Berita

Rizal Ramli/Net

Dunia

Ini Pesan Rizal Ramli Untuk Presiden Turki

MINGGU, 17 JUNI 2018 | 00:06 WIB | LAPORAN: TEGUH SANTOSA

Di luar penampilan hebat sebagai negara yang berani bersuara lantang, Turki sesungguhnya sedang berdiri di tepi jurang krisis ekonomi.

Nilai tukar mata uang negara itu anjlok hingga 20 persen. Tren penurunan nilai tukar terjadi sejak awal tahun ini.

Menurut berbagai analis, nilai tukar lira melemah karena arus keluar dolar AS yang sangat tinggi menyusul keputusan The Fed menaikkan tingkat suku bunga.


Penurunan nilai tukar lira semakin tak terkendali bulan Mei lalu setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan rencana pengaturan suku bunga. Rupanya, rencana itu tak disukai investor. Nilai tukar lira terjerembab ke titik terendah 4,69 lira per dolar AS.

Bank Sentral Turki beberapa kali berusaha menahan kejatuhan nilai tukar mata uang, misalnya dengan menaikkan suku bunga dari 13,5 persen menjadi 16,5 persen dengan maksud agar dolar AS betah berlama-lama mengendap di Turki.

Tetapi kebijakan itu pun tak banyak membantu. Walhasil posisi Erdogan terancam menjelang pemilihan umum yang akan digelar 24 Juni mendatang.

Popularitas dan elektabilitas Partai Keadilan dan Pembangunan (PKP) yang dipimpin Erdogan menurut sejumlah survei menghadapi masalah sangat serius. Ada kemungkinan PKP akan kehilangan posisinya sebagai mayoritas di Parlemen. Di sisi lain, posisi aliansi oposisi yang dimotori Partai Rakyat Republikan (PRR) menguat secara signifikan.

Kandidat presiden dari PRR, Muharrem Ince, diperkirakan akan menghadapi Erdogan dalam putaran final (run off) pemilihan presiden pada 8 Juli mendatang.

Agar perekonomian Turki bisa diselamatkan, begitu juga posisi politik PKP dan Erdogan, berbagai analis menyarankan Turki melirik International Monetary Fund (IMF) sebagai dewa penyelamat.

“IMF adalah jangkar, dan negeri ini (Turki) membutuhkan dorongan yang meyakinkan," ujar Tim Ash, seorang analis senior di Blie Bay Asset Management di London, seperti dikutip dari AhvalNews6.

IMF pun sudah mewanti-wanti Turki. Dalam laporan di akhir bulan April lalu, IMF mengatakan bahwa stimulus yang diberikan pemerintah untuk menahan kejatuhan lira hanya akan membuat ekonomi Turki semakin buruk. Sementara situasi semakin panas, dan dikhawatirkan akan terjadi hard landing.

Dari Indonesia, ekonom senior DR. Rizal Ramli menyarankan agar Turki tidak tergiur pada rayuan pihak-pihak yang menyarankan Turki meminta bantuan dari IMF.

Rizal mengakui bahwa situasi yang dihadapi Turki sangat pelik. Namun bukan berarti tidak ada alternatif jalan keluar yang bisa diambil.

"Ini pilihan sulit buat Turki. Mata uangnya jatuh, dan disarankan meminjam ke IMF. Kalau itu yang dipilih, mata uangnya makin jatuh," ujar Rizal Ramli dalam perbincangan dengan redaksi (Sabtu malam, 16/6).

Rizal mengingatkan, pinjaman dari IMF hanya akan digunakan untuk menyelematkan kreditor. Sementara perekonomian akan semakin ambruk.

"Bisa-bisa Erdogan jatuh, persis yang dialami Soeharto di Indonesia 1998 karena mengikuti saran Wijoyo dan kawan-kawan untuk meminta bantuan dari IMF," sambungnya.

Rizal menyarankan Erdogan mengikuti jejak Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad dan Gubernur Bank Sentral Malaysia Zeti Akhtar Aziz.

"Mereka menolak IMF dan memilih jalan sendiri. Akhirnya ekonomi Malaysia selamat dari krisis ekonomi 1998 tanpa tergores sama sekali," demikian Rizal Ramli. [guh]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya