Berita

Muhammad Sulton Fatoni/Net

Kemeriahan Masjid Di Bulan Ramadan

Tambahlah Alokasi Waktu Di Masjid, Efisienkan Aktivitas Di Pasar
JUMAT, 18 MEI 2018 | 06:40 WIB | OLEH: MUHAMMAD SULTON FATONI

MASYARAKAT sekitar kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama memenuhi masjid an-Nahdlah di malam pertama bulan Ramadhan untuk melaksanakan Salat Taraweh.

Shaff terisi penuh seperti pada tahun-tahun sebelumnya di mana shaff salat terisi penuh hingga hari terakhir Ramadhan. Mereka bahkan menuju masjid an-Nahdlah sejak pukul lima sore dan pulang pukul sembilan malam selepas salat taraweh.

Mereka kembali lagi ke masjid menjelang salat subuh tepatnya setelah makan sahur.


Sepanjang waktu tersebut mereka beraktivitas ibadah di masjid dalam suasana riang gembira mengikuti agenda ibadah yang telah disusun ta’mir masjid.

Suasana Ramadhan inilah yang semestinya dirasakan setiap umat Islam, bukan suasana Ramadhan yang mencekam. Ramadhan diisi dengan aktivitas ibadah sehingga meramaikan masjid. Mereka melatih diri untuk akrab dan enjoy dengan suasana masjid.

Masjid memang tempat yang sangat tepat untuk berlatih menjadi pribadi yang lebih baik sepanjang bulan Ramadhan.

Berlatih tepat waktu, berlatih menghormati sesama, belajar membaca Alqur’an, berlatih salat yang baik, latihan bersabar, peduli terhadap orang lain dan lainnya. Itulah kekuatan masjid terlebih di bulan Ramadhan.

Ulama Spanyol, Imam al-Qurthubi (1184-1272 M) mengatakan bahwa ulama tempo dulu telah mengajarkan kepada kita, “Jika kalian melihat seseorang beraktivitas ibadah di masjid maka berprasangka baiklah kepadanya.”

Melatih diri untuk menambah alokasi waktu untuk berada di masjid di bulan Ramadhan merupakan langkah yang tepat.

Keputusan itu secara otomatis membiasakan diri untuk mengurangi waktu berada di tempat-tempat yang biasanya terjadi transaksi.

Manusia selalu asik dengan aktivitas transaksi dan sering lupa waktu mengingat transaksi itu sudah menjadi bagian penting dari kepentingan duniawi.  Transaksi dianggap sesuatu yang vital karena mempunyai pengaruh ekonomi atas bisnis (Skousen, 2007).

Masjid tentu lebih mulia dari tempat-tempat yang sarat transaksi. Masjid adalah tempat kita bertransaksi dengan Tuhan sedang tempat lainnya sarat dengan transaksi kepentingan duniawi.

Karena itulah Rasulullah pernah mengingatkan bahwa Allah paling menyukai masjid dan sebaliknya membenci pasar. Apa salah pasar? Tidak ada yang salah.

Setiap orang mempunyai naluri membuat keputusan sesuai preferensi yang dimilikinya. Keputusan untuk memilih diantara beberapa pilihan alternatif sesuai dengan keinginannya. Pada konteks ini masjid dan pasar dijadikan simbol pilihan rasional.

Memilih mengalokasikan waktu diri di masjid, silahkan. Atau di pasar yang sarat transaksi, juga silakan. Namun Rasulullah sudah mengingatkan bahwa pilihan masjid paling disukai Tuhan dan sebaliknya Tuhan paling membenci memilih pasar.

Saya teringat waktu kecil saat di kampong. Kiai di kampung saya membuat agenda masjid yang padat sehingga masyarakat larut dalam ibadah di masjid. Pasar, mall dan sejenisnya menjadi sepi di sepanjang bulan Ramadhan.

Semua kembali ke masjid. Pasar dan pertokoan kembali ramai di malam takbiran atau hari terakhir bulan Ramadhan.

Pada malam menjelang salat Idul Fitri tersebut masyarakat memenuhi pasar, mall dan sejenisnya untuk kembali melakukan transaksi setelah sebulan penuh ditahan-tahan.

Membludaknya pengunjung pasar ini bukan wujud kegagalan ibadah Ramadhan namun akumulasi tertundanya kebutuhan sehari-hari dan pemenuhan kebutuhan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Selamat berlama-lama di masjid. [***]

 
Penulis adalah Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)


 

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Sisingamangaraja XII dan Cut Nya Dien Menangis Akibat Kerakusan dan Korupsi

Senin, 29 Desember 2025 | 00:13

Firman Tendry: Bongkar Rahasia OTT KPK di Pemkab Bekasi!

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:40

Aklamasi, Nasarudin Nakhoda Baru KAUMY

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:23

Bayang-bayang Resesi Global Menghantui Tahun 2026

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:05

Ridwan Kamil dan Gibran, Dua Orang Bermasalah yang Didukung Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:00

Prabowo Harus jadi Antitesa Jokowi jika Mau Dipercaya Rakyat

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:44

Nasarudin Terpilih Aklamasi sebagai Ketum KAUMY Periode 2025-2029

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:15

Pemberantasan Korupsi Cuma Simbolik Berbasis Politik Kekuasaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 21:40

Proyeksi 2026: Rupiah Tertekan, Konsumsi Masyarakat Melemah

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:45

Pertumbuhan Kredit Bank Mandiri Akhir Tahun Menguat, DPK Meningkat

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:28

Selengkapnya