Hal paling esensial yang harus dimiliki setiap wartawan dalam melaksanakan tugas kewartawanannya adalah itikad baik.
Mengandalkan kemajuan teknologi tanpa mengiringinya dengan itikad baik bisa membuat wartawan dan media massa menjadi produsen informasi yang dipenuhi ujaran kebencian dan kebohongan.
Begitu antara lain disampaikan Ketua bidang Luar Negeri Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Teguh Santosa, ketika berbicara dalam Konferensi Forum Wartawan Belt and Road 2018 di Universitas Komunikasi China di Beijing, Republik Rakyat China, Rabu (20/6).
Konferensi ini diselenggarakan All China Journalists Association (ACJA), didukung Universitas Komunikasi China dan Radio Internasional China.
"Seringkali kita larut membicarakan kemajuan teknologi komunikasi informasi dan mengagumi kemampuan kita menembus hal-hal yang selama ini membatasi arus informasi. Namun tanpa disadari kita melupakan bahwa yang paling penting dari praktik kewartawanan adalah itikad baik," ujar Teguh dalam sesi Integrated Development of Media, Building New Channels for Communication.
"Mengabaikan itikad baik membuat ruang publik dipenuhi ujaran kebencian, dan berita yang diwarnai kebohongan," sambungnya.
Teguh berharap, Forum Wartawan Belt and Road yang didirikan tahun lalu dapat menjadi wadah bagi semua anggota Forum untuk saling bertukar informasi yang didasarkan pada niat baik demi mencapai tujuan bersama.
Teguh mengatakan, Belt and Road Initiative (BRI) yang ditawarkan Presiden Xi Jinping sejalan dengan keinginan Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia. Hal ini menjadi salah satu latar belakang yang mendorong PWI ikut mendirikan Forum Wartawan Belt and Road dalam konferensi di Beijing tahun 2017 lalu.
"Dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta jiwa dan sekitar 17 ribu pulau, Indonesia memiliki visi menjadi poros maritim dunia. Indonesia dan China perlu mensinergikan kedua gagasan itu (Poros Maritim Dunia dan Belt and Road)," kata dia lagi.
Sebelumnya di tempat yang sama, Teguh Santosa mendatangani Kesepakatan Kerjasama dalam kerangka Belt and Road dan Poros Maritim Dunia.
Dari pihak ACJA, dokumen kerjasama ditandatangani Sekretaris Eksekutif ACJA, Wang Dongmei.
Penandatanganan dokumen kerjasama itu juga disaksikan Ketua PWI Jawa Barat Mirza Zulhadi Nachli, Ketua PWI Kalimantan Barat Gusti Yusri Ismail, dan Penasihat PWI Kalbar Hendry Jurnawan.
Dalam dokumen kerjasama itu disebutkan bahwa hubungan antara PWI dan ACJA didasarkan pada prinsip-prinsip kerelaan, kesetaraan, persahabatan dan konsultasi.
Bentuk kegiatan yang disepakati dalam dokumen kerjasama tersebut adalah pertukaran wartawan, penyelenggaraan liputan bersama, penyelenggaraan kegiatan bernilai akademik dan pelatihan kewartawanan.
Kedua pihak juga sepakat memberikan penghargaan kepada wartawan yang menghasilkan karya jurnalistik yang baik dalam konteks BRI dan Poros Maritim Dunia.
[ald]