Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
PERBEDAAN mendasar antara Safar Awal dan Safar Tsani secara teoritis masih mudah dijelaskan dan diiÂdentifikasi dan dijelaskan. Namun pada Safar TsalÂits dan Safar Rabi' nanti semakin sulit diidentifikaÂsi dan dijelaskan. Seperti mencicipi manisnya teh, apakah terlalu manis, kurang manis, atau tidak manis, tidak bisa diÂjelaskan dengan narasi tetapi memerlukan peÂnyatuan antara subjek dan objek, yang dalam dunia epistimologi disebut dengan metode hudÂhuri, bukan lagi metode hushuli, yang masih menoleransi jarak antara subjek ilmu (ilmuan) dengan objek keilmuannya. Perbedaan antara keduanya dalam hal ini seperti yang dilukiskan oleh Ibnu Abbas bahwa golongan pertama suÂdah masuk kategori ashhab al-yamin dan al-muqarrabin.
Golongan Ashhab al-yamin dilukiskan dalam Q.S. al-Waqi'ah: Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan (ashhab al-yamin), maka kesÂelamatan bagimu karena kamu dari golongan kanan/Q.S. al-Waqi'ah/56:90-91. Sedangkan golongan al-Muqarrabin dilukiskan dalam surah yang sama: Adapun jika dia termasuk orang yang didekatkan kepada Allah (muqarrabin), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga kenikmatan/Q.S. al-Waqi'ah/56:88- 89. Golongan pertama digambarkan Ibn 'Arabi sebagai golongan yang masih mengonsumsi ‘minuman yang berisi campuran' (yamzaj lahum al-syarab mazjan). Sedangkan golongan kedua (al-muqarrabin) tidak lagi menggunakan kata ashhab (sahabat) tetapi langsung dikatakan al-muqarrabun (sahabat lebih dekat lagi). GolonÂgan ini digambarkan dengan pengonsumsi 'air murni tanpa campuran' (yasyrabun biha sharÂfan gair mamzujah).
Hubungannya dengan Allah Swt, salik di SaÂfar Awal masih dapat dikatakan longgar jika dibandingkan dengan safar-safar berikutnya karena masih membedakan antara yang sunÂnat dan fardlu. Mereka masih lebih memeÂrioritaskan idadah-ibadah wajib, baik dari segi kekhusyukan maupun dari segi pelaksanaan. Di samping itu, ibadah baginya masih sering dirasakan sebagai beban, belum dirasakan seÂbagai hobi, kesenangan, dan kebutuhan perÂmanen seperti para salik yang berada di safar lanjutan. Sedangkan salik di dalam Safar Tsani sudah tidak lagi membedakan antara ibadah-ibadah anjuran atau sunnat (nafilah), tetapi suÂdah perasaannya sama dengan ibadah-ibadah wajib lainnya. Jika mereka meninggalkan ibaÂdah-ibadah sunnat sama tersiksanya jika menÂinggalkan ibadah-ibadah wajib. Perasaannya ketika melaksanakan berbagai macam ibadah, sudah tidak ada lagi kesan wajib, yang dirasaÂkan sebagai keharusan. Dan mengisyaratkan adanya beban. Semua ibadah dinikmati sebaÂgi sebuah kebutuhan yang sangat indah dalam hidupnya.
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Senin, 08 Desember 2025 | 19:12
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00
Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03
Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02
UPDATE
Selasa, 16 Desember 2025 | 01:30
Selasa, 16 Desember 2025 | 01:22
Selasa, 16 Desember 2025 | 01:04
Selasa, 16 Desember 2025 | 00:38
Selasa, 16 Desember 2025 | 00:12
Selasa, 16 Desember 2025 | 00:06
Senin, 15 Desember 2025 | 23:34
Senin, 15 Desember 2025 | 23:34
Senin, 15 Desember 2025 | 23:10
Senin, 15 Desember 2025 | 23:07