Berita

Hinca Pandjaitan/Net

Wawancara

WAWANCARA

Hinca Pandjaitan: SBY Akan Jadi Bandul Epicentrum Final Pencapresan, Kami Hormati Pak JK

JUMAT, 06 JULI 2018 | 08:20 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Partai Demokrat terus beru­paya mencari cara untuk bisa mengusung Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pada Pilpres 2019. Berbagai kemungkinan dijajaki, termasuk menduetkan AHY dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). JK pun sudahbertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) beberapa waktu lalu.

Namun ketika dimintai ko­mentar soal wacana tersebut, JK menegaskan tetap mendukung Presiden Jokowi. JK enggan me­nanggapi lebih jauh soal wacana pengusungan dirinya bersama AHY. Dia pun irit bicara ke­tika ditanyai penilaiannya soal putra sulung SBY.

Lantas bagaimana tanggapan Partai Demokrat terkait peno­lakan tersebut? Apakah mereka tetap berusaha mendekati JK, atau justru langsung mencari kandidat lainnya? Lalu bagaimana perkembangan wacana poros ketiga itu sendiri? Berikut penuturan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Pandjaitan kepada Rakyat Merdeka.

Bagaimana tanggapan Demokrat terkait penolakan tersebut?

Kami hormati sikap Pak JK. Namun politik itu sangat dina­mis, masih ada waktu 30 hari ke depan. Dialog dan lobi politik masih terus berjalan dengan intensif.

Kalau JK tetap menolak untuk mendampingi AHY bagaimana?

Ya bisa ada terjadi rencana lain dan baru untuk Indonesia. Kita tunggu saja.

Selain JK, apakah ada calon lain yang sedang didekati oleh Demokrat untuk dipasangkan dengan AHY?
Kami sesama parpol itu terus melakukan komunikasi. Nama-namanya nanti akan muncul. Kita tunggu saja beberapa waktu ke depan.

Apakah ada calon yang secara khusus didekati oleh Demokrat selain JK?

Sedang berjalan terus.

Kalau untuk pendekatan dengan parpol terkait dengan wacana poros ketiga sendiri perkembangannya seperti apa?
Komunikasi dengan PKB, Gerindra, PAN, dan PKS masih terus berjalan, dan sedang diin­tensifkan. Kita tunggu saja.

Komunikasi dengan PKS dan Gerindra juga maksudnya supaya AHY jadi cawapresnya Prabowo?
Membentuk poros ketiga den­gan potensi menang lebih ter­buka bersama AHY, karena di dalam AHY ada Partai Demokrat dan SBY.

Tapi PKS sampai sekarang kan maunya cawapres Prabowo dari internal mereka?

Masih ada waktu 30 hari ke depan, semuanya masih bisa terjadi. Saya yakin PKS dan Gerindra bisa membaca dengan baik elektabilitas AHY yang terus menanjak.

Kalau PKS-Gerindra setuju, artinya enggak jadi poros ke­tiga dong?
Komunikasi kami masih terus berjalan. Kita tunggu saja nanti hasilnya.

Kalau Gerindra tetap memi­lih cawapres yang didukung oleh PKS bagaimana?
Kami akan hormati keputusan itu.

Selain PAN, PKB, PKS, dan Gerindra, komunikasi poli­tik antara Demokrat dengan parpol lainnya (PPP, Golkar, Hanura) bagaimana?
Baik. Dalam politik itu mah lobi dan dialog itu adalah kenis­cayaan. Jadi normal saja dialog dan diskusi antar partai.

Apakah ada indikasi mereka mau mendukung poros ketiga?
Bisa saja, karena kan semua mau calonnya jadi cawapres. Padahal cawapres itu hanya satu. Bayangkan jika diumumkan dan calonnya tidak terpilih, tentu semua bisa saja berubah cepat sekali.

Seandainya mereka men­dukung poros ketiga, siapa capres-cawapres yang kira-kira bisa diusung?
Bisa yang ada sekarang, tapi bisa juga pemain baru.

Calon yang ada sekarang itu maksudnya siapa?

Prabowo dan Jokowi kan? Bisa saja yang ada ini, tapi bisa juga yang baru. Semua kesempatan itu masih terbuka. Yang pasti SBY dan PD itu akan menjadi bandul epicentrum keputusan final pencapresan ini. Dan AHY bisa jadi faktor pemberi energi bagi capres yang jadi pasangannya. Karena hasil survei memberikan elektabili­tas tertinggi baginya. Jadi kita tunggu saja nanti bagaimana hasilnya. ***

Populer

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

Asian Paints Hengkang dari Indonesia dengan Kerugian Rp158 Miliar

Sabtu, 15 Februari 2025 | 09:54

Bos Sinarmas Indra Widjaja Mangkir

Kamis, 13 Februari 2025 | 07:44

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

Temuan Gemah: Pengembang PIK 2 Beli Tanah Warga Jauh di Atas NJOP

Jumat, 14 Februari 2025 | 21:40

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Dugaan Tunggangi Aksi Warga Kapuk Muara, Mabes Polri Diminta Periksa PT Lumbung Kencana Sakti

Selasa, 18 Februari 2025 | 17:59

UPDATE

Kejanggalan LHKPN Wakil DPRD Langkat Dilapor ke KPK

Minggu, 23 Februari 2025 | 21:23

Jumhur Hidayat Apresiasi Prabowo Subianto Naikkan Upah di 2025

Minggu, 23 Februari 2025 | 20:56

Indeks Korupsi Pakistan Merosot Kelemahan Hampir di Semua Sektor

Minggu, 23 Februari 2025 | 20:44

Beban Kerja Picu Aksi Anggota KPU Medan Umbar Kalimat Pembunuhan

Minggu, 23 Februari 2025 | 20:10

Wamenag Minta PUI Inisiasi Silaturahmi Akbar Ormas Islam

Minggu, 23 Februari 2025 | 20:08

Bawaslu Sumut Dorong Transparansi Layanan Informasi Publik

Minggu, 23 Februari 2025 | 19:52

Empat Negara Utama Alami Krisis Demografi, Pergeseran ke Belahan Selatan Dunia, India Paling Siap

Minggu, 23 Februari 2025 | 19:46

Galon Polikarbonat Bisa Sebabkan Kanker? Simak Faktanya

Minggu, 23 Februari 2025 | 19:34

Indra Gunawan Purba: RUU KUHAP Perlu Dievaluasi

Minggu, 23 Februari 2025 | 19:31

Kolaborasi Kunci Keberhasilan Genjot Perekonomian Koperasi

Minggu, 23 Februari 2025 | 19:13

Selengkapnya