BEBERAPA hari setelah dua pasang capres-cawapres mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), dolar AS tiba-tiba menyalak. Menyentuh angka tertingginya di 2018. Tentu ini cukup mengejutkan. Meskipun lebih banyak dipengaruhi faktor global, tapi menjadi warning penting bagi perÂjalanan ekonomi negara kita.
Dalam pidato kenegaraan mengenai RAPBN 2019, Presiden Jokowi meÂmaparkan berbagai indeks kemajuan pembangunan dan indikator ekonomi positif yang telah dicapai Pemerintah. Namun, tetap penting diingatkan bahwa nilai tukar dolar AS yang galak, jika tak diantisipasi dengan tepat akan berimbas kemana-mana, termasuk melonjaknya harga-harga kebutuhan pokok rakyat. Ini penting dicermati. Jangan sampai, persoalan sembako jadi blunder di penghujung periode pemerintahan ini.
Tugas menstabilkan nilai tukar ruÂpiah, demi menjaga harga kebutuhan pokok adalah pekerjaan berat yang harus dipikul bersama. Presiden, kabinet dan para pemangku kebiÂjakan ekonomi baiknya kompak dan fokus bekerja.
Wajar saja jika di antara angÂgota kabinet ada yang masih ingin terus mengabdi di periode berikutnya. Tapi, jangan samÂpai hasrat ini membuat yang bersangkutan jadi lebih sibuk cawe-cawe di pilpres daripada memikirkan pekerjaan utamanya di Kementerian masing-masing.
Wajar saja jika di antara angÂgota kabinet ada yang masih ingin terus mengabdi di periode berikutnya. Tapi, jangan samÂpai hasrat ini membuat yang bersangkutan jadi lebih sibuk cawe-cawe di pilpres daripada memikirkan pekerjaan utamanya di Kementerian masing-masing.
Fokus Pemerintah saat ini adaÂlah menjamin ketersediaan panÂgan utama rakyat yaitu beras, gula dan minyak goreng. Jangan samÂpai langka. Bahkan kesan langka pun harus dihindari. Mafia pangan yang biasanya memanfaatkan situasi, penting diantisipasi untuk mencegah terjadinya kartel harga bahan kebutuhan pokok.
Menteri-menteri yang bergerak di sektor riil diharapkan ikut terjun langsung, memantau lapangan unÂtuk mengecek ketersediaan bahan pokok. Turba sangat penting, agar bisa melihat hingga ke lini yang palÂing dekat dengan masyarakat.
Para menteri di sektor riil tak perlulah ikut atau dilibatkan daÂlam kampanye pilpres maupun pileg. Mereka juga tak usahlah terjun jadi juru kampanye.
Khusus untuk menjaga nilai tukar rupiah, maka seluruh sektor nonmigas mesti diarahkan untuk menemÂbus pasar ekspor. Presiden, Wapres bersama Gubernur Bank Indonesia harus terus memonitor upaya penÂingkatan ekspor. Bank Indonesia bersama Menko Perekonomian jangan sampai lelah untuk terus mengimbau dan menyadarkan para eksportir agar membawa dolarnya ke Indonesia, jangan transit di Singapura atau Hongkong.
Dengan menjaga nilai tukar rupiah, otomatis harga kebutuhan pokok akan stabil. Harapan dan keinginan rakyat pada umumnya tidak terlalu rumit. Cukup makan, hidup aman dan nyaman.
Rakyat di lapisan bawah sudah tak mempan lagi dibuai janji dan omongan manis atau sekedar sloÂgan kebangsaan yang tak konkret. Jangan sampai pidato, visi dan misi hanya indah di kata-kata. Rakyat sejatinya hanya mengharapkan aksi nyata, bukan kata tanpa makna. ***
Catatan: Kiki Iswara Darmayana
