Berita

Foto/Net

Bisnis

Nilai Tukar Rupiah Diyakini Menguat

Bos BI Sudah Siapkan Jurus
SENIN, 28 MEI 2018 | 11:14 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Nilai tukar rupiah masih memiliki peluang menguat, meski terbatas. Sebab, sejumlah langkah penguatan rupiah yang dilakukan Bank Indonesia (BI), efeknya diyakini baru akan terasa beberapa bulan mendatang.

Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Reny Eka Putri melihat, sentimen negatif yang menekan rupiah semakin berkurang. Apalagi, BI saat di bawah kepemimpinan Agus DW Mar­towardojo, terus melakukan inter­vensi serta mengeluarkan kebijakan baru untuk menguatkan rupiah.

"Semoga kebijakan lain yang bisa menstabilkan rupiah di­lanjutkan Gubernur BI yang baru, Perry Warjiyo. Apalagi dia berkomitmen dalam menstabil­kan nilai tukar rupiah," ujarnya kepada Rakyat Merdeka.


Sementara dari sisi dolar AS, lanjut Reny, sepekan kemarin sempat menguat karena ekspek­tasi kenaikan suku bunga Fed Fund Rate hingga empat kali pada tahun ini. Namun ekspektasi itu hanya berkembang di pasar.

"Yang saya lihat, justru hasil notulensi pertemuan (FOMC) yang dirilis Kamis dini hari lalu, malah tidak membicara­kan mengenai kenaikan suku bunga," imbuh Reny.

Itu artinya, sambung Reny, setidaknya ada harapan minggu ini rupiah masih berpeluang menguat. Namun, pergerakan terbatas karena banyak hari libur di minggu ini. "Rupiah diproyeksi bergerak di rentang Rp 14 ribu-Rp 14.130 per dolar AS minggu ini," tuturnya.

Pendapat Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk Adrian Panggabean sedikit berbeda. Dia melihat rupiah masih akan melanjutkan pelemahannya terhadap dolar AS.

Menurut Adrian, naiknya suku bunga acuan pada saat in­flasi masih di bawah target kebi­jakan moneter, ditambah dengan masih lemahnya pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2018, yang kemudian direspons oleh pasar obligasi dengan aksi jual yang pada akhirnya membuat rupiah terdepresiasi.

"Beberapa hari yang lalu, ru­piah sempat melewati angka Rp 14.200 per dolar. Kami tetap percaya bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuannya secara gradual tiga kali tahun ini. Itu artinya, US Treasury tenor 10 tahun di akhir tahun akan bergerak di rentang 3-3,25 persen, dan akan kembali menekan rupiah," tu­turnya kepada Rakyat Merdeka.

Adrian melanjutkan, pihaknya memperkirakan rupiah akan bergerak pada kisaran Rp 13.800-14.100 di tahun 2018. "Kami merevisi proyeksi rupiah dari angka Rp 13.550 per dolar AS," imbuh Adrian.

Terpisah, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, dalam menstabilkan mata uang Garuda, pihaknya akan mengambil be­berapa langkah jangka pendek. BI akan memprioritaskan kebi­jakan moneter untuk stabilisasi kurs dengan kombinasi suku bunga dan intervensi ganda.

"Kemarin sudah naik 25 bps, kami akan rencana untuk pre­emptive, front loading, ahead of the curves, dalam respons kebijakan suku bunga, kemudian terus melakukan intervensi ganda demi stabilisasi kurs," katanya.

Yang dimaksud langkah inter­vensi ganda tersebut, sambung Perry, yakni supply foreign ex­change dan membeli surat ber­harga negara (SBN) di pasar sekunder hingga Rp 50 triliun. Untuk Mei 2018 saja, BI telah membeli SBN mencapai Rp 13 triliun. "Kami terus beli agar bisa lebih stabilitasi kurs. Lebih front loading," katanya.

Selain itu, koordinasi dengan pemerintah maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan ditempuh sebagai langkah bersama untuk stabilkan kurs, yakni dengan le­lang SBN, buyback, dan lainnya.

"Kami juga akan bertemu dengan perbankan dan dunia usaha yang banyak bergerak dalam devisa, untuk meyakinkan mereka bahwa stabilitas nilai tukar rupiah itu penting dan BI komitmen juga perlu dukungan mereka," ujarnya.

Secara keseluruhan, kata Perry, pelemahan nilai tukar rupiah utamanya selain dipicu oleh fak­tor eksternal, juga dipengaruhi oleh persepsi pelaku pasar, yang lebih disebabkan adanya misko­munikasi antara regulator dan pelaku usaha tersebut. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya