Berita

Nasaruddin Umar/Net

Makna Spiritual Isra Miraj (18)

Hijab-hijab Salikin (1)

SENIN, 30 APRIL 2018 | 09:45 WIB | OLEH: NASARUDDIN UMAR

TIDAK mudah mendaki puncak. Semakin tinggi tingkat pencapaian se­makin sulit menyingkap tabir yang menghijab. Di antara kendala sa­lik untuk mendaki ke puncak perjalanan ialah adanya berbagai hijab yang harus ditembus. Dalam ilmu tasawuf dikenal ada dua hijab, yaitu hijab hitam (hijab dhulmani) dan hijab putih (hijab nurani). Keduanya sama bahayanya. Hijab hitam membutakan mata seperti dosa dan maksiat dilakukan anggota badan, seperti zina, membunuh, mencuri, ber­bohong, memfitnah, dll. Semakin besar dan semakin sering melakukan dosa dan maksiat semakin tebal hijab-hijab hitam yang melumuri nurani kita. Nabi pernah bersabda setiap kali seorang hamba melakukan dosa setiap itu pula bertambah bintik-bintik hitam melumuri hati nurani. Lama kelamaan mata batin menjadi buta, sehingga tidak mampu lagi melihat atau peduli kebenaran. Dalam hadis lain juga disebutkan: Seandainya bukan karena dosa dan maksiat melumuri hati anak cucu Adam maka ia akan melihat malaikat gen­tayangan di langit dan di bumi. Orang yang berlumuran dosa sulit bisa berharap akan mampu mendaki langit. Hijab hitam banyak dibahas di dalam kitab-kitab fikih.

Sedangkan hijab putih menyilaukan mata sehingga mata juga tidak melihat. Sedangkan hijab putih umumnya muncul karena dosa yang dilakukan oleh hati, jiwa, dan pikiran. Hijab putih lebih banyak diba­has di dalam kitab-kitab tasawuf. Contoh hijab putih ialah senang dan bangga menerima pujian, bahagia jika ia meraih popularitas, masih suka menyebut kebaji­kan walaupun beralasan menyebut nikmat dari Allah (tahadduts bi al-ni'mah). Dalam pembahasan ini akan lebih banyak dibahas hijab-hijab putih, karena bagi para salikin pada umumnya yang menjadi penghalang untuk sampai ke maqam puncak bukan lagi hijab-hijab hitam tetapi hijab-hijab putih.

Hijab putih terselip di dalam jiwa atau hati paling dalam atau di dalam relung-relung pikiran. Hijab putih bisa muncul dalam ben­tuk 'ujub, yaitu suatu sikap yang membang­gakan prestasi. Hijab putih sangat halus. Begitu halusnya maka terkadang tidak kelihatan atau tidak terasa sebagai sebuah hijab. Ibnu 'Athaillah pernah melukiskan hijab putih ini dalam salahsatu bait di da­lam kitabnya Al-Hikam: "Keinginanmu agar orang lain mengetahui keistimewaan yang ada pada dirimu menjadi bukti ketidaktu­lusan penghambaanmu." Jika seseorang menikmati pujian berarti menjadi bukti kurangnya keikhlasan. Para salik di papan atas jika dipuji ia bersedih karena yang paling pantas untuk dipuji hanya Allah Swt, sebagaimana ditegaskan di dalam surah Al-Fatihah: Al-hamdu lillahi Rabbil 'alamin (Segala puji hanya tertuju kepada Allah, Tuhan segenap Alam).


Hijab putih sering kali lebih lama bahkan lebih menjadi karakter bagi setiap orang. Hal ini disebabkan karena hijab-hijab putih tidak terasa sebagai sebuah dosa. Berbeda dengan hijab hitam yang sangat jelas se­bagai sebuah dosa. Bagi seseorang yang akan terjun ke dalam dunia salikin atau tasawuf seharusnya lebih sensitif terhadap dosa-dosa kecil, termasuk dosa yang pal­ing halus tersembunyi di dalam lubuk hati paling dalam.

Sesungguhnya jika kita melihat kenyataan, lebih banyak orang penting jatuh tersungkur bukan karena hijab-hijab hitam tetapi hijab-hijab putih. Jika hijab-hijab putih terakumulasi sedemikian rupa di dalam kalbu maka sesungguhnya orang itu sulit menemukan cahaya kebenaran. Biasanya orang hijab-hijab hitam lebih cepat dibersihkan daripada hijab-hijab putih. Hijab-hijab hitam kemungkinan be­sar banyak orang bisa mengingatkan dan menasehati kita. Tetapi hijab-hijab putih orang sulit memberi nasehat karena yang terlihat dari luar bagus tetapi mereka tidak menyaksikan apa yang ada di dalam. 

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

UPDATE

Denny Indrayana Ingatkan Konsekuensi Putusan MKMK dalam Kasus Arsul Sani

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:30

HAPPI Dorong Regulasi Sempadan Pantai Naik Jadi PP

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:22

Pembentukan Raperda Penyelenggaraan Pasar Libatkan Masyarakat

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:04

Ijazah Asli Jokowi Sama seperti Postingan Dian Sandi

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:38

Inovasi Jadi Kunci Hadapi Masalah Narkoba

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:12

DPR: Jangan Kasih Ruang Pelaku Ujaran Kebencian!

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:06

Korban Meninggal Banjir Sumatera Jadi 1.030 Jiwa, 206 Hilang

Senin, 15 Desember 2025 | 23:34

Bencana Sumatera, Telaah Konstitusi dan Sustainability

Senin, 15 Desember 2025 | 23:34

PB HMI Tegaskan Putusan PTUN terkait Suhartoyo Wajib Ditaati

Senin, 15 Desember 2025 | 23:10

Yaqut Cholil Masih Saja Diagendakan Diperiksa KPK

Senin, 15 Desember 2025 | 23:07

Selengkapnya