Berita

Foto/Net

Bisnis

Industri Sawit Ngarep Ekspor Makin Moncer

Jalin Kerja Sama Dengan India
SELASA, 17 JULI 2018 | 08:45 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Industri kelapa sawit Indonesia sepakat melakukan kerja sama dengan India. Kerjasama ini diharapkan bisa bikin moncer ekspor sawit ke Negeri Bollywood itu.

Direktur Eksekutif Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Iskandar Andi Nuhung mengata­kan, ekspor produk kepala sawit ke India saat ini cukup besar. "80 persen sumber kelapa sawit India berasal dari Indonesia," ujarnya usai menandatangani nota kes­epahaman (Memorandum Of Understanding/MoU) dengan perwakilan industri sawit India di Kantor Kementerian Koordi­nator, Jakarta, kemarin.

MoU ini untuk menegaskan keberadaan Indonesian Sustain­able Palm Oil (ISPO) dan India National Palm Oil Sustainabil­ity Framework (IPOS) sebagai kerangka keberlanjutan. Teru­tama dalam produksi minyak sawit dan perdagangan antara kedua negara.

Andi berharap, kesepakatan ini semakin memacu produk­tivitas lahan sawit yang ada dan meningkatkan ekspor produk kelapa sawit ke India. "Kami berharap di masa depan bisa meningkatkan ekspor ke India," katanya.
Andi berharap, kesepakatan ini semakin memacu produk­tivitas lahan sawit yang ada dan meningkatkan ekspor produk kelapa sawit ke India. "Kami berharap di masa depan bisa meningkatkan ekspor ke India," katanya.

President Solvent Extrac­tor Association (SEA) Atul Chaturverdi mengatakan, kerja sama ini akan membuka jalan bagi sektor perdagangan min­yak sawit yang berkelanjutan. Khususnya dalam jangka pan­jang di kawasan Asia. "Saya yakin bahwa sinergi ini akan melindungi daya saing industri kelapa sawit," ujarnya

Menurut dia, "kerja sama ini juga akan meningkatkan ke­siapan industri menghadapi permintaan pasar di masa depan, dan menciptakan perdagangan kelapa sawit yang berkelanju­tan," jelas dia.

Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, kerja sama ini akan memperkuat hubungan RI dan India di bidang minyak nabati dan turunannya. "Kolabo­rasi ini akan berlanjut lama dan menjadi solusi menguntungkan bagi kedua negara," ujarnya.

Indonesia dan India mempu­nyai hubungan ekonomi yang saling menguntungkan dengan total perdagangan kedua negara mencapai 18,1 miliar dolar AS pada 2017. Dan, ekspor produk minyak sawit RI ke India men­capai 4,9 miliar dolar AS atau sekitar 34,8 persen total ekspor Indonesia ke India.

Untuk diketahui, India meru­pakan salah satu pengguna terbe­sar kelapa sawit RI di samping China. Karena itu, pemerintah menilai komunikasi kedua pihak perlu dibangun tidak hanya antarpemerintah tetapi juga antar-asosiasi.

"Ekspor kelapa sawit ke India juga belum maksimal. Harganya memang lebih murah, sehingga masih ada kesan bahwa dari segi kualitas mutu kalah dengan min­yak yang lain, padahal tidak," ujar Darmin.

Kenapa harga produk minyak sawit RI lebih murah, menurut Darmin, karena produktivitas­nya lebih tinggi tiga hingga empat kali dibandingkan di negara-negara lain. Perlu ada kerja sama dengan asosiasi un­tuk mensosialisasikan kualitas produk sawit RI

Politik Dagang


Ditanya mengenai India yang mengerek bea masuk sawit, Darmin menilai, kebijakan terse­but merupakan salah satu lang­kah politik perdagangan India. "Akibat ekspor kelapa sawit kita banyak ke sana, dia defisitnya besar. Jadi mulai cari menaikkan tarif," katanya.

Pemberlakuan tarif tersebut san­gat berpengaruh terhadap ekspor RI. Sebab, harga produk minyak sawit kita jadi makin mahal.

Deputi Bidang Pangan dan Agribisnis Menko Perekonomian Musdalifah mengatakan, pemer­intah memang tengah membuka komunikasi Business to Business (B to B) untuk menyelesaikan berbagai kendala dalam aktivi­tas perdagangan antar negara. Khususnya antara India dan RI.

Saat ini pemerintah menyadari kendala pertama yakni pajak terlalu tinggi. Pemerintah akan menunjukkan dengan menaik­kan pajak, India juga tidak banyak dapat manfaat.

Dia menambahkan, pemerintah sedang mencari negara-negara yang bisa mengakui bahwa Indo­nesia punya ISPO. Untuk itu, In­donesia harus meyakinkan bahwa memang ISPO bukti kelola sawit Indonesia keberlanjutan dan nanti­nya dapat menjadi branding di sana. "India salah satunya negara yang tertarik," tukasnya.  ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya