Berita

Foto/Net

Politik

Banyak Yang Ndorong Belum Ada Yang Gendong

Kisah Somad & Kursi Cawapres
KAMIS, 09 AGUSTUS 2018 | 09:43 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Menarik mengikuti kisah Ustadz Abdul Somad (UAS) yang direkomendasikan sebagai kandidat ideal cawapres Prabowo Subianto. Hingga kemarin, masih banyak yang mendorong Somad jadi cawapres. Namun belum satu pun yang bisa menggendongnya, karena Somad bersikukuh menolak tawaran menggiurkan ini.

Meroketnya nama Somad sebagai cawapres Prabowo berawal dari rekomendasi Ijtima Ulama GNPF, pekan lalu. Tiga hari merenung dan berkumpul, para ulama dan tokoh nasional merekomendasikan dua nama cawapres Prabowo. Mereka adalah, tokoh PKS Ustad Salim Segaf Al-Jufrie dan Ustad Abdul Somad. Somad dianggap mampu mendongkrak elektabilitas Prabowo. Tidak hanya mendongkrak, Somad juga dianggap sebagai solusi atas jelimetnya Prabowo menentukan cawapres.

Seperti diketahui, semua partai pengusung Prabowo: PAN-PKS-Demokrat, memajukan kadernya sebagai cawapres. PKS mengusung Ustad Salim, dan belakangan melunak dengan menyetujui Somad. Kemudian Demokrat, mengusulkan AHY tetapi menyerahkan sepenuhnya kepada Prabowo. PAN, mengusulkan Ketumnya, Zulkifli Hasan sebagai cawapres. Namun, melunak dengan statement juga dengan mengusung Somad sebagai cawapres.


Mendapatkan sosok pemersatu koalisi; Demokrat-PKS-PAN-Gerindra, Prabowo langsung berburu Somad. Dijelaskan Sekjen Gerindra Ahmad Muzani, pihaknya sudah mencoba mencari di mana Somad berada.

"Pak Prabowo sudah melakukan ikhtiar dengan keras untuk bertemu Ustadz Abdul Somad, sudah dilakukan, dengan beberapa kali bahkan udah mengirim utusan beliau beberapa kali, kemudian mencoba diaturkan beberapa kali, Pak Amien Rais juga membantu tapi juga belum bertemu," ujar Muzani kepada wartawan, kemarin.

Singkat cerita, Gerindra pun memutuskan tak memaksa Somad menjadi cawapres Prabowo. Pasalnya, Somad condong memilih untuk tidak menerima tawaran sebagai cawapres. Hal itu, ditegaskan Somad melalui postingan sebuah ceramah, di tablig akbar di Masjid Raya Sultan Riau Penyengat. Dia menegaskan, tak akan terjun ke politik praktis.

Ceramah yang dimaksud berlangsung saat tablig akbar di Masjid Raya Sultan Riau Penyengat. Ceramah sang ustad diunggah oleh sejumlah akun ke YouTube, salah satunya oleh akun 'Dakwah Ustaz'.

Dalam ceramahnya, Ustad Somad juga menyinggung soal politik. Dia membahas Pemilu 2019 yang sudah di depan mata. Kepada jemaah, Somad mengatakan, di Pemilu 2019, rakyat akan memilih dari anggota DPRD hingga capres-cawapres. Umat Islam, kata Somad, harus peduli terhadap politik.

"Oo... terbaca-terbaca ternyata Ustaz Somad ini ujung-ujungnya kampanye. Saya tak kampanye aja udah dipilih orang," seloroh Somad dalam ceramahnya. "Saya sampai mati jadi ustad. Tak usah ragu, tak usah takut. Pegang cakap saya. Manusia yang dipegang cakapnya, binatang yang dipegang talinya. Kalau ada manusia tak bisa dipegang cakapnya, ikat dia pakai tali," sambungnya.

Ustad Somad mengulangi pernyataannya bahwa dirinya akan tetap di jalur dakwah. Dia menegaskan tak akan terjun ke politik praktis. "Saya sampai mati jadi ustaz, mengajak orang ke jalan Allah SWT, tidak terlibat politik praktis," ujarnya.

Lagi-lagi, Somad menegaskan jika dia menolak ikut cawapres. Pasalnya, ia tetap ingin konsisten berjuang di jalan dakwah. "Pilihlah pemimpin yang peduli Islam, bukan saya mau jadi itu. Ibarat menangkap ikan, saya hanya menghalau-halau saja, tangkaplah di ujung sana. Jangan saya juga menghalau, saya juga menangkapnya lagi. Bapak-Ibu yang dimuliakan Allah, ini mesti cerdas memahami apa yang saya sampaikan," pungkasnya.

Pengamat politik UIN, Adi Prayitno menyebut koalisi Prabowo ini paling njelimet dibandingkan Jokowi. Semuanya ingin menjadi cawapres. Sebenarnya, sosok Somad bisa menjadi pemersatu, namun ditolak secara bijak oleh Somad sendiri.

Menurutnya, ini adalah konsekuensi dari Pemilu Serentak. Tidak menjadi cawapres, bisa berdampak kepada suara legislatif. Pasalnya, kursi legislatif itu real. Menjadi cawapres, tentu dapat meningkatkan suara partai. "Pemilu ini serentak, partainya capres dan cawapres itu mungkin yang mendulang sukses," ujar Adi kepada Rakyat Merdeka.

Alhasil, banyak partai yang sebenarnya tidak begitu menghendaki Somad menjadi cawapres, karena ia kalangan nonpartai. "Ini kan didorong saja, tidak digendong istilahnya. Tidak ada kesepakatan seluruh partai setuju UAS," katanya. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Pakar Tawarkan Framework Komunikasi Pemerintah soal Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:32

Gotong Royong Perbaiki Jembatan

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:12

UU Perampasan Aset jadi Formula Penghitungan Kerugian Ekologis

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:58

Peresmian KRI Prabu Siliwangi-321 Wujudkan Modernisasi Alutsista

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:39

IPB University Gandeng Musim Mas Lakukan Perbaikan Infrastruktur

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:14

Merger Energi Fusi Perusahaan Donald Trump Libatkan Investor NIHI Rote

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:52

Sidang Parlemen Turki Ricuh saat Bahas Anggaran Negara

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:30

Tunjuk Uang Sitaan

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:14

Ini Pesan SBY Buat Pemerintah soal Rehabilitasi Daerah Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:55

Meneguhkan Kembali Jati Diri Prajurit Penjaga Ibukota

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:30

Selengkapnya