Keberadaan mafia pangan sudah sejak lama meresahÂkan masyarakat dan merugikan petani. Upaya Perum Bulog dan pihak terkait untuk memberanÂgus mafia sangat diharapkan agar kebutuhan pangan nasional terbebas dari tindak kriminal sejumlah oknum.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) menegasÂkan, jika mafia pangan dibiarkan terus bukan tidak mungkin harga kebutuhan pangan di tengah-tengah masyarakat makin mahal karena sengaja dibuat langka oleh mereka. Tingginya harga pangan karena ulah mafia ini tidak memÂberikan dampak positif secara langsung pada petani.
Dari pengamatannya sejauh ini, dia mengungkapkan, ada oknum di internal Bulog yang bekerja sama dengan mafia. TeruÂtama untuk urusan beras, oknum pegawai ini memiliki banyak modus untuk meraup untung tidak halal. "Ada berbagai cara ada dari mereka yang menimbun beras, dia (mafia beras) bekeja sama dengan okum di Bulog. Beras di Bulog dicampur dengan beras lokal dan jadi kemasan dan dijual dengan harga mahal. Beras medium dijual jadi premium terus dengan teknologi dan cara macam-macam lah," kata Budi.
Ketua Umum Himpunan KeruÂkunan Tani Indonesia (HKTI) Jenderal (Purn) Moeldoko menÂgatakan pihaknya sudah geram dengan keberadaan mafia. Jika dibutuhkan dia siap ikut membasÂmi mafia pangan. "Kalau menurut saya orang seperti itu harus diberiÂkan pelajaran, kita harus berani. Bisa nggak ? kalau nggak bisa gue nanti yang maju," tegasnya kepada
Rakyat Merdeka.
Dijelaskan, para petani di kampung banyak yang tidak tahu jika hasil panen mereka yang dibeli dengan harga rendah bisa dijual mahal. Adanya impor pangan juga mesti diselidiki, dikhawatirkan impor dengan alaÂsan kelangkaan akibat barangnya disembunyikan oleh mafia.
Jika impor pangan sampai dilakukan, tentu petani lokal yang miris karena hasil panen harus dijual murah.
"Benar mafia pangan itu sanÂgat merugikan petani keberadaan mereka itu pasti menyusahkan para petani jadi harus dibersihÂkan," jelasnya.
Dia mendukung upaya pemÂberantasan mafia yang dilakuÂkan Bulog dan Satgas Pangan. Moeldoko menilai, kinerja BuÂlog dan semua pihak yang ingin memberantas mafia sangat baÂgus. Dalam waktu singkat dia mendengar Bulog sudah menÂgantongi nama mafia tersebut.
"Saya pikir untuk memberanÂtas mafia pangan langkah kepoliÂsian dan juga Satgas itu sudah bagus," tutur pria yang menjabat Kepala Staf Kepresidenan ini.
Menurutnya, upaya menangÂkap mafia tidak mudah maka diperlukan data dan bukti yang cukup sebelum menjebloskan mereka ke penjara. HKTI seÂbagai organisasi tidak memiliki kuasa untuk bertindak. Makanya sampai saat ini Moeldoko menÂgaku masih terus memantau perkembangan dari Bulog dan Satgas Pangan. Pihaknya selalu siap kapan saja jika diminta banÂtuan untuk menindak mafia.
"Harus berkolaborasi, kita sudah berkomunikasi juga denÂgan Bulog dan Satgas untuk mengetahui perkembangan dan mendapat jaminan atas keterseÂdiaan pangan," terang dia.
Awasi Dan DataBuwas mengatakan, saat ini Bulog terus bekerja sama dengan Satuan Tugas (Satgas) Pangan untuk melakukan pengawasan di internal. Pihaknya juga mendata oknum-oknum yang berada di sekitar Bulog maupun pihak luar. "Kita berikan ke teman-teman Satgas Pangan dan denÂgan mudah didata dan diketahui untuk penindakan, supaya tidak ada unsur kesengajaan yang berulang," kata Buwas.
Bukan hanya beras, komodiÂtas pangan lainnya juga kerap dimainkan mafia. Kalau daging seperti ayam itu dikumpul di
cold storage, dari petani ditimbun baru dikeluarkan pelan-pelan. ***