Tarif Light Rail Transit (LRT) Jakarta yang mulai beropÂerasi Agustus mendatang diharapkan dibuat dengan harga murah supaya pengendara pribadi berpindah ke angkutan umum tersebut.
Kalau keberadaan LRT tidak mampu menarik minat pengenÂdara pribadi menjadi penumpÂangnya, maka upaya menguÂrangi kemacetan Jakarta tidak akan berhasil.
Pengamat transportasi Yayat Supriyatna berpendapat, masalah penetapan tarif transportasi massal seperti MRT dan LRT harus dikemÂbalikan ke niat awal pemerintah unÂtuk membangun proyek itu, yakni pelayanan atau motif bisnis.
"Bila tujuannya pelayanan, dalam penetapan tarifnya pemerÂintah harus memberikan subsidi PSO, tentu dengan perjanjian standar pelayanan minimum yang ditentukan dengan ketat," jelas Yayat.
Selain itu, lanjutnya, agar moda transportasi massal bisa berjalan baik dan mencapai target penumpang untuk bisa mencapai harga keekonomian, pemerintah juga perlu melakuÂkan
traffic demand management seperti pemberlakuan jalan berÂbayar dan menaikkan tarif jalan tol guna mendorong masyarakat beralih ke moda transportasi massal.
Wakil Ketua DPRD DKI JaÂkarta Mohamad Taufik mengataÂkan, pihaknya hingga kini masih menunggu laporan perhitungan mengenai tarif tiket LRT dari PT Jakarta Propertindo (Jakpro).
Pihaknya segera membahas tarif tiket LRT bersama PT JakÂpro dan instansi terkait. "Nanti kita akan bahas. Penetapan tarif ini tidak bisa sembarangan. Kita masih nunggu laporan soal tarif untuk dibahas," ujarnya.
Taufik mengaku belum daÂpat menentukan berapa besaran harga tiket yang ideal untuk transportasi LRT. "Saya belum bisa kasih tanggapan. Kita akan bahas dulu," tandasnya.
Sementara itu, PT Jakpro belum membahas subsidi untuk tarif kereta LRT Jakarta yang diÂtargetkan beroperasi saat Asian Games 2018. Direktur Utama PT Jakpro, Satya Heragandhi menÂgatakan, tarif yang ditawarkan masih disesuaikan dengan stanÂdar pelayanan kereta tersebut.
"Sekarang masih di angka Rp 10.000, belum disubsidi. Satu gerbong berkapasitas 270 penumpang, kalau berdiri padat kayak LRT Jepang bisa 300-an orang," katanya.
Penetapan tarif itu, kata dia, nantinya juga harus dikonsultaÂsikan terlebih dahulu oleh DPRD DKI Jakarta.
Hingga saat ini Jakpro masih mengebut pembangunan konÂstruksi proyek yang bakal jadi sarana transportasi penunjang Asian Games di Jakarta. Progres terakhir pembangunannya sudah di atas 70 persen.
Jumat pekan lalu, dua gerbong lokomotif LRT tiba di Depo Kelapa Gading, Jakarta Utara. Saat ini, gerbong tersebut tengah masuk dalam proses teknis yang membutuhkan waktu sekitar dua-empat minggu untuk kesiapan tes lebih lanjut oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
"Pertengahan Mei atau awal Juni, Kemenhub bisa masuk untuk lakukan sertifikasi. Kami berharap selesai dalam waktu paling lambat empat minggu. Sehingga Juli bisa dioperasiÂkan," imbuhnya.
Sambil mempersiapkan opÂerasional LRT, perusahaan pelat merah itu juga masih menunggu masukan dari DPRD DKI Jakarta yang sebelumnya membentuk panitia khusus (Pansus) untuk mengevaluasi pembangunan fase II (Velodrome-Kelapa Gading).
Selain itu, PT Jakpro juga masih mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang teÂlah di rekrut sejak awal Januari 2018. Beberapa karyawan terseÂbut, ujar Satya, telah dikirim ke Korea serta mengikuti pelatihan di beberapa training centre di Indonesia agar dapat mengopÂerasikan LRT sesuai prosedur.
Mengenai tarif LRT itu, akhir tahun lalu pernah dibahas di Kementerian Perhubungan. Terdapat 3 usulan tarif, yakni Rp 10.000, Rp 12.000, dan Rp 15.000. Untuk sementara ini tarif yang dianggap paling ideal untuk LRT Jabodetabek adalah Rp 12.000 per orang.
Alasannya bikin murah SuÂpaya pengendara pribadi banyak orang beralih ke transportasi umum.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan, hingga kini pihaknya masih terus mengkaji tarif LRT. "Jadi Rp 12.000 itu baru kira-kira. Bisa aja nanti kemahalan, nanti kita akan survei lagi. Kita akan lakuÂkan survei berapa kemampuan masyarakat, sehingga nantinya kita dapat menemukan angka," katanya. ***