Pengusaha Chairul Tanjung menegaskan, tidak ada dampak negatif pemilu terhadap ekonomi. Dia meyakini investasi di Indonesia menguntungkan. Diprediksi, perekonomian nasional justru tumbuh seusai pesta demokrasi digelar. Di saat itulah, iklim investasi sangat baik dan menguntungkan para investor.
"Saya akan berbagi cerita. JuÂjur saya lakukan banyak sekali investasi yang baru dimulai dua tahun terakhir, dan dilanjutkan di masa mendatang. Situasi politik bisa dikendalikan," cetus pria yang akrab disapa CT di Jakarta, kemarin.
Sekalipun begitu, "Si Anak Singkong" sedikit menyindir pelaku usaha asing yang cendÂerung berhati-hati berinvestasi. Bahkan sikap kehati-hatian, alias wait and see juga dilakukan pengusaha lokal. "Setelah pesta demokrasi digelar, ekonomi tumbuh dan saya akan dapat manfaat lebih daripada orang yang baru melakukan (investasi) saat perekonomian baru memÂbaik," katanya.
Ia menjelaskan, perbedaan pendapat merupakan hal wajar dalam politik. Apalagi elite di Indonesia sudah dewasa politik, sehingga gesekan satu dengan lainnya bisa dihindarkan dan tak berisiko terhadap perekonomian.
"Apakah kami saling bertengÂkar meski tak saling sepakat? Tidak. Jadi saya ingin sampaiÂkan jaminan ini secara pribadi bahwa pemilu tidak pengaruhi perekonomian. Mungkin saya satu-satunya pebisnis yang banÂyak investasi di proyek dalam jumlah besar, karena sangat percaya masa depan negeri ini," imbuhnya.
Bukan cuma itu, CT menyebut pemerintah tidak hanya menganÂdalkan Badan Usaha Milik NegÂara (BUMN) dalam membangun proyek infrastruktur. Presiden bahkan memberi jaminan bagi investor mempercepat proses perizinan.
Menurut dia, pembangunan infrastruktur butuh modal beÂsar. Jika hanya mengandalkan BUMN, dan pinjaman perbankÂan negara belum juga mampu membangun semua proyek yang direncanakan pemerintah.
"Infrastruktur butuh besar sekali dana dan komitmen jangka panjang. Untuk dapat uang tersebut dari BUMN dan perbankan untuk infrastruktur ternyata tak cukup, perlu campur tangan swasta dan investor asÂing," katanya.
Ia yakin, swasta dan perusahaan asing sangat berminat terlibat dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia. Tinggal kemudian realisasi dari minat tersebut yang harus disegerakan.
Dia mengatakan pemerintah memahami kondisi ini. Namun bagi mereka yang mau berinÂvestasi di Indonesia harus melaÂlui proses yang tidak sebentar.
CTmencontohkan, proses perusahaan asal Negeri Sakura,
Japan International Cooperation Agency (JICA) berinvestasi di Indonesia. "Mereka meneliti, melakukan studi, bahkan ranÂcangan terperinci. Setelah itu diskusi lagi dengan pemerintah untuk dilanjutkan uji kelayakanÂnya. Kemudian ini diberikan lagi ke pemerintah dan dirancang secara rinci lagi. Kemudian diberikan ke pemerintah untuk disetujui. Selanjutnya konstruksi dimulai. Ini makan waktu 30 tahun," tuturnya.
Pemerintah perlu memperÂtimbangkan kondisi ini di tenÂgah keinginan mempercepat pembangunan infrastruktur. "Ini komentar saya ya, hanya pastikan ini pendapat saya, saya nilai negara kita bukan negara kecil, negara kepulauan dan polulasi tersebar di mana-mana. Infrastruktur penting. Kita butuh banyak infrastruktur meningkatÂkan ekonomi dan sejahterakan masyarakat," ujarnya.
Omongan tersebut diungkapÂkan CT dalam seminar yang dihadiri delegasi dan pengusaha Hong Kong di bawah organisasi
Hong Kong Trade Development Council (HKTDC) maupun
Shanghai Federation of Industry and Commerce di bawah proÂgram Belt and Road Initiative. Delegasi ini terdiri dari 40 invesÂtor Hong Kong dan Tiongkok.
Ketua Umum Kadin Rosan Roeslani bilang, penandatanÂganan MoUantara HKTDC dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mendorong kerÂja sama investasi bisnis antara Indonesia dan China, melalui fasilitator Hong Kong.
"Meskipun ada kesulitan dan tantangan dalam perekonomian global, China terus berjalan dengan prakarsa
Belt and Road dalam empat tahun terakhir. KaÂdin tpercaya, itu akan memberikan keuntungan bersama," uturnya.
Rosan menilai, Hong Kong dan Indonesia memiliki hubunÂgan bilateral yang erat dan kuat dengan nilai bisnis dan perdaÂgangan yang tinggi. Berdasarkan data HKTDC, Indonesia adalah pasar ekspor terbesar ke-22 bagi Hong Kong. Total nilai ekspor mencapai 2,9 miliar dolar AS, naik 7,2 persen
year-on-year (YoY).
Komoditas ekspor utamanya antara lain peralatan dan suku cadang telekomunikasi (35,7 persen), kain berbahan rajutan (5,9 persen) dan komputer (4,5 persen). Pada periode yang sama, impor Hong Kong dari Indonesia tumbuh 8,8 persen jadi 2,5 miliar dolar AS.
Ia menyebutkan, terkait hubungan bilateral Indonesia-Hong Kong pada 2016, wilayah otonomi khusus China itu juga merupakan investor terbesar keÂempat di Tanah Air, yakni senilai 2,2 miliar dolar AS. ***