Lingkaran Survei Indonesia (LSI) bentukan Denny JA kembali menggelar survei yang mengukur elektabilitas Presiden Joko Widodo untuk bertarung pada Pilpres 2019.
Dari dokumen elektronik yang redaksi terima diketahui bahwa LSI Denny JA mengumpulkan data pada 28 Juni-5 Juli 2018. Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan jumlah responden 1200 orang. Wawancara dilakukan secara tetap muka, responden menggunakan kuesioner, dan margin of error kurang lebih 2,9 persen.
LSI Denny JA mencatat ada kenaikan pada elektabilitas Jokowi setelah Pilkada Serentak digelar. Jika pada Mei sebesar 46,00 persen, pada Juli ini menjadi 49,30 persen. Ada tren kenaikan elektabilitas Jokowi meski elektabilitasnya masih di bawah 50 persen.
Di sisi lain, elektabilitas lawan cenderung stagnan. Bila pada Mei 44,70 persen, meningkat jadi 45,20 persen pada Juli ini. Elektabilitas ini adalah gabungan elektabilitas semua tokoh yang muncul di media atau diwacanakan maju sebagai capres.
Survei ini juga menemukan angka undecided voters mengecil. Sebesar 9,30 persen pada Mei, menjadi 5,50 persen pada Juli ini. Tapi, bila ditambah dengan suara yang masih bisa berubah (soft supporters), total yang masih diperebutkan masih sebesar 37,5 persen ( di luar pemilih loyal masing-masing kubu).
LSI Denny JA memberi tiga catatan penting meski elektabilitas Jokowi masih teratas.
Pertama, pemilih loyal alias militan dari seluruh pemilih Jokowi di bawah 40 persen yaitu 32,0 persen. Soft supporters-nya 17,3 persen.
Kedua, pemilih loyal lawan Jokowi 30,5 persen; soft supporters-nya 14,7 persen. Padahal, lawan Jokowi belum ditetapkan final dan belum melakukan kampanye. Namun, sudah 30,5 persen yang menetapkan akan memilih capres lawan Jokowi
Catatan terakhir, kampanye ganti presiden makin populer dan disukai. Dari dikenal 50,80 persen sebelum Pilkada (Mei), menjadi dikenal 60,50 persen pada Juli
Kampanye #2019gantipresiden juga makin disukai atau diterima oleh publik yang telah mengenalnya, dari 49,80 persen (Mei) menjadi 54,40 persen pada Juli.
[ald]