Berita

Gde Siriana/Net

Politik

Hapus Foto Amien Rais, Instagram Menjelma Jadi Simpatisan Penguasa

SELASA, 05 JUNI 2018 | 01:15 WIB | LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO

Foto pertemuan Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais dengan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Mekah dihapus pihak Instagram.

Foto yang diunggah di akun @amienraisofficial itu hilang dan berganti tulisan "Your Post Has Been Removed”. Instagram beralasan bahwa unggahan milik @amienraisofficial itu tidak mengikuti panduan komunitas.

Menanggapi hal itu, peneliti dari Direktur Eksekutif Local Governance Strategic Studies (LOGOSS) Gde Siriana menilai bahwa tindakan Instagram telah mencederai demokrasi. Menurutnya, penghapusan itu memberikan fakta bahwa Instagram telah menjelma menjadi simpatisan kekuasaan.


“Jika berita itu benar, maka ini mencederai demokrasi. Seperti halnya kasus Facebook dalam pemilu AS, maka IG (Instagram) sudah menjadi simpatisan bagi kelompok kekuasaan yang menjadi lawan politik seperti Prabowo Subianti, Rizieq Shihab, dan Amien Rais,” ujarnya kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (5/6).

Menurutnya, hal ini juga membuka tabir bahwa kelompok pemodal dan media massa besar selalu berupaya mengatur demokrasi Indonesia, yang tentunya bekerja melalui akses-akses kekuasaan.

Proyek pluralisme, developmentalisme, dan civil society selalu diproduksi oleh jaringan kelompok yang memiliki akses kekuasaan dan para pemilik modal dan media massa.

“Merekalah yang menentukan wacana dan teks,” terang Gde.

Wacana, sambungnya, bekerja dalam wilayah ketidaksadaran masyarakat, yang diproduksi untuk menjadi paradigma masyarakat. Sementara teks bekerja secara efisien untuk menyebarkan wacana.

“Teks mengemas realitas yang seringkali lepas dari konteksnya dan secara dahsyat memberikan proposisi terhadap kelompok yang mana yang berkepentingan,” sambungnya.

Gde menjelaskan bahwa pengetahuan selalu diproduksi oleh kekuasaan dan setiap kekuasan selalu menghasilkan kebenaran sendiri. Dengan demikian, kekuasaan cenderung melahirkan rezim kebenaran tertentu melalui wacana dan institusi kekuasaan.

“Masyarakat tidak lagi dikontrol lewat kekuasaan yang bersifat fisik atau kekerasan tetapi akan selalu dikontrol, diatur dan disiplinkan lewat wacana,” lanjutnya.

Kekuasaan akan menghasilkan wacana dominan yang membentuk dan mengarahkan bagaimana suatu obyek harus dibaca dan difahami. Masyarakat tidak lagi memiliki kesempatan untuk berfikir tentang wacana yang lain, tetapi dipaksa mengkonsumsi wacana dominan.

“Dengan demikian, wacana yang lainya misalnya mengenai ketidakadilan ekonomi dan penguasaan segelintir orang atas ekonomi nasional yang dianggap mengganggu status quo menjadi terpinggirkan,” jabarnya.

Wacana dominan menjadi legitimasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam kekuasaan untuk mengukuhkan eksistensinya. Misalnya, wacana pluralisme atau kebhinnekaan, akan menjadi paradigma di mana tujuannya adalah siapa yang mengklaim paling pluralis pasti akan berkuasa.

“Juga dalam hal wacana ekonomi infrastruktur, tujuannya adalah siapa yang paling getol membangun infrastruktur itu lah pemerintahan yang berhasil,” tukasnya.

“Wacana lain tentang beban utang, ketimpangan kesejahteraan dan penguasaan asing atas ekonomi nasional tidak diberikan ruang dalam kognitif masyarakat, meski itu sangat fundamental dan sisi buruk dalam realitas sesungguhnya,” tutup Gde. [ian]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pramono Pertahankan UMP Rp5,7 Juta Meski Ada Demo Buruh

Rabu, 31 Desember 2025 | 02:05

Bea Cukai Kawal Ketat Target Penerimaan APBN Rp301,6 Triliun

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:27

Penemuan Cadangan Migas Baru di Blok Mahakam Bisa Kurangi Impor

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:15

Masyarakat Diajak Berdonasi saat Perayaan Tahun Baru

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:02

Kapolri: Jangan Baperan Sikapi No Viral No Justice

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:28

Pramono Tebus 6.050 Ijazah Tertunggak di Sekolah

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:17

Bareskrim Klaim Penyelesaian Kasus Kejahatan Capai 76 Persen

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:05

Bea Cukai Pecat 27 Pegawai Buntut Skandal Fraud

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:22

Disiapkan Life Jacket di Pelabuhan Penumpang pada Masa Nataru

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:19

Jakarta Sudah On The Track Menuju Kota Global

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:03

Selengkapnya