Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
ISU suksesi dan keteganÂgan politik dalam dunia IsÂlam berawal pada masa Khulafa’ al-Rasyidin. HanÂya saja, kearifan para saÂhabat Nabi berhasil mereÂdam ketegangan itu. Akan tetapi pasca Khulafa’ al- Rasyidin, ketegangan poliÂtik tak terbendung lagi dan terjadilah apa yang biasa disebut dengan "fitnah kubra", yaitu fitÂnah yang melahirkan perpecahan dan perang saudara melanda umat Islam saat itu.
Fitnah Kubra memuncak ketika Ali dan Mu'awiyah berseteru, masing-masing tidak ada yang mau mengalah di dalam memereÂbutkan pemimpin yang akan menggantikan Utsman. Ali sudah dilantik menjadi khalifah keempat tetapi tidak diakui oleh Mu’awiyah. Karena tidak ada yang mau mengalah, maka terjadilah peperangan yang disebut Perang Shiffin. Mu'awiyah didukung oleh 'Aisyah, istri Nabi dan Ali tentu saja didukung oleh istrinÂya, Fathimah, putri Nabi. Perang tidak dapat dielakkan antara keduanya. Di tengah perang saudara ini, Amr ibn 'Ash yang dikenal sebaÂgai politikus cerdik di pihak Mu'awiyah, meÂnyerukan gencatan senjata dan perdamaian. Ia menggunakan simbol 500 Al-Qur’an yang diusung di ujung tombak sambil mengajak seÂmua pasukan untuk kembali kepada penyeÂlesaian secara Al-Qur'an. Ali dan Mu’awiyah menyetujuinya. Ali mengutus Abu Musa al- Asy'ary, seorang ulama yang disegani dan Amru ibn Al-Ash mewakili pihak Mu’awiyah. Amr ibn 'Ash tahu keshalihan dan kelemahan Abu Musa. Amr meminta agar demi kemuliaan Islam dan demi kemaslahatan umat Islam, seÂbaiknya Ali- dan Mu'awiyah mengundurkan diri lalu dicari tokoh lain yang lebih netral.
Dengan lugu Abu Musa, perunding meÂwakili pihak Ali ibn Ai Thalib menerima usulan itu. Ia diminta berpidato di lebih awal di deÂpan massa dan pasukan kedua belah pihak. Ia menyerukan bahwa sekarang ini tidak ada lagi khalifah dan kini saatnya kita akan menÂcari khalifah yang dapat diterima oleh semua pihak. Tiba giliran Amr ibn 'Ash, menelikung pernyataan itu dengan mengatakan, oleh karÂena sekarang tidak ada lagi khalifah maka dengan ini kami melegalkan Mu’awiyah sebaÂgai khalifah. Tentu saja pihak Ali tidak meneriÂmanya, maka peperangan pecah kembali. BeÂgitulah seterusnya hingga Ali mati terbunuh.
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Senin, 08 Desember 2025 | 19:12
Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00
Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03
UPDATE
Minggu, 14 Desember 2025 | 19:39
Minggu, 14 Desember 2025 | 19:16
Minggu, 14 Desember 2025 | 19:07
Minggu, 14 Desember 2025 | 18:24
Minggu, 14 Desember 2025 | 18:07
Minggu, 14 Desember 2025 | 17:34
Minggu, 14 Desember 2025 | 17:10
Minggu, 14 Desember 2025 | 17:09
Minggu, 14 Desember 2025 | 16:12
Minggu, 14 Desember 2025 | 16:10