Berita

Politik

Umat Ingin Memilih Pemimpin Perubahan

SELASA, 10 JULI 2018 | 09:59 WIB

KALAU melihat ke belakang, sebenarnya semangat dari seluruh aksi yang dilakukan umat Islam sejak 14 Oktober 2016 sampai dengan  kegiatan 6 Juli 2018 kemarin, esensinya adalah keinginan yang besar agar terjadi sebuah perubahan di negeri ini.

Umat merasakan ketimpangan dalam penegakkan keadilan. Terasa oleh umat nuansa kriminalisasi terhadap ulama-ulama, diakui atau tidak namun itulah sejatinya yang dirasakan oleh umat.

Perih rasanya, seolah-olah ada perbedaan perlakuan hukum sementara kenikmatan jiwa hanya dapat dicapai dengan keadilan obyektif sejati, kesenangan palsu akan disuburkan oleh kezaliman. Keadilan merupakan tujuan politik yang layak.


Karena itu, negara sebagai bagian dari lembaga politik memiliki tujuan akhir yang sama, yakni keadilan guna mencapai kebaikan. Patokan kebajikan ialah secara alamiah sangat sesuai, yakni kebajikan setiap hal untuk melakukan aktivitas apa saja secara baik yang sesuai dengan sifatnya.  

Kemakmuran serta kesejahteraan rakyat merupakan tujuan utama dari segala kegiatan tersebut sehinga tercipta negeri yang makmur dan damai seperti yang diungkapkan dalam Alquran dengan kalimat "Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghafur", secara bahasa berarti: Negeri yang baik dengan Rabb Yang Maha Pengampun.

Makna 'Negeri yang baik (Baldatun Thoyyibatun)' bisa mencakup seluruh kebaikan alamnya, dan 'Rabb Yang Maha Pengampun (Rabbun Ghafur)' bisa mencakup seluruh kebaikan perilaku penduduknya sehingga mendatangkan ampunan dari Allah Azza Wa Jalla.

Di sinilah peranan ulama, memberi nasihat kepada umaro (pemerintah) bukan sebaliknya.

Pemimpin Dengan Menggunakan Kriteria Cerdas

Saat ini yang dibutuhkan adalah ulama melakukan endorsement (dukungan) kepada calon umaro/pemimpin yang tepat, yang sesuai dengan kebutuhan obyektif Indonesia saat ini.

Awal Agustus 2018 bulan depan akan dilakukan pendaftaran pasangan capres/cawapres, umat harus cerdas memilih calon pemimpin mereka. Jangan sampai salah pilih. Targetnya, calon pemimpin negeri yang mereka usulkan harus menang ketika pilpres nanti dilakukan tahun depan. Tidak boleh kalah!

Namun justru di sini letak persoalannya. Apakah umat benar-benar sadar akan kwalitas dan rekam jejak atau track record calon pemimpin yang mereka usulkan atau tidak?

Selain itu harus jelas ke depan itu harus bagaimana? Apakah Indonesia di masa depan hanya begini-begini saja?

Indonesia ke depan bukan hanya butuh perubahan atau ganti presiden saja, bukan hanya mengganti presiden tetapi visi, misi dan irama kebijakannya tetap sama. Dan juga bukan presiden "boneka" yang dikendalikan oleh kekuatan lain.

Kepemimpinan Indonesia kedepan membutuhkan sosok pemimpin dengan kriteria yang visioner, yang kuat, yang berkarakter, yang sudah teruji kinerjanya di pemerintahan maupun pelayanan publik, yang berani, yang tahan banting, yang tahan tekanan jika ditekan oleh pihak cukong-cukong yang biasanya berusaha membeli kebijakan dan juga sosok yang bebas dari sandera masalah atau kasus-kasus yang menyerempet dirinya di masa lalu.

Ada satu lagi kriteria penting dalam situasi Indonesia yang berat seperti saat ini, yaitu sosok yang harus paham dan menguasai masalah ekonomi serta punya pengalaman langsung untuk keluar dari situasi ekonomi yang sulit dan hutang yang menumpuk ini. Masalah ekonomi bukan hal yang sepele dan jangan berjudi dengan menggunakan konsep coba-coba (trial and error), karena taruhannya adalah negara dan bangsa serta rakyat Indonesia.

Manuver Wacana Capres Yang Mengemuka

Hakekatnya bahwa ajang Pilpres adalah saat terpenting bagi suatu bangsa, sebab saat itulah amanah terbesar suatu bangsa akan diserahkan, akan diamanah dan akan dipikul oleh seseorang.

Maka sebelum ulama melakukan endorsement kepada seseorang capres, ulama terlebih dahulu berkewajiban mengenal setiap capres yang di usung. Sehingga sesuai dengan kaedah keilmuan, bahwa:
فاقد الشيء لا يعطي

Orang yang tidak memiliki sesuatu, mustahil untuk dapat dan layak untuk memberinya kepada orang lain.

Di sinilah daya nalar dan keikutsertaan serta peran  aktif ulama dalam menentukan pemimpin bangsa yang tepat.

Untuk menentukan calon pemimpin kita harus memahami hal-hal berikut:
1. Super hati-hati dengan capres yang diusung oleh kelompok yang tidak ingin adanya perubahan.

Karena capres yang diusung oleh kelompok itu  artinya ajang pilpres nanti bagaikan ular yang hanya tukar kulit pada musim ganti kulit.

Di sini kita harus jeli untuk mengenal manuver di balik capres yang ada, dan memahami oknum dari rezim yang bermain dan apa tujuan mereka sebenarnya dengan mendukung Capres tertentu yang mereka usung. Kasus Zainul Majdi (TGB), bisa dijadikan contoh.

2. Tidak meletakkan orang baik di posisi yang bukan kapasitasnya. Dan bijak meletakkan orang yang memang punya kapasitas dalam urusan kenegaraan, kepemimpinan dan perubahan.

Di sinilah peran para ulama untuk memastikan pemimpin masa depan Indonesia nanti agar terhindar dari peringatan keras Nabi SAW. dalam hadistnya:
اذا اسنز الامر الي غير اهله فانتظر الساعة
Jika sesuatu urusan itu diserahkan kepada yang bukan ahlinya,  maka tunggulah masa kebinasaannya. (HR: Al Bukhary)

Perhatian Khusus Kepada Ekonomi Indonesia

Pertarungan Pilpres tahun depan dihantui oleh krisis ekonomi Indonesia. Saat ini ekonomi Indonesia sudah masuk kategori "lampu merah" walapun pemerintah tidak jujur mengakuinya, terutama menteri keuangan. Bahkan menteri keuangan Sri Mulyani mengaku mengelola ekonomi secara prudent (hati-hati). Tapi buktinya arus modal keluar Indonesia semakin besar dan Credit Default Seap (CDS) naik tinggi.

Karena Neraca Perdagangan, Current Account, Balance of Payment negatif ! Dengan bukti dan fakta seperti itu kok pemerintah mengaku hati-hati? .. Itu namanya manipulatif .. dan membohongi rakyat!

Padahal para ekonom kelas dunia dan lembaga keuangan dunia seperti Morgan Stanley Capital International (MSCI) sudah memasukkan Indonesia ke dalam kategori negara-negara yang punya beberapa karakteristik pasar yang berkembang, tetapi tidak memenuhi standar pasar berkembang (emerging markets). Negara emerging market masih berpotensi untuk mengalami ketidakstabilan politik dan ekonomi.

Dalam beberapa dekade telah diketahui pola siklus krisis sepuluh tahunan. Tak heran, belakangan ini, banyak pengamat, termasuk pengamat kelas dunia pemenang hadiah Nobel Prof. Emeritus Paul Krugman, Ph. D. dan pelaku bisnis keuangan George Soros yang meramalkan krisis ekonomi 2018 akan segera tiba di Indonesia.

Bila kita tarik satu dasawarsa ke belakang, pada tahun 2008, kita menyaksikan “krisis kredit properti” di Amerika Serikat. Sepuluh tahun sebelumnya, 1998, kita mengalami “krisis moneter” di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Sepuluh tahun sebelumnya lagi, sekitar 1986-88, “krisis keuangan” telah melanda wilayah Amerika Latin. Akankah 2018 datang siklus bagi krisis finansial berikut?

Indonesia saat ini sedang memasuki era krisis karena melihat kecenderungan pada sisi pengaruh ekonomi global dan kaitannya dengan hutang Indonesia yang sudah terlalu besar lantaran semakin tergantungnya pembangunan kita pada hutang, khususnya dalam mata uang dolar. Apalagi dengan kurs dolar seperti saat ini trend-nya menaik (Up Trend Market), maka ada kemungkinan gagal bayar dan persoalan global lain yang menggerus kemampuan fiskal negara.

Belum lagi situasi ekonomi internasional seperti keluarnya Amerika dari sistem perdagangan bebas dari sistim multilateral menjadi bilateral, khususnya perang dagang terhadap China. Ekonomi Rakyat Indonesia menjadi Taruhannya!

Orde Perubahan
Indonesia dan umat serta seluruh rakyat Indonesia kedepan juga butuh perubahan orde atau perubahan paket irama gerak langkah sesuai dengan komitmen merubah visi dan misi serta komitmen pembaharuan untuk menuju Indonesia yang "Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghafur". Untuk mencapai cita-cita dan tujuan di atas maka perubahan mutlak dilaksanakan,  sudah tidak mungkin lagi mengikuti irama yang lama.

Dengan melihat hal-hal di atas maka peranan ulama dan para tokoh bangsa sangat diperlukan. Mereka harus bekerja keras untuk memilah dan memilih siapa yang paling memenuhi kriteria pemimpin untuk situasi dan kondisi NKRI hari ini. Buang jauh-jauh kepentingan parsial, demi negara,  bangsa dan rakyat Indonesia.

Ada pertanyaan yang harus direnungkan dengan dalam dan dengan pikiran jernih, apakah kita benar-benar dan sungguh-sungguh ingin melakukan perubahan dan menang mengalahkan mereka-mereka yang selama dinilai kurang "bersahabat" dengan Islam? Jika jawabannya Ya maka itu artinya sejumlah kriteria di atas harus dipenuhi. [***]


*KH. DR. Iqbal Kilwo, Lc., MA
Alumni Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir. Mudir di Akademi Al Qur'an At Taysir dan periset di Universiti Sains Islam Malaysia (USIM), Alumni Gontor, Alumni Darul Huffaz.

**Muhammad E. Irmansyah
Wakil Ketua Dewan Pusat Syarikat Islam periode 2015-2020, Aktivis Bela Islam, Ketua MPJ (Masyarakat Peduli Jakarta), ISDT (Institute for Studies and Development of Thought).


Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya