Berita

Foto/Net

Nusantara

Tarif LRT Dibikin Murah Dong

Biar Pengendara Pribadi Mau Jadi Penumpang
SELASA, 24 APRIL 2018 | 09:46 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Tarif Light Rail Transit (LRT) Jakarta yang mulai berop­erasi Agustus mendatang diharapkan dibuat dengan harga murah supaya pengendara pribadi berpindah ke angkutan umum tersebut.

Kalau keberadaan LRT tidak mampu menarik minat pengen­dara pribadi menjadi penump­angnya, maka upaya mengu­rangi kemacetan Jakarta tidak akan berhasil.

Pengamat transportasi Yayat Supriyatna berpendapat, masalah penetapan tarif transportasi massal seperti MRT dan LRT harus dikem­balikan ke niat awal pemerintah un­tuk membangun proyek itu, yakni pelayanan atau motif bisnis.


"Bila tujuannya pelayanan, dalam penetapan tarifnya pemer­intah harus memberikan subsidi PSO, tentu dengan perjanjian standar pelayanan minimum yang ditentukan dengan ketat," jelas Yayat.

Selain itu, lanjutnya, agar moda transportasi massal bisa berjalan baik dan mencapai target penumpang untuk bisa mencapai harga keekonomian, pemerintah juga perlu melaku­kan traffic demand management seperti pemberlakuan jalan ber­bayar dan menaikkan tarif jalan tol guna mendorong masyarakat beralih ke moda transportasi massal.

Wakil Ketua DPRD DKI Ja­karta Mohamad Taufik mengata­kan, pihaknya hingga kini masih menunggu laporan perhitungan mengenai tarif tiket LRT dari PT Jakarta Propertindo (Jakpro).

Pihaknya segera membahas tarif tiket LRT bersama PT Jak­pro dan instansi terkait. "Nanti kita akan bahas. Penetapan tarif ini tidak bisa sembarangan. Kita masih nunggu laporan soal tarif untuk dibahas," ujarnya.

Taufik mengaku belum da­pat menentukan berapa besaran harga tiket yang ideal untuk transportasi LRT. "Saya belum bisa kasih tanggapan. Kita akan bahas dulu," tandasnya.

Sementara itu, PT Jakpro belum membahas subsidi untuk tarif kereta LRT Jakarta yang di­targetkan beroperasi saat Asian Games 2018. Direktur Utama PT Jakpro, Satya Heragandhi men­gatakan, tarif yang ditawarkan masih disesuaikan dengan stan­dar pelayanan kereta tersebut.

"Sekarang masih di angka Rp 10.000, belum disubsidi. Satu gerbong berkapasitas 270 penumpang, kalau berdiri padat kayak LRT Jepang bisa 300-an orang," katanya.

Penetapan tarif itu, kata dia, nantinya juga harus dikonsulta­sikan terlebih dahulu oleh DPRD DKI Jakarta.

Hingga saat ini Jakpro masih mengebut pembangunan kon­struksi proyek yang bakal jadi sarana transportasi penunjang Asian Games di Jakarta. Progres terakhir pembangunannya sudah di atas 70 persen.

Jumat pekan lalu, dua gerbong lokomotif LRT tiba di Depo Kelapa Gading, Jakarta Utara. Saat ini, gerbong tersebut tengah masuk dalam proses teknis yang membutuhkan waktu sekitar dua-empat minggu untuk kesiapan tes lebih lanjut oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

"Pertengahan Mei atau awal Juni, Kemenhub bisa masuk untuk lakukan sertifikasi. Kami berharap selesai dalam waktu paling lambat empat minggu. Sehingga Juli bisa dioperasi­kan," imbuhnya.

Sambil mempersiapkan op­erasional LRT, perusahaan pelat merah itu juga masih menunggu masukan dari DPRD DKI Jakarta yang sebelumnya membentuk panitia khusus (Pansus) untuk mengevaluasi pembangunan fase II (Velodrome-Kelapa Gading).

Selain itu, PT Jakpro juga masih mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang te­lah di rekrut sejak awal Januari 2018. Beberapa karyawan terse­but, ujar Satya, telah dikirim ke Korea serta mengikuti pelatihan di beberapa training centre di Indonesia agar dapat mengop­erasikan LRT sesuai prosedur.

Mengenai tarif LRT itu, akhir tahun lalu pernah dibahas di Kementerian Perhubungan. Terdapat 3 usulan tarif, yakni Rp 10.000, Rp 12.000, dan Rp 15.000. Untuk sementara ini tarif yang dianggap paling ideal untuk LRT Jabodetabek adalah Rp 12.000 per orang.

Alasannya bikin murah Su­paya pengendara pribadi banyak orang beralih ke transportasi umum.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan, hingga kini pihaknya masih terus mengkaji tarif LRT. "Jadi Rp 12.000 itu baru kira-kira. Bisa aja nanti kemahalan, nanti kita akan survei lagi. Kita akan laku­kan survei berapa kemampuan masyarakat, sehingga nantinya kita dapat menemukan angka," katanya.  ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Pramono Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pemutihan Ijazah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:44

Jangan Dibenturkan, Mendes Yandri: BUM Desa dan Kopdes Harus Saling Membesarkan

Senin, 22 Desember 2025 | 17:42

ASPEK Datangi Satgas PKH Kejagung, Teriakkan Ancaman Bencana di Kepri

Senin, 22 Desember 2025 | 17:38

Menlu Sugiono Hadiri Pertemuan Khusus ASEAN Bahas Konflik Thailand-Kamboja

Senin, 22 Desember 2025 | 17:26

Sejak Lama PKB Usul Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:24

Ketua KPK: Memberantas Korupsi Tidak Pernah Mudah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:10

Ekspansi Pemukiman Israel Meluas di Tepi Barat

Senin, 22 Desember 2025 | 17:09

Menkop Dorong Koperasi Peternak Pangalengan Berbasis Teknologi Terintegrasi

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

PKS Kaji Usulan Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

Selengkapnya