Berita

Ratna Sarumpaet/Net

Politik

Ratna Sarumpaet: Politik Jadi Transaksional Gara-gara UUD Diamandemen

SELASA, 14 AGUSTUS 2018 | 06:36 WIB | LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO

Pembiayaan politik menjadi hal yang lumrah terjadi dalam sistem demokrasi yang kini dianut bangsa Indonesia. Ini lantaran, UUD 1945 hasil amandemen permisif terhadap demokrasi yang transaksional.

Begitu tegas Presidium Nasional GSI Ratna Sarumpaet menanggapi dugaan mahar yang diberikan Bakal Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno kepada PAN dan PKS, untuk memuluskan jalan menjadi pendamping Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto di Pilpres 2019.

“UUD yang sekarang kan sudah diacak-acak di zaman Megawati, jadi semua kena dampak,” ujarnya kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (14/8).


Dia menjelaskan, jika UUD tidak diamandemen, maka partai politik akan dilarang mencari uang. Partai akan dibiayai negara dan fokus dalam urusan pengkaderan.

Dengan begitu, partai akan terhindar dari praktik transaksional karena pembiayaan partai yang tinggi.

“Kalau kembali ke UUD 1945 asli, biaya partai dibiayain negara, jadi tidak ada transaksi. Itulah kenapa GSI ingin kembali ke UUD asli,” urainya.

Sementara mengenai dugaan mahar dari Sandiaga, Ratna menilai jika benar PAN dan PKS diberi dana kampanye masing-masing Rp 500 miliar, maka itu bukan mahar untuk memuluskan jalan Sandi menjadi cawapres.

Dana itu murni sumbangan kampanye agar mesin partai koalisi solid dan bisa memenangkan pasangan yang diusung, yakni Prabowo-Sandi.  

“Sebab mereka ini (Gerindra, PKS, dan PAN) sudah lama berkoalisi. Sudah empat tahun dan makin intens saat Pilkada DKI. Jadi kalau itu disebut sumbangan dana kampanye wajar,” jelas Ratna.

Menurutnya hal yang tidak wajar justru terjadi pada tahun 2014 lalu. Kala itu, turut beredar kabar dugaan mahar dari Wakil Presiden Jusuf Kalla kepada PDIP agar dilamar jadi pendamping Jokowi. Nilainya, sambung Ratna, bahkan mencapai Rp 10 triliun.

“Kalau yang murni mahar itu, waktu dugaan mahar JK ke PDIP tahun 2014. Itu dugaan mahar diberikan agar dilamar, karena partai JK (Golkar) tidak dukung Jokowi. Jadi dia bayar agar diterima. Kalau benar, itu murni mahar demi kekuasaan,” tukasnya. [ian]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya