Kenaikan harga BBM jenis Pertamax dinilai sebagai bukti tim ekonomi Joko Widodo cuma ahli tebak-tebakan dalam memprediksi keadaan perekonomian global.
Begitu kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arief Poyuono saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, Senin (2/7).
Menurutnya pemerintah, dalam hal ini Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati (SMI) juga telah menyebarkan informasi bohong alias hoaks.
Sebab PT Pertamina menaikan harga beberapa jenis Pertamax mulai 1 Juli 2018 pukul 00.00 WIB. Padahal, sesuai dengan RAPBN tahun anggaran 2018 lalu, SMI pernah bilang kalau tidak akan ada kenaikan harga BBM, elpiji 3 kg, dan listrik di tahun 2018.
Arief juga menilai tim ekonomi Joko Widodo tidsk menjalankan kajian analisa yang mendalam, serta tanpa memperhitungkan kebijakan ekonomi. Semisal dalam prediksi kenaikan harga minyak dunia, dan kenaikan suku bunga the FED.
Tim perancang APBN pemerintahan Joko Widodo pun dinilainya terlampau percaya diri dalam mematok target. Misalnya dalam mematok pertumbuhan ekonomi dan program ketahanan pangan yang terlampau tinggi.
"Makanya asumsi-asumsi yang ada di APBN 2018 yang di ajukan ke DPR salah semua alias ngawur seperti mematok harga minyak dunia juga meleset, karena (mereka) engga mikir kalau 2018 ada event Piala Dunia yang membutuhkan pengunaan BBM yang besar, kemudian engga bisa memprediksi konflik di Timur Tengah yang berpengaruh pada harga minyak dunia dan perang dagang antara USA vs Rusia-China," sesalnya.
Diakuinya bahwa kenaikan harga BBM memang utamanya akibat kenaikan harga minyak dunia dan kurs US dollar terhadap rupiah.
Namun sambung Arief ada penyebab lain yang tak kalah berpengaruh. Yakni terjadinya rente impor BBM oleh perusahaan pemilik quota import BBM yang diduga dikendalikan oleh Ketua Umum Partai pendukung Joko Widodo.
"Begitu juga impor pangan seperti bawang putih yang dilakukan oleh kartel importir bawang putih yang juga dalam kendali elit politik partai pendukung Joko Widodo," pungkasnya.
[nes]