Masyarakat jangan puas dulu dengan penurunan kemiskinan. Sebab, penurunan tersebut bersifat sementara.
Ekonom Universitas IndoneÂsia (UI) Telisa Aulia Falianty menerangkan, penurunan kemiskinan disebabkan pemerintah jor-joran memberikan bantuan sosial (bansos). Dan, pemberian bansos tersebut bersinggungan dengan kebiÂjakan populis karena tahun politik.
"Sekarang jor-joran menuÂrunkan kemiskinan karena tahun politik. Nanti kalau sudah tidak tahun politik, bisa saja bansos berkurang sehingga kemiskinan meningkat lagi," ujar Telisa di Jakarta, kemarin.
Dia khawatir, besarnya alokasi anggaran bansos untuk menurunkan tingkat kemiskiÂnan akan membuat APBN semakin berat. Dampaknya, pemerintah menutup beban itu dengan menambah utang.
"Saat ini saja APBN seÂdang berutang, maka jangan memaksa diri memperbesar bansos yang ditalangi dengan utang. Harus cari balance agar produktif bansosnya," ingat Telisa.
Menurut Telisa, pengenÂtasan kemiskinan jangka panÂjang bisa dilakukan pemerinÂtah dengan memaksimalkan infrastruktur yang tengah diÂpercepat. dengan membangun embung, irigasi, jalan tol untuk akses logistik, dan lainnya.
Selain itu, memaksimalÂkan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) sehingga menjadi sumber pekerjaan baru bagi masyarakat. Dengan begitu, tingkat pendapatan bisa meningkat dan menurunkan kemiskinan.
Ekonom
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) BhiÂma Yudhistira Adhinegara juga mengkritisi penurunan kemiskinan. Menurutnya, penurunan kemiskinan yang digadang-gadang pemerintah sebagai prestasi, semu. "WaÂjar kemiskinan turun karena masyarakat banjir dana banÂsos," katanya.
Dia merinci, kemiskinan turun disebabkan beberapa faktor. Antara lain, program beras sejahtera serta bantuan pangan non tunai berhasil diÂdistribusikan tepat waktu. Selain itu, bantuan sosial tunai pemerintah naik 87,6 persen pada triwulan pertama tahun ini. Kemudian, Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan survei dilakukan saat masa panen raya. Apalagi, sebagian besar penduduk miskin banyak bekerja di sektor pertanian.
"Karena surveinya saat panen raya, pendapatan petani atau pekerja di sektor pertanian tentu ikut naik," terangnya.
Bhima juga menyoroti penuÂrunan ketimpangan. Dia menÂduga, penurunan disebabkan orang kaya menahan belanja. Hal itu bisa dilihat dari angka pengeluaran penduduk 20 persen teratas berkurang dari 46,40 persen menjadi 46,09 persen. Sementara itu, porsi kelompok 40 persen dengan pengeluaran terbawah naik dari 17,12 persen ke 17,29 persen dalam satu tahun teraÂkhir.
"Mengapa pengeluaran kelas bawah naik. Ya karena didorong adanya bantuan sosial dan beras sejahtera yang jumlahnya naik signfikan. Ketimpangan seolah-olah turun tapi sebenarnya semu," pungkasnya. ***