Foto/Net
Foto/Net
DARIPADA melarang, lebih baik mengatur mudik. Mudik tidak akan pernah bisa diÂlarang. Meskipun secara logika sulit dipahami tetapi secara psikologis manfaatÂnya dapat dirasakan, teruÂtama oleh para pemudik. Itulah sebabnya kita sering menyaksikan orang mudik yang melampaui pikiran sehat. Mereka menggunakan sepeda motor bebek, yang di depan ada tumpukan kardus. Di atas kardus ada anak kecil duduk, di belakang ada juga anak kecil diapit antara bapak yang menyetir dan ibu yang menggenÂdong bayi di samping. Di belakang ada balok tambahan untuk menyimpan koper kecil. MoÂtor yang ditumpanginya menggunakan nomor polisi berplat B (Jakarta) yang sedang mendaÂki salah satu bukit di pinggir Kota Semarang. Satu sisi kita prihatin melihatnya tetapi mereÂka sedang menikmati "indahnya pulang kamÂpung". Apa sesungguhnya yang mereka cari di kampung?
Sangat subjektif untuk menjawab pertanÂyaan tersebut. Boleh jadi jawabannya sangat tidak masuk akal tetapi dinikmati luar biasa oleh para pemudik. Tak terbayang betapa inÂdahnya berada dalam kecupan bibir seorang ibu tua yang dulu pernah membelai anaknya setiap hari. Tak terbayang lezatnya bisa kemÂbali merasakan racikan sayur yang dibuat oleh sang ibu. Tak terbayang betapa indahnya satu keluarga bisa hidup tergelatak bersama di atas karpet tua bersama keluarga dekat. Tak terlukiskan bagaimana nikmatnya makan berÂsama di rumah kecil di tengah sawah sambil menjaga burung pipit untuk tidak memakan buah padi. Bagaimana indahnya seorang anak Jakarta memanjat pohon memetik buah kebun eyangnya. Pemandangan ini juga pernah diÂlukiskan dalam Al-Qur'an: "Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan meÂmeliharanya?" Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak berduka cita. (Q.S. Thaha/20:40).
Tidak bisa dibayangkan bagaimana indahÂnya seorang anak mencium kaki seorang ibu dan bapak tua sambil menangis seraya memohon ampun atas berbagai bentuk keÂnakalan dan kedurhakaan yang pernah dilakuÂkan di masa lalu. Bagaimana nikmatnya menÂdengarkan tiupan seruling senja seorang anak pengembala kebo di pinggir sawah. BagaimaÂna indahnya ikut serta saudara menangkap ikan di laut atau menangkap ikan di empang milik keluarga. Kesemuanya itu merupakan peristiwa psikologis yang tak gampang diluÂpakan. Pengalaman indah di kampung mengÂhilangkan sisa-sisa penderitaan di atas kendÂaraan sepanjang jalan menuju ke kampung.
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Senin, 08 Desember 2025 | 19:12
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00
Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03
Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02
UPDATE
Selasa, 16 Desember 2025 | 01:30
Selasa, 16 Desember 2025 | 01:22
Selasa, 16 Desember 2025 | 01:04
Selasa, 16 Desember 2025 | 00:38
Selasa, 16 Desember 2025 | 00:12
Selasa, 16 Desember 2025 | 00:06
Senin, 15 Desember 2025 | 23:34
Senin, 15 Desember 2025 | 23:34
Senin, 15 Desember 2025 | 23:10
Senin, 15 Desember 2025 | 23:07