Berita

Foto/Net

Bisnis

Duh, Pemerintah Kembali Impor Beras 1 Juta Ton

Petani Resah Harga Gabah Bakal Anjlok
SELASA, 21 AGUSTUS 2018 | 08:50 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Klaim Kabinet Kerja berhasil swasembada beras layak dipertanyakan. Sebab, pemerintah kembali membuka keran impor komoditas pokok tersebut sebanyak 1 juta ton lagi. Jika ditotal, jumlahnya mencapai 2 juta ton pada tahun ini.

 Pemerintah sudah menge­luarkan izin impor beras ke­pada Perum Bulog. Penugasan itu yang kedua kalinya tahun ini. Sebelumnya, Bulog sudah melakukan impor 1 juta ton. Impor itu sudah direalisasikan pada bulan Februari 2018 sebe­sar 500 ribu ton. Dan, Mei 2018 sebesar 500 ribu ton.

Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengungkapkan, keputusan penam­bahan impor beras ditetapkan dalam Rapat Koordinasi Terba­tas (Rakortas) pada pertengahan tahun 2018.


"Rakortas dipimpin Menko Perekonomian (Darmin Na­sution). Semua hadir, saya, ada Menteri Pertanian (Amran Sulaiman), Dirut Bulog (Budi Waseso), dan perwakilan dari Kementerian Badan Usaha Mi­lik Negara (BUMN)," ungkap Enggar di Jakarta, kemarin.

Enggar menjelaskan, be­ras impor tersebut digunakan untuk cadangan. Beras akan digelontorkan ke pasar jika diperlukan.

Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag Oke Nur­wan memastikanm impor beras dilakukan dengan mempertim­bangkan stok cadangan beras di dalam negeri.

"Stok cadangan beras yang dimiliki Bulog hanya 900 ribu ton. Perkiraaan kebutuhan 2 juta ton sudah diproyeksi sejak awal tahun," ungkapnya.

Sebenarnya, lanjut Oke, Bulog hanya diberikan waktu sampai Agustus untuk merealisasikan semua jatah impor beras pada tahun ini hingga 2 juta ton.

Namun, karena belum se­muanya terealisasi, Bulog mengajukan perpanjang waktu izin impor 1 juta ton lagi sampai akhir September.

Petani Kecewa

Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Wi­narno Tohir resah dengan kebi­jakan penambahan impor beras. Sebab, bisa dipastikan keputusan itu merugikan petani. Apalagi pada saat realisasi beras impor tahap Idan II, harga gabah menurun.

"Kami khawatir kalau ada tambahan beras impor 1 juta ton lagi, harga Gabah Kering Panen (GPK) akan jatuh," ungkap Winarno.

Padahal, lanjut Winarno, saat ini petani sedang menikmati harga gabah kering panen yang lumayan yakni Rp 4.500-Rp 5.000 per kilogram (Kg).

Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Sutarto Alimoeso juga memiliki kekha­watiran yang sama. Menurutnya, banyaknya beras impor akan memberikan dampak psikologis ke petani.

"Harga beras di dalam negeri mungkin turun tapi harga gabah masih tinggi. Kalau harga gabah turun, petani juga tidak mau menanam padi," ujar Sutarto.

Seharusnya, lanjut Sutarto, sebelum memutuskan impor beras, pemerintah terlebih da­hulu melihat perkembangan stok dan produksi beras dalam satu hingga dua bulan terakhir.

"Apakah stok beras Bulog cukup? Harga bergerak naik atau tidak? Apakah produksi beras mencukupi. Kalau semuanya terkendali, untuk apa impor lagi," tegasnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sejak Januari hingga Juli 2018, realisasi impor beras Bulog sudah mencapai 1,18 juta ton dengan nilai 552,87 juta dolar Amerika Serikat (AS).

Sementara itu, stok di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) yang kerap dijadikan acuan Ba­dan Ketahanan Pangan (BKP), stok akhir beras di PIBC per 19 Agustus 2018 sebesar 40.343 ton. Seperti yang sudah-sudah polemik impor beras diikuti dengan tuntutan pembenahan data produksi pangan.

Baru-baru ini, Anggota Komisi IV DPR Ono Surono mendesak pemerintah membenahi data produksi agar pengambilan ke­bijakan bisa dilakukan dengan tepat. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya