Berita

Foto/Net

Bisnis

Pemerintah: Keuangan Pertamina Tak Terusik

Blok Rokan Butuh Investasi Rp 1 Triliun
JUMAT, 03 AGUSTUS 2018 | 08:29 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

PT Pertamina bakal merogoh kocek dalam-dalam untuk investasi di Blok Rokan selama 2021-2041. Dana yang digelontorkan disebut sebesar 70 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 1,008 triliun.

 Deputi Bidang Usaha Pertam­bangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN, Fa­jar Harry Sampurno yakin betul bahwa rencana untuk kelola Blok Rokan tidak akan mengusik kinerja keuangan Pertamina. Menurut dia pendanaan masih bisa dilakukan secara bertahap.

"Untuk rencana itu kan nanti ya sekarang sedang dibahas, rencananya untuk 2021 dan pendanaanya enggak sekaligus," kata Harry usai acara diskusi di Jakarta, kemarin.

Dia juga memaparkan, kewa­jiban yang harus dilakukan oleh perusahaan-perusahaan BUMN adalah melaksanakan tugas pemerintah di sektor bidang usa­hanya masing-masing. Karena bentuknya Perusahaan Terbatas (PT), maka harus tunduk juga dan patuh pada UU Persero. Da­lam hal ini dia yakin Pertamina tidak akan merugi.

"Dia (BUMN) tidak boleh rugi karena ada modal negara yang dicatat oleh Kementerian Keuangan. Kalau Pertamina rugi, su­dah pasti mengurangi pendapatan negara sehingga akan menambah beban negara," jelasnya.

Dikatakan, tugas BUMN adalah menjadi agen pembangunan, da­lam hal ini di sektor migas. Untuk melaksanakan itu, salah satu di antaranya melakukan konsosidasi di 818 perusahaan BUMN agar men­jadi lebih besar, kuat dan sehat.

"Sejumlah perusahaan se­rupa di sejumlah negara juga telah melakukan konsolidasi di sektor migas. Salah satunya seperti yang dilakukan exxon dan mobile yang kemudian menjadi exxon mobile," ulasnya.

Pemerintah terus mendorong peningkatan produksi minyak dan gas bumi nasional untuk kebutuhan domestik maupun ekspor. "Ke depan kami berharap bisa produksi migas lebih banyak lagi," ujar Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu (SKK) Migas Sukandar.Upaya Pertamina mengelola Blok Rokan pun hasilnya tidak instan.

Sukandar menjelaskan, umumnya upaya mengembangkan produksi migas tidak serta merta kontrak diteken lalu langsung produksi. Dari masa eksplorasi hingga mencapai produksi per­tama paling cepat 2-4 tahun. Bahkan, produksi gas jauh lebih rumit. Kendati ada penurunan sig­nifikan produksi minyak bumi se­jak Tahun 2002 sehingga Indone­sia tidak lagi mampu mengekspor minyak bumi, namun produksi gas bumi masih bisa dipertahankan.

"Pemerintah setidaknya me­nahan penurunan produksi minyak bumi bahkan dalam 3-5 tahun ke depan diharapkan ada kenaikan," terangnya.

Seperti Mancing

Plt Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, keuangan Pertamina saat ini masih sehat. Hal itu ditunjukkan dengan tidak adanya kelangkaan BBM di Tanah Air.

"Kenapa semua orang concern dengan financial capability, hari ini fungsi pertama Alhamdullilah tidak ada kelangkaan. Ada ke­langkaan di mana?"  kata Nicke.

Ia mengistilahkan, investasi besar itu seperti memancing. Ketika banyak umpan yang dilempar akan semakin banyak ikan yang didapat.

"Enggak apa-apa investasi banyak, yang penting banyak yang bisa kita produksi seperti mancing tidak apa lempar banyak yang didapat bisa banyak," katanya.

Senior Vice President Corpo­rate Strategic Growth Pertamina Daniel Purba meyakini akan ada penghematan impor minyak bumi ke depan. Penyebabnya yakni ada sumbangan produksi Blok Rokan di Riau.

Dia memperkirakan penghe­matan impor itu sekitar 100 ribu barel per hari (bph). Ini mengacu dari jumlah produksi Blok Ro­kan saat ini dan bagian minyak yang menjadi milik Pertamina.

Hingga semester I Tahun 2018, produksi siap jual (lift­ing) minyak bumi Blok Rokan mencapai 207.148 barel per hari (bph). Sedangkan, bagi hasil minyak untuk Pertamina sekitar 52 persen dari produksi kotor.

Namun, penghematan itu bisa saja lebih besar jika produksi meningkat. Adapun untuk meningkatkan produksi bisa menggunakan teknologi tingkat lanjut (Enhanced Oil Recovery/EOR). ***

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

2.700 Calon Jemaah Haji Jember Mulai Berangkat 20 Mei 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:49

Bertahun Tertunda, Starliner Boeing Akhirnya Siap Untuk Misi Awak Pertama

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:39

Pidato di OECD, Airlangga: Indonesia Punya Leadership di ASEAN dan G20

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:27

Jokowi: Pabrik Baterai Listrik Pertama di RI akan Beroperasi Bulan Depan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:09

Keputusan PDIP Koalisi atau Oposisi Tergantung Megawati

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:49

Sri Mulyani Jamin Sistem Keuangan Indonesia Tetap Stabil di Tengah Konflik Geopolitik Global

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:40

PKB Lagi Proses Masuk Koalisi Prabowo-Gibran

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:26

Menko Airlangga Bahas 3 Isu saat Wakili Indonesia Bicara di OECD

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:11

LPS: Orang yang Punya Tabungan di Atas Rp5 Miliar Meningkat 9,14 Persen pada Maret 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:58

PKS Sulit Gabung Prabowo-Gibran kalau Ngarep Kursi Menteri

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:51

Selengkapnya