Berita

Foto/Net

Politik

Pancasila Menjadi Ideologi Semboyan Oleh Penguasa

JUMAT, 06 JULI 2018 | 23:23 WIB

MENURUT Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah kepulauan di Indonesia sebanyak 17.504 pulau, 1.340 suku, dan 546 bahasa.

Indonesia di kepemimpinan rezim hari ini mengalami berbagai problematika baik dari segi ekonomi, politik, hukum sosial dan budaya, bahkan sampai dengan Ideologi bangsa Pancasila.

Pancasila sebagai Ideologi bangsa hari ini hanya menjadi Ideologi semboyan oleh penguasa. Selalu di denggungkan dalam setiap acara acara resmi kenegaraan. Namun dalam aplikasi di lapangan jauh dari cita–cita dan nilai nilai yang terkandung dalam Pancasila.


Nilai nilai tauhid, kemanusiaan, dan keadilan jauh dari praktik kehidupan berbangsa dan bernegara oleh penguasa.

Hilangnya niai nilai yang terkandung di dalam pancasila yang berdampak pada pengelolaan negara yang tidak baik di mana terjadinya masalah sosial. Yakni meningkatnya kesenjangan sosial, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar, utang luar negeri yang membengkak, lemahnya penegakan dan ketidakadilan hukum, munculnya politik identitas yang berdampak pada perpecahan bangsa.

Indonesia mengalami berbagai gejolak sosial yang itu berdampak besar pada pudarnya kerukunan, kekeluargaan dan keharmonisan bangsa.

Bung Hatta pernah menyampaikan bahwa 'Jatuh bangunnya negara ini, sangat tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekedar nama dan gambar seuntaian pulau di peta'.

Pancasila tidak boleh sekedar menjadi dasar negara yang beku, tetapi menjadi hidup dan relevan karena selalu didiskusikan dalam kehidupan sehari–hari. Pancasila tidak semata–mata menjadi domain negara, yang karenanya rakyat tidak perduli, tetapi berada diranah publik, dalam sebuah ruang bersama dan dirawat bersama–sama untuk menjadi acuan solusi bagi berbagai permasalahan kebangsaan kita.

Tugas besar kita sebagai generasi masa depan bangsa adalah menghidupkan kembali Pancasila sebagai ideologi yang hidup ( living ideology ) dan ideologi yang bekerja ( working ideology )  yang adaptif dan responsif di ruang publik kebangsaan kita. (***)

Fadli Rumakefing
Aktivis HMI Cabang Jakarta Pusat Utara,  Badko Jabodetabeka Banten

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya