Berita

Rupiah/Net

Bisnis

Kemudahan Akses Produk Keuangan Dukung Penguatan Ekonomi

KAMIS, 16 AGUSTUS 2018 | 12:34 WIB | LAPORAN:

Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. BI 7 Days Reverse Repo Rate berada di level 5,5 persen dari sebelumnya 5,25 persen.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assiya Szami Ilman mengatakan, kembali naiknya suku bunga acuan BI sebagai bentuk upaya mempertahankan daya saing pasar keuangan dan menjaga defisit transaksi berjalan. Keputusan tersebut tepat untuk saat ini, dikarenakan adanya potensi The Fed akan menaikkan suku bunga kembali pada September dan akhir 2018.

"Langkah menaikkan suku bunga acuan diharapkan bisa menumbuhkan insentif investasi di produk keuangan domestik. Sehingga, peningkatan suku bunga acuan BI 7DRR sudah sewajarnya dilakukan," jelasnya kepada wartawan, Kamis (16/8).


Ilman menjelaskan, perlu juga pemerintah melakukan financial deepening atau meningkatkan ketersediaan jasa keuangan dalam bentuk kemudahan akses produk keuangan bagi masyarakat. Dengan menggiatkan financial deepening, perekonomian Indonesia dapat lebih tahan akan goncangan perekonomian global.

"Sebagai salah satu negara dengan populasi terbanyak di dunia, Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk meningkatkan partisipasi dalam jasa keuangan. World Bank’s Global Findex menunjukkan bahwa hingga 2017, baru 49 persen masyarakat Indonesia yang memiliki akun di lembaga keuangan. Selain dari sisi individu, pemerintah juga dapat mendorong instansi pemerintah dan juga BUMN untuk melakukan investasi dalam bentuk obligasi pemerintah," paparnya.

Walau begitu, BI tetap perlu mengantisipasi langkah The Fed yang diprediksi akan kembali menaikkan suku bunga sebanyak dua bahkan tiga kali hingga awal 2019. Kenaikan suku bunga tersebut nantinya dikhawatirkan kembali melemahkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

"Pelemahan nilai mata uang rupiah tersebut akan berdampak kepada berbagai kegiatan ekonomi, terutama di bidang perdagangan internasional. Produk-produk industri yang menggunakan bahan mentah yang diimpor akan mengalami peningkatan biaya produksi sehingga dapat menurunkan daya saing produk karena harga yang menjadi lebih mahal. Selain itu, komoditas pangan yang diimpor seperti beras, gula, dan daging sapi juga akan mengalami kenaikan harga karena nilai rupiah yang semakin melemah," demikian Ilman. [wah]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya