Berita

Sri Mulyani/Net

Politik

Sri Mulyani: Takut Debat, Menteri “Batok Kelapa” Jatuhkan Wibawa Jokowi

SENIN, 07 MEI 2018 | 08:29 WIB | OLEH: GEDE SANDRA

SUDAH lewat sepuluh hari, sejak tantangan Presiden Jokowi kepada publik yang kritis terhadap utang pemerintah untuk beradu data dengan Menteri Keuangan direspon oleh ekonom senior Rizal Ramli (RR).

RR menyanggupi untuk beradu data dalam suatu debat terbuka dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani (SMI) asalkan disiarkan secara live oleh stasiun televisi.

Sejumlah stasiun televisi, media-media online, bahkan para tokoh, termasuk Ketua MPR Zulkifli Hasan, dan berbagai organisasi massa pun kemudian menawarkan diri menjadi penyelenggara debat antara RR dan SMI tersebut.

Tokoh dari kubu pendukung Jokowi seperti Ketua Umum PPP Romahurmuzy juga mendukung terjadinya debat tersebut, karena menurutnya dapat mencerdaskan publik. Dari kalangan oposisi, senada, mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier juga mendukung debat terselenggara agar soal utang ini terjelaskan kepada publik.  

Wakil Ketua DPR Fadli Zon bahkan lebih jauh lagi meramalkan, bahwa SMI pasti kalah dari RR bila debat terjadi. Dan masih banyak lagi dukungan para tokoh lain untuk terselenggaranya debat.

Sayangnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu), melalui humasnya menolak untuk mewujudkan debat terbuka ini dengan alasan SMI sibuk bekerja. Alasan sibuk juga dikemukakan para buzzer pembela SMI di media sosial untuk menghindari debat.

Yang tidak masuk akal, ada beberapa orang pendukung SMI yang menawarkan diri menggantikan berdebat dengan RR, meskipun kompetensi mereka dalam ilmu ekonomi makro meragukan.  Menkeu SMI sendiri, ketika ditanya awak media tentang peluang terjadinya debat ini, ia malah tersenyum, tidak menjawab apapun, dan kemudian berlalu. Kami sendiri tidak tahu apakah Presiden Jokowi sadar, bahwa tindakan SMI ini adalah pembangkangan terbuka terhadap dirinya.

Perlu diketahui  oleh Jokowi, ilmu ekonomi neo liberal yang dianut SMI (dan para mentor-gurunya, Berkeley Mafia) adalah juga pembangkangan terhadap cita-cita Bangsa Indonesia di Pembukaan UUD 1945. Karena ekonomi neo liberal yang diterapkan di Indonesia selama setengah abad terakhir (1967-2018) telah menyebabkan kesejahteraan rakyat Indonesia selalu tertinggal dari tetangga-tetangga di Asia (seperti Jepang, Singapura, Taiwan, Tiongkok, Malaysia dan sekarang Vietnam) dan menyebabkan ketimpangan pendapatan masyarakat Indonesia termasuk yang terburuk di dunia.

Posisi ideologis RR jelas, sebagai ekonom kerakyatan, dirinya menolak neo liberal berkuasa kembali di Indonesia (dan menentang siapapun ekonom yang berusaha langgengkan neo liberal, termasuk SMI) agar rakyat dapat meningkatkan kesejahteraan mengejar negara-negara tetangga dan merasakan pendapatan yang lebih adil dan merata.    

Tapi apapun itu, akibat dari keengganan SMI melayani RR beradu data,  maka tantangan (jualan) Jokowi sepuluh hari lalu menjadi kadaluwarsa. Alias tidak laku lagi. Artinya ke depannya, bila Presiden Jokowi menantang-nantang publik lagi di isu lain, orang dapat saja menganggap Jokowi tidak serius.

Dengan alasan, wong yang sebelumnya saja tidak konkret, masa kali ini mau kita seriusin. Bila sudah begini wibawa Presiden pun jatuh, ucapannya tidak lagi bertuah. Dan ini semua disebabkan oleh SMI, si “Menteri Batok Kelapa” (meminjam istilah Anwar Nasution yang belum lama ini menyindir SMI sebagai menteri yang hanya bermodal batok kelapa keliling dunia mencari utang). [***]


Penulis merupakan Peneliti Lingkar Studi Perjuangan (LSP)

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

Nyanyian Riza Chalid Penting Mengungkap Pejabat Serakah

Minggu, 09 Maret 2025 | 20:58

Polda Metro Didesak Segera Periksa Pemilik MNC Asia Holding Hary Tanoe

Minggu, 09 Maret 2025 | 18:30

UPDATE

Sinergi Infrastruktur dan Pertahanan Kunci Stabilitas Nasional

Senin, 10 Maret 2025 | 21:36

Indonesia-Vietnam Naikkan Level Hubungan ke Kemitraan Strategis Komprehensif

Senin, 10 Maret 2025 | 21:22

Mendagri Tekan Anggaran PSU Pilkada di Bawah Rp1 Triliun

Senin, 10 Maret 2025 | 21:02

Puji Panglima, Faizal Assegaf: Dikotomi Sipil-Militer Memang Selalu Picu Ketegangan

Senin, 10 Maret 2025 | 20:55

53 Sekolah Rakyat Dibangun, Pemerintah Matangkan Infrastruktur dan Kurikulum

Senin, 10 Maret 2025 | 20:48

PEPABRI Jamin Revisi UU TNI Tak Hidupkan Dwifungsi ABRI

Senin, 10 Maret 2025 | 20:45

Panglima TNI Tegaskan Prajurit Aktif di Jabatan Sipil Harus Mundur atau Pensiun

Senin, 10 Maret 2025 | 20:24

Kopdes Merah Putih Siap Berantas Kemiskinan Ekstrem

Senin, 10 Maret 2025 | 20:19

Menag Masih Pelajari Kasus Pelarangan Ibadah di Bandung

Senin, 10 Maret 2025 | 20:00

Airlangga dan Sekjen Partai Komunis Vietnam Hadiri High-Level Business Dialogue di Jakarta

Senin, 10 Maret 2025 | 19:59

Selengkapnya