Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
TIDAK mudah mendaki puncak. Semakin tinggi tingkat pencapaian seÂmakin sulit menyingkap tabir yang menghijab. Di antara kendala saÂlik untuk mendaki ke puncak perjalanan ialah adanya berbagai hijab yang harus ditembus. Dalam ilmu tasawuf dikenal ada dua hijab, yaitu hijab hitam (hijab dhulmani) dan hijab putih (hijab nurani). Keduanya sama bahayanya. Hijab hitam membutakan mata seperti dosa dan maksiat dilakukan anggota badan, seperti zina, membunuh, mencuri, berÂbohong, memfitnah, dll. Semakin besar dan semakin sering melakukan dosa dan maksiat semakin tebal hijab-hijab hitam yang melumuri nurani kita. Nabi pernah bersabda setiap kali seorang hamba melakukan dosa setiap itu pula bertambah bintik-bintik hitam melumuri hati nurani. Lama kelamaan mata batin menjadi buta, sehingga tidak mampu lagi melihat atau peduli kebenaran. Dalam hadis lain juga disebutkan: Seandainya bukan karena dosa dan maksiat melumuri hati anak cucu Adam maka ia akan melihat malaikat genÂtayangan di langit dan di bumi. Orang yang berlumuran dosa sulit bisa berharap akan mampu mendaki langit. Hijab hitam banyak dibahas di dalam kitab-kitab fikih.
Sedangkan hijab putih menyilaukan mata sehingga mata juga tidak melihat. Sedangkan hijab putih umumnya muncul karena dosa yang dilakukan oleh hati, jiwa, dan pikiran. Hijab putih lebih banyak dibaÂhas di dalam kitab-kitab tasawuf. Contoh hijab putih ialah senang dan bangga menerima pujian, bahagia jika ia meraih popularitas, masih suka menyebut kebajiÂkan walaupun beralasan menyebut nikmat dari Allah (tahadduts bi al-ni'mah). Dalam pembahasan ini akan lebih banyak dibahas hijab-hijab putih, karena bagi para salikin pada umumnya yang menjadi penghalang untuk sampai ke maqam puncak bukan lagi hijab-hijab hitam tetapi hijab-hijab putih.
Hijab putih terselip di dalam jiwa atau hati paling dalam atau di dalam relung-relung pikiran. Hijab putih bisa muncul dalam benÂtuk 'ujub, yaitu suatu sikap yang membangÂgakan prestasi. Hijab putih sangat halus. Begitu halusnya maka terkadang tidak kelihatan atau tidak terasa sebagai sebuah hijab. Ibnu 'Athaillah pernah melukiskan hijab putih ini dalam salahsatu bait di daÂlam kitabnya Al-Hikam: "Keinginanmu agar orang lain mengetahui keistimewaan yang ada pada dirimu menjadi bukti ketidaktuÂlusan penghambaanmu." Jika seseorang menikmati pujian berarti menjadi bukti kurangnya keikhlasan. Para salik di papan atas jika dipuji ia bersedih karena yang paling pantas untuk dipuji hanya Allah Swt, sebagaimana ditegaskan di dalam surah Al-Fatihah: Al-hamdu lillahi Rabbil 'alamin (Segala puji hanya tertuju kepada Allah, Tuhan segenap Alam).
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Senin, 08 Desember 2025 | 19:12
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00
Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03
Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02
UPDATE
Selasa, 16 Desember 2025 | 01:30
Selasa, 16 Desember 2025 | 01:22
Selasa, 16 Desember 2025 | 01:04
Selasa, 16 Desember 2025 | 00:38
Selasa, 16 Desember 2025 | 00:12
Selasa, 16 Desember 2025 | 00:06
Senin, 15 Desember 2025 | 23:34
Senin, 15 Desember 2025 | 23:34
Senin, 15 Desember 2025 | 23:10
Senin, 15 Desember 2025 | 23:07