Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

Pemerintah Harus Waspadai Potensi Krisis Ekonomi 6 Bulan Mendatang

SABTU, 18 AGUSTUS 2018 | 20:59 WIB | LAPORAN:

Pemerintah diimbau segera mengambil langkah antisipatif demi menyelamatkan ekonomi Indonesia dari jurang krisis.

Menurut Wakil Ketum Partai Gerindra Arief Poyuono, jika tidak mengambil langkah tepat maka ekonomi keluarga maupun perusahaan-perusahaan di Indonesia bisa terimbas perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok, sebagaimana terjadi dengan krisis ekonomi Turki yang tingkat inflasinya mencapai 20 persen.

"Beberapa langkah harus diambil untuk mengantisipasi krisis ekonomi yang akan menghantam ekonomi Indonesia," katanya kepada wartawan, Sabtu (18/8).

Arief memperkirakan, krisis ekonomi di Turki akan sampai ke Indonesia. Sebab, negara-negara di Eropa sudah mulai terdampak. Karenanya, agar tidak terlalu terdampak kondisi tersebut, pemerintah dan masyarakat harus segera menempuh langkah antisipatif.

"Pertama, minimalkan semua pengeluaran yang sifatnya konsumtif seperti cicilan elektronik, mobil, nyicil makan di restoran, dan lain-lain," katanya.

Langkah kedua adalah untuk sementara tidak melakukan transaksi saham. Sebab, saat ini harga-harga saham perusahaan di Indonesia tengah turun drastis.

"Jangan lakukan transaksi saham dulu," kata anak buah Prabowo Subianto itu memberikan saran.

Adapun, investasi yang paling baik aman saat ini adalah dalam bentuk emas ketimbang investasi uang, tabungan, deposito di bank dan lain sebagainya.

Arief pun mengimbau semua keluarga dan perusahaan di Indonesia untuk menyimpan uang tunai demi operasional minimal enam bulan ke depan. Sebab, ada kemungkinan inflasi dan situasi ekonomi pada tahun 1997 terulang kembali.

"Bagi yang gajinya dalam bentuk USD sangat beruntung karena USD akan makin menenggelamkan nilai rupiah. Kalau mau mulai investasi, usaha baru atau investasi proyek lebih baik tahan dulu minimum enam bulan ke depan," paparnya.

Bagaimana tidak, negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Vietnam sudah mulai terkena imbas krisis Turki dan Eropa.

"Pertamina dan PLN saja sekarang diminta hold investasi proyeknya karena berkonten USD selama enam bulan mendatang. Usahakan gaya hidup sederhana dan ekonomis dan menabung. Kemungkinan banyak PHK dan inflasi tinggi akibat Turki dan perang dagang USD dan China. Ini pesan untuk pemerintah Joko Widodo dan semua yang kerja maupun yang masih cari kerja," pungkas Arief yang juga ketum Serikat Pekerja BUMN Bersatu. [wah]

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Ukraina Lancarkan Serangan Drone di Beberapa Wilayah Rusia

Rabu, 01 Mei 2024 | 16:03

Bonus Olimpiade Ditahan, Polisi Prancis Ancam Ganggu Prosesi Estafet Obor

Rabu, 01 Mei 2024 | 16:02

Antisipasi Main Judi Online, HP Prajurit Marinir Disidak Staf Intelijen

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:37

Ikut Aturan Pemerintah, Alibaba akan Dirikan Pusat Data di Vietnam

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:29

KI DKI Ajak Pekerja Manfaatkan Hak Akses Informasi Publik

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:27

Negara Pro Rakyat Harus Hapus Sistem Kontrak dan Outsourcing

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:17

Bandara Solo Berpeluang Kembali Berstatus Internasional

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:09

Polisi New York Terobos Barikade Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:02

Taruna Lintas Instansi Ikuti Latsitardarnus 2024 dengan KRI BAC-593

Rabu, 01 Mei 2024 | 14:55

Peta Koalisi Pilpres Diramalkan Tak Awet hingga Pilkada 2024

Rabu, 01 Mei 2024 | 14:50

Selengkapnya