Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
KEMATIAN Utsman ibn AfÂfan meninggalkan rangkaÂian persoalan politik dan berdampak pada suksesi Ali ibn Abi Thalib. Al ibn Abi Thalib lahir di Makkah, daerÂah Hijaz, Jazirah Arab (599- 661 M). Ibunya yang bernaÂma Fatimah binti Asad, cucu dari Hasyim. Ia salah seorang pemeluk Islam pertama paling junior dan juga keluarga Nabi. Ia adalah sepupu Nabi Muhammad sekaligus menantunya setelah menikah dengan Fatimah binti Asad. Ia adalah Khalifah terakhir (IV) dari Khulafaur Rasyidin, meskipun menurut Syi’ah, ia merupakan Imam sekaligus khalifah pertama yang dipilih oleh Rasulullah Muhammad SAW. Syi’ah berpendapat bahwa Ali adalah khalifah yang berhak menggantikan Nabi Muhammad, dan sudah ditunjuk oleh Beliau atas perintah AlÂlah sebagaimana sering dirujuk peristiwa GhadÂir Khum. Ali dikenal oleh dunia sunny dan syi'ah sebagai sahabat yang cerdas dan pintar. Ali mendapatkan gelar Karramallahu Wajhah atau semoga Allah memuliakan wajahnya.
Prestasi Sayyidina Ali banyak sekali. Selain pintar, ia juga sangat setia mendampingi perÂjuangan Nabi. Ia bersedia tidur di kamar Nabi dan menggunakan selimutnya untuk mengeÂlabui orang-orang Quraisy yang akan menggagalkan hijrah Nabi. Setelah pasukan elite berÂmaksud membunuh Nabi, alangkah kagetnya kalau orang yang ada di kamar dan mengguÂnakan selimut Nabi ternyata Ali. Nabi bersama Abu Bakar sudah jauh meninggalkan Kota MakÂkah dan lolos dari pengintaian musuh. Sayidina Ali juga dikenal sangat cerdas. Ia anak muda tetapi memiliki pendirian tegas dan otak cemerÂlang. Nabi pernah mengatakan ambil separoh ilmu dari Ali.
Ali bin Abi Thalib berkuasa selama kurang lebih 4 tahun. Ali meninggal di dalam suasana umat yang sedang terpecah belah. SepeningÂgal Ali, kepemimpinan diambil alih oleh MuawiÂyah bin Abi Sufyan melalui kekuatan pedang. Sayyidina Ali adalah sosok terakhir kepemimpiÂnan Khulafa' al-Rasyidin. Selanjutnya ia memÂbentuk sistem pemerintahan kerajaan yang suksesinya berlangsung secara turun temurun tanpa melalui proses musyawarah. Demikian seterusnya sampai Daulat Umayyah ditaklukÂkan oleh Daulat Abbasyiah yang juga mengaÂnut sistem monarki. Para pemimpin umat seÂsudahnya pada umumnya apara politisi murni, bukan lagi ulama. Berbeda dengan kepemimpiÂnan sebelumnya mengombinasikan diri sebagai figur ulama dan umara. Krisis keulamaan yang dialami para pemimpin sesudah Sayidina Ali mencerminkan pola kepemimpinan pada rezim kekuasaan masing-masing penguasa. Baik rezim Mu'awiyah maupun rezim Abbasiyah suÂlit sekali ditemukan figur pemimpin yang menÂgombinasikan kapasitas ulama dan umara.
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Senin, 08 Desember 2025 | 19:12
Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00
Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03
UPDATE
Minggu, 14 Desember 2025 | 19:39
Minggu, 14 Desember 2025 | 19:16
Minggu, 14 Desember 2025 | 19:07
Minggu, 14 Desember 2025 | 18:24
Minggu, 14 Desember 2025 | 18:07
Minggu, 14 Desember 2025 | 17:34
Minggu, 14 Desember 2025 | 17:10
Minggu, 14 Desember 2025 | 17:09
Minggu, 14 Desember 2025 | 16:12
Minggu, 14 Desember 2025 | 16:10