2014 itu dirumorkan menjadi kandidat kuat pendampÂing Jokowi. Akan tetapi di akhir penutupan pendaftaran capres, Jokowi lebih memilih Kiyai Ma'aruf dibanding Mahfud.
Di salah satu stasiun televisi swasta, Mahfud secara terbuÂka menjelaskan kisah di balik kegagalannya mendampingi Jokowi. Pria kelahiran Madura itu menyebutkan beberapa tokoh Nahdlatul Ulama, serta petÂinggi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menjadi dalang di balik kegagalannya maju sebagai cawapres Jokowi.
Terlebih lagi, putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid menegaskan sikap NU tidak bisa diwakili oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama alias PBNU yang banÂyak diisi politisi PKB. Lantas bagaimana tanggapan Ketua Umum (Ketum) PKB, Muhaimin Iskandar terkait hal ini? Berikut pemaparan sepengkapnya.
Sebagi ketum partai berÂbasis warga Nahdliyin, baÂgaimana Anda menyikapi Mahfud yang membeberkan kisah gagalnya menjadi bakal cawapres Jokowi?Saya tidak tahu apakah ada yang kecewa. Hidup mesti keÂcewa dan juga ada yang senang. Biasa itu mah.
Putri almarhum Gus Dur, Yenny Wahid mengatakan meskipun Ma'ruf Amin menÂjadi cawapres, suara NU tidak bakal bulat dukung Jokowi. Bagaimana itu?Kata siapa? Kita buktikan saja. Saya telah membuktikan 11 juta suara solid di tahun 2014 bersama Kiyai Ma'ruf. 11 juta lho angka yang cukup besar itu.
Dengan ada pernyataan Yenny Wahid dan Mahfud MD, apakah Anda khawatir suara NU terpecah?Dari dulu biasa perbedaan pendapat di NU, wajar. Akan tetapi yang paling penting pada akhirnya itu kebersamaan dan solidaritas persatuan. Hal demikan pasti akan menjadi komitmen semua.
Jadi suara NU tetap bakal solid?Insya Allah simbol Kiyai Ma'ruf sangat cukup ya.
Langkah konkret apa yang dilakukan PKB untuk memasÂtikan suara NU benar-benar solid?Tinggal gerilya di bawah bahÂwa orang NU wajib pilih NU.
Bagaimana perkembangan tim sukses Jokowi-Ma'ruf?Soal timses sepenuhnya keÂwenangan Pak Presiden sebagai capres. Saya tidak dilibatkan dalam penyusunan di timses.
Nama-nama timses mungÂkin sudah ada pada ketum partai koalisi?Tidak, sepenuhnya kami seÂrahkan ke beliau.
Mahfud MD menolak jadi ketua tim pemenangan, bagaimana itu?Ya tidak apa-apa.
Memangnya siapa yang meÂnawarkan Mahfud MD menÂjadi timses Jokowi-Ma'ruf?Saya tidak tahu. Toh yang nawari siapa yang ditawari siapa. Tidak jelas sekarang yang nawari itu siapa dan yang ditaÂwari itu siapa.
Kalau Mahfud MD tidak dirangkul, suara NU akan terpecah?Tidak tahu. Kiyai Ma'ruf cukup menjadi simbol perekat NU seluruh Indonesia. Beliau figur yang cukup untuk modal menkonsolidir suara NU dan Partai Kebangkitan Bangsa.
Untuk kembali merangkul Mahfud MD bagaimana?Saya tidak tahu siapa yang meÂnawari Pak Mahfud. Sedangkan apakah sudah menolak atau menerima saya belum tahu. Siapa yang nawari juga kok.
Tidak jadi masalah seanÂdainya Mahfud MD ditarik kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno?Tidak masalah. Tahun 2014 juga ada (Pak Mahfud). Tapi ya artinya kalau mau jadi bagian dari Pak Jokowi bagus. Sebab itu yang kami harapkan.
Apa kendalanya sehingÂga pemilihan Ketua Timses Jokowi-Ma'ruf seolah lama?Ya memang harus rapi. Toh orang yang mempunyai kemamÂpuan, kemauan, motivasi, dan juga menyimpan rahasia. Kalau tidak bahaya, ya kalau tidak menyimpan rahasia.
Apakah ada pertimbangan politik di dalam pemilihan ketua timses Jokowi-Ma'ruf?Tidak, yang nomor satu itu kualitas, integritas kemampuan, kemudian mau berkorban.
Yang pasti bukan non-parÂpol?Tidak tahu sebab sepenuhÂnya capres yang menentuÂkan. ***