Pemerintah berencana menghidupkan kembali kilang Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI). Kilang itu sudah mati suri sejak dua tahun lalu. Kemarin, Wakil Presiden Jusuf Kalla memanggil Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Plt Direktur Utama Pertamina Nicke WidyaÂwati, membahas hal tersebut.
Ani-panggilan akrab Sri Mulyani menjelaskan, pihaknya ingin menyelesaikan masalah utang yang dihadapi PT TPPI, anak usaha PT Tuban PetroÂchemical Industries (TPI).
"Pemerintah mencari mekanisme yang sesuai agar masalah utang TPPI bisa seleÂsai. Langkah itu perlu diambil agar perusahaan bisa berjalan," ungkap Ani.
PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) mencatat total utang TPPI pada 2012 lalu sebesar Rp 17,88 triliun. Utang itu terdiri dari total utang pokok, bunga dan denda yang harus dibayarÂkan kepada 362 kreditur. PT Pertamina (Persero) menjadi kreditur terbesar dengan nilai Rp 6,57 triliun.
Tak hanya soal utang, mantan Direktur Bank Dunia tersebut menjelaskan, pemerintah juga ingin menyelesaikan masalah kepemilikan saham.
Sekadar informasi, Pertamina memiliki saham TPPI sebeÂsar 70 persen dan pemerintah melalui PPA menggenggam 100 persen saham di TPI setelah TPI dinyatakan gagal bayar (default) atas obligasi multiyears senilai Rp734 miliar.
"Di situ ada kepemilikan PerÂtamina dan pemerintah, kepemiÂlikan saham bisa klir agar peÂrusahaan bisa terus berlanjut," tuturnya.
Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kemenkeu Isa Rachmatarwata menambahkan, penyeÂlesaian utang TPPI sangat penting dilakukan agar perusahaan bisa menambah permodalan. Pemerintah ingin aset TPPI bisa optimal sehingga kapasiÂtas produksi petrokimia-nya bertambah.
Menurutnya, produksi petroÂkimia bisa menjadi substitusi impor bagi bahan baku industri kimia dalam negeri yang selama ini dianggap membebani neraca perdagangan. Dalam lima bulan pertama 2018 saja, impor bahan kimia tercatat 9,47 miliar dolar AS dan berperan 15,19 persen terhadap total impor 62,34 miliar dolar AS.
"Karena mencari modal susah, makanya utang itu harus segera diselesaikan," jelasnya.
Dalam jangka panjang, lanÂjut Isa, rencananya TPPI akan dijadikan penopang industri petrokimia nasional. Jika renÂcana itu berjalan dengan mulus, diharapkan TPPI bisa memberiÂkan kontribusi yang signifikan terhadap untuk memperkuat cadangan devisa. Sehingga IndoÂnesia lebih tangguh menghadapi tekanan gejolak nilai tukar mata uang. ***