Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo (Bamsoet) memiliki banyak kenangan bersama wartawan senior, almarhum Derek Manangka.
Pengalaman itu menurut Bamsoet berawal saat dirinya masih menjadi wartawan di Koran Prioritas pada masa orde baru lalu.
Menurut Bamsoet, Derek saat itu menjabat sebagai Redaktur Pelaksana di perusahaan media milik Surya Paloh itu. Kepada semua bawahannya, Derek selalu berlaku tegas.
"Dia memang sebagai redaktur orangnya keras. Kita ini dulu wartawan-wartawan bimbingannya," kata Bamsoet mengisahkan usai memberikan penghormatan terakhir untuk Derek di Rumah Duka, Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan, Sabtu (26/5).
Bahkan kata Bamsoet tulisan yang dibuatnya pernah disobek oleh almarhum jika tidak bagus dan tidak sesuai dengan rapat redaksi. Hal ini, sambung Bamsoet menandakan ketegasan almarhum dalam mendidik junior.
"Kan masih pakai mesin ketik, kertas kadang kala belum dibaca udah robek-robek. Itu cara dia mendidik kita. Dia bilang, "apa ini berita!" Dibacapun enggak. Terus buat lagi, kerja keras lagi, dibaca lagi. lalu kemudian kalau tulisan saya dimuat, pagi-pagi waktu itu, "lu baca tulisan lu yang kemaren, ini hasil tulisan lu yang udah gua edit udah terbit, lu pelajarin", mendidiknya tinggi dia," urai Bamsoet.
Meski sangat tegas, Bamsoet menekankan bahwa Derek tetaplah orang yang sangat baik. Ketegasan Derek kata dia justru untuk kebaikannya.
"Saya juga masih inget dulu waktu diberikan penugasan untuk mengejar seseorang, yang orang itu menolak diwawancarai wartawan. Dan ceritanya kita disuruh mantau orang itu keluar. Enggak boleh kembali ke kantor kalau belum dapat (omongan) orang itu. Akhirnya saya begadang depan rumah itu orang sampai akhirnya orang itu nyerah, karena kasian sama saya kalo belum wawancara dia belum bisa balik ke kantor," ujar Bamsoet menceritakan kenangannya.
Yang tak kalah berkesan, lanjut politisi Partai Golkar ini, saat dirinya disuruh Derek untuk mencari tahu tentang keadaan ekonomi bangsa yang sudah "Lampu Kuning".
"Itu saya ditugasin konfirmasi menteri-materi bidang ekonomi yang lagi rapat di lapangan Banteng. Saya uber kesana satu pun ga ada yang bicara," imbuhnya.
Tak putus asa, Bamsoet pun berinisiatif untuk menunggu para menteri di depan toilet. Asumsinya, para menteri yang rapat di ruangan ber-AC selama berjam-jam nantinya pasti bakalan mondar-mandir ke toilet untuk buang air kecil. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Perkiraan Bamsoet tepat adanya. Selang beberapa jam, keluarlah Menteri Pariwisata ketika itu, Yoop Ave dari ruang rapat menuju toilet. Usai buang air kecil dan hendak kembali ke ruangan rapat, dia pun langsung mencegat sang menteri.
"Pak benar tuh udah lampu kuning ekonomi kita?" Tanya Bamsoet
"Ya itu yang sedang kita bicarakan," jawab Yoop Ave sembari berlalu dan kembali memasuki ruang rapat.
Mendengar jawaban singkat itu, Bamsoet pun langsung menelepon Derek Manangka.
"Langsung telepon, Bang Derek benar (ekonomi Indonesia lampu kuning). Udah itu aja. Mereka lagi bicarakan di dalam," imbuhnya.
Keesokan harinya, Koran Prioritas pun membuat berita headline dengan judul 'Ekonomi Indonesia Lampu Kuning'.
Nah, berita itulah yang menurut Bamsoet menyulut puncak kemarahan dari rezim Soeharto yang berakibat pada pembredelan Koran Prioritas secara habis-habisan.
"Itulah puncaknya Cendana waktu itu marah. Kita dibredel. Itu yang paling berkesan," demikian Bamsoet.
[nes]