Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
KAFIR dari bahasa Arab dari akar kata kafara-yakfuÂru berarti menutupi, menyeÂlubungi, dan mengingkari. Kemudian kata ini membenÂtuk kata kufr, yang sering diÂartikan perbuatan atau sikap mengingkari adanya TuÂhan; kafir yaitu orang yang mengingkari, dan makfur yaitu sesuatu yang diÂingkari keberadaannya. Kafir biasa dibedakan kepada beberapa jenis, yaitu kafir harbi, yaitu orang kafir yang mengganggu dan mengacau keselamatan Islam sehingga wajib diperangi; Kafir muahid, yaitu orang kafir yang telah menÂgadakan perjanjian damai dengan umat Islam bahwa mereka tidak akan menyerang atau berÂmusuhan dengan umat Islam selama perjanjiÂan berlaku; Kafir zimmi, yaitu orang kafir yang tunduk kepada pemerintahan Islam dengan keÂwajiban membayar pajak (jizyah) bagi mereka yang mampu. Apapun jenisnya, kafir tidak akan bisa mengantarkan yang bersangkutan untuk mikraj atau mendekat kepada Allah Swt.
Dalam disertasi Dr. Harifuddin Cawidu, kekaÂfiran (kufr) dibedakan pada tujuh bagian, yaitu: 1) Kufr inkari, yaitu kafir yang betul-betul mengÂingkari keberadaan Allah Swt dan rasul-Nya. 2) Kufr juhud, yaitu mungkin percaya adanya TuÂhan tetapi mengingkari ajaran-ajaran Allah swt sebagaimana diterangkan di dalam Al-Qur’an sunnah yang dibawa oleh rasul-Nya. 3) Kufr nifaq, yaitu percaya adanya Tuhan, nabi, dan ajaran-ajaran-Nya tetapi hanya sebatas daÂlam lidah, tidak disertai dengan keyakinan dan pengamalan ajaran. 4) Kufr syirik, yaitu percaÂya akan adanya Allah Swt dan rasul-Nya tetapi ia mempersekutukannya dengan sesuatu yang juga dianggap bisa memberikan pengaruh terÂhadap dirinya. 5) Kufr ni'mah, yaitu tidak menÂsyukuri nikmat yang diperoleh dari Tuhan dan menggunakan segala kenikmatan itu. 6) Kufr murtad, yaitu kembali menjadi murtad setelah ia beriman kepada Tuhan dan mengamalkan ajaran-ajaran-Nya. 7) Kufr Al- al-Kitab, yaitu non muslim yang percaya kepada Tuhan dan kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi-nabi- Nya.
Dengan demikian, konsep kufr dalam Al- Qur'an tidak hanya terbatas pada kufr inkari dan kufr juhud, sebagaimana difahami secara popular selama ini. Menarik untuk diperhatikan, orang yang ingkar terhadap nikmat, walaupun percaya kepada Tuhan dan Nabi tetapi tidak mensyukuri nikmat yang diberikan Allah kepaÂdanya namun ia tetap menggunakan dan meÂnikmati harta itu. Dasarnya ialah: "Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: Aku akan membawa singgasana itu kepaÂdamu sebelum matamu berkedip". Maka tatÂkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat- Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (Q.S. al-Naml/27:40). "Dan (inÂgatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S. Ibrahim/14:7).
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Senin, 08 Desember 2025 | 19:12
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00
Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03
Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02
UPDATE
Selasa, 16 Desember 2025 | 01:30
Selasa, 16 Desember 2025 | 01:22
Selasa, 16 Desember 2025 | 01:04
Selasa, 16 Desember 2025 | 00:38
Selasa, 16 Desember 2025 | 00:12
Selasa, 16 Desember 2025 | 00:06
Senin, 15 Desember 2025 | 23:34
Senin, 15 Desember 2025 | 23:34
Senin, 15 Desember 2025 | 23:10
Senin, 15 Desember 2025 | 23:07