Hasil jeblok Gerindra di Pilkada 2018 tak menghalangi langkah Prabowo Subianto nyapres. Gerindra memastikan akan tetap mengusung Ketumnya itu. Namun ada yang menyarankan agar Prabowo salat istikharah, meminta petunjuk Allah agar pencalonannya tidak sia-sia.
Kepastian Prabowo kembali menantang Jokowi di Pilpres ini disampaikan Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani, kepada wartawan di rumah dinasnya, di kawasan Kemang, Jakarta, kemarin. Baginya, Prabowo bukan king maker. "Pak Prabowo jadi capres, bukan king maker. Capres dari partai yang memiliki kursi 73, kurang 39 kursi lagi," ungkap Muzani.
Muzani mengatakan, potensi kursi dan ketokohan Prabowo itu yang menjadi keyakinan partai berlambang kepala burung Garuda tersebut mengusung mantan Danjen Kopassus itu di Pilpres 2019. Pun, partai-partai seperti PAN, PKS, dan PBB disampaikan hal senada. "Ini yang kita buat untuk meyakinkan partai-partai lain. Pertemuan kami juga intensif dengan mereka," katanya.
Dalam waktu dekat, lanjut Muzani, Prabowo akan bertemu dengan pimpinan PAN dan PKS guna membahas persiapan pencapresannya Prabowo. "Ini untuk menunjukkan bahwa kami serius mencalonkan Pak Prabowo," ungkapnya.
Muzani juga enggan menyamakan hasil Pilkada sama dengan Pilpres. Baginya itu dua hal yang berbeda. Seperti diketahui, dalam Pilkada Serentak 2018, Gerindra hanya meraih kemenangan di empat Pilkada tingkat Gubernur: Pilgub Sumut, Pilgub Kaltim, dan Pilgub Maluku.
"Pilkada itu kan ada hukumnya sendiri. Kita tidak akan bergantung pada hasil pilkada yang diumumkan oleh KPU, karena kita punya cara antisipasi gimana pilpres, gimana pileg," lanjut Muzani.
Kendati demikian, dia tetap menghormati apapun hasil yang diraih Gerindra pada pesta demokrasi tingkat daerah tahun ini. Dia pun kembali mengingatkan kepada masyarakat bahwa Pilkada dan Pilpres harus menjadi hal yang harus dipisahkan. "Pilpres ya pilpres, pilkada ya pilkada," pungkasnya.
Seperti diketahui, Gerindra, PAN dan PKS disebut bakal berkoalisi mengusung Prabowo sebagai capres 2019. Meski begitu, belum ada komposisi pasti siapa capres dan cawapres yang bakal mereka usung.
Sejauh ini, PKS telah menyodorkan sembilan nama untuk diusung menjadi cawapres Prabowo. Sembilan kader itu yakni, mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan; Wakil Ketua Majelis Syuro PKS, Hidayat Nur Wahid; Mantan Presiden PKS, Anis Matta; Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno. Kemudian, Presiden PKS, Mohamad Sohibul Iman; Ketua Majelis Syuro PKS, Salim Segaf Al Jufrie; Mantan Presiden PKS Tifatul Sembiring; Ketua DPP PKS, Al Muzammil Yusuf, dan Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera.
Belakangan, justru PKS menggulirkan nama Gubernur Jakarta, Anies Baswedan sebagai capres. "Memang ada suara dari akar rumput mengusung Anies-Aher. Itu wacana," ujar Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera kepada Rakyat Merdeka.
Mardani berharap, Gerindra segera memutuskan tidak hanya siapa nama cawapres Prabowo, juga nama-nama menteri dikabinet. "Semua biar jelas, jangan beli kucing dalam karung. Rakyat juga perlu mengetahui itu," katanya.
Dibisiki Mardani, Gerindra dan partai koalisi akan memutuskan nama capres-cawapres setelah Jokowi melakukan deklarasi siapa cawapresnya. "Jika itu terjadi, yang memang bagus juga. Kita lihat nanti," pungkasnya.
Sementara PAN, menyatakan tak akan memaksa mengusung capres dari kadernya. Namun, Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais baru saja dideklarasikan sebagai capres oleh Kelompok Ummat Madani (KUM) Sabtu, kemarin.
Pengamat politik dari Universitas Parahiyangan Bandung, Prof Asep Warlan Yusuf menyarankan agar Prabowo melakukan istikharah, meminta petunjuk kepada Allah sebelum memutuskan hal besar. Apalagi, Gerindra belum menunjukkan tren positif di Pilkada Serentak 2018. "Baiknya istikharahlah, minta petunjuk. Ini baik, Prabowo sebaiknya realistis dan tidak emosional," ujar Asep kepada Rakyat Merdeka.
Asep menyarankan, Prabowo benar-benar merenungi plus minus maju sebagai calon presiden. Apalagi, lawan yang dihadapinya kali ini telah mengalahkannya di Pilpres 2014. Untuk itu, perlu hitungan macam seperti siapa wakilnya dan sumber logistiknya. "Diharapkan lebih matang, karena ini harus betul-betul harus realistis," ungkapnya.
Asep menganalisa, saat ini Prabowo masih berhitung apakah realistis maju sebagai capres atau justru menjadi king maker. Apalagi, kader militan terus mengomporinya untuk maju sebagai capres. Memang, untuk saat ini masih Prabowo leader kelompok masyarakat non-Jokowi.
Sementara, pengamat politik SIGMA, Said Salahudin memprediksi Partai Gerindra masih akan tetap mengusung Prabowo karena perolehan suaranya tak terlalu jauh dengan Jokowi pada Pemilu 2014 lalu. Baginya, peluang Prabowo untuk menang masih terbuka.
Namun, peluang Prabowo saat ini masih bergantung tentang ada tidaknya poros ketiga. Jika ada, maka Prabowo harus berhitung rally panjang. Termasuk mengenai kendala dan logistik. Sebaiknya, Prabowo bisa meyakinkan partai-partai agar terjadi pertarungan head to head dengan Jokowi. "Karena kalau dua putaran ya mungkin akan diasumsikan mending Pak Prabowo aja sekalian," pungkasnya. ***