Berita

Foto/Net

Bisnis

Pemenang Pilkada Diminta Jamin Kepastian Investasi

Investor Cemaskan Perda Baru
KAMIS, 28 JUNI 2018 | 09:58 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Kebijakan daerah berpotensi mengalami perubahan pasca Pilkada secara serentak. Para kepala daerah baru diharapkan tidak membuat peraturan yang menyulitkan investasi.

Ekonom Institute Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhis­tira Adhinegara menyerukan kepada para pemenang pemi­lihan kepala daerah (Pilkada) tidak membuat regulasi yang memicu ketidakpastian hukum, terutama terkait perizinan dan in­vestasi. Menurutnya, para inves­tor sejatinya lebih mencemaskan masalah kepastian hukum ketim­bang proses penyelenggaraan Pilkada itu sendiri.

"Suhu politik memang mem­buat investor khawatir. Tetapi mereka lebih takut ketidakpas­tian kebijakan. Bisa dibayang­kan ada 171 pilkada secara serentak. Berapa banyak Perda baru akan muncul? Masalah itu jauh lebih berbahaya karena bisa menghambat investasi," ujar Bhima kepada Rakyat Merdeka, kemarin.


Bhima menuturkan, tantangan ketidakpastian hukum merupa­kan hal penting yang harus men­jadi perhatian serius pemerintah pusat pasca Pilkada. Apalagi, saat ini masih banyak peraturan yang belum sinkron antara pusat dan daerah.

Bhima berharap, pemerintah memberikan saksi tegas kepada daerah yang mempersulit in­vestor. Hal ini bisa dilakukan melalui instrumen anggaran. Misalnya, menghentikan semen­tara pemberian anggaran Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dalam beberapa waktu.

Saat ditanya mengenai suhu politik tingkat nasional, Bhima memandang masih terkendali, tidak sampai berdampak signifi­kan terhadap investasi.

Bhima menerangkan, gen­carnya kritik yang disampaikan kelompok oposisi mengenai kinerja perekonomian tidak akan ditelan mentah-mentah para investor. "Misalnya kritik soal utang. Para investor kan memiliki tim dan ahli yang bisa menggali data,"  terangnya.

Bhima menyarankan pemerintah untuk tidak panik dengan kritik yang makin kencang. Cukup dijawab saja dengan data-data dimiliki pemerintah. Menurutnya, banyaknya kritik justru bagus sebagai sarana check and balances.

Soal utang, Bhima menam­bahkan, pihaknya tidak mau memperdebatkan besaran nomi­nalnya yang kini terus membe­sar, tetapi pada produktivitasnya. "Untuk mengukurnya bisa pakai DSR (debt to service ratio). Sekarang kita di atas 25 persen lewat ambang batas aman DSR menurut IMF. Ya saran saya pe­merintah harus hati-hati. Apalagi defisit perdagangan sudah terjadi 4 kali dalam 5 bulan terakhir," jelasnya.

Tak Ganggu Ekonomi

Pengamat ekonomi Univer­sitas Gajah Mada (UGM) Tony Prasetiantono optimistis per­helatan politik di Tanah Air tidak akan mengganggu kinerja perekonomian. "Saya optimistis tahun politik tidak membawa bencana bagi ekonomi Indo­nesia. Kalaupun ada masalah muncul, saya yakin bukan dari sisi politik," kata Tony.

Tony mencontohkan, kondisi pasar finansial sempat bergejo­lak menjelang pemilihan umum 2009. Hal itu terjadi bukan karena suhu politik di dalam negeri tetapi karena dampak dari krisis subprime mortgage (masalah kredit perumahan) yang terjadi di Amerika Serikat. Walau begitu, ekonomi Indone­sia dalam keadaan stabil karena terbantu oleh membaiknya harga komoditas.

Contoh lain kondisi pereko­nomian menjelang pemilihan umum 2014. Menurut Tony, persoalan ekonomi dampak dari kebijakan pemerintah harus melakukan konsolidasi fiskal terkait penyesuaian subsidi energi seiring dengan kenaikan harga minyak dunia. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Pramono Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pemutihan Ijazah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:44

Jangan Dibenturkan, Mendes Yandri: BUM Desa dan Kopdes Harus Saling Membesarkan

Senin, 22 Desember 2025 | 17:42

ASPEK Datangi Satgas PKH Kejagung, Teriakkan Ancaman Bencana di Kepri

Senin, 22 Desember 2025 | 17:38

Menlu Sugiono Hadiri Pertemuan Khusus ASEAN Bahas Konflik Thailand-Kamboja

Senin, 22 Desember 2025 | 17:26

Sejak Lama PKB Usul Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:24

Ketua KPK: Memberantas Korupsi Tidak Pernah Mudah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:10

Ekspansi Pemukiman Israel Meluas di Tepi Barat

Senin, 22 Desember 2025 | 17:09

Menkop Dorong Koperasi Peternak Pangalengan Berbasis Teknologi Terintegrasi

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

PKS Kaji Usulan Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

Selengkapnya