Dua bulan pertama, bisnis kartu kredit kurang bergairah. Ini terlihat dari data volume transaksi kartu kredit yang turun di Februari 2018. Apakah ini pertanda bisnis kartu gesek melambat tahun ini?
Berdasarkan data alat pembayaran menggunakan kartu Bank Indonesia (APMK BI), volume transaksi kartu kredit pada Februari 2018 tercatat 25,11 juta kali, lebih rendah dibanding volume transaksi Januari 2018 sebesar 28,97 juta kali. Artinya, jika dihitung sejak awal tahun hingga Februari 2018, volume transaksi hanya 54,08 juta.
Tak hanya volume kartu, nilai transaksi kartu kredit Februari 2018 juga anjlok 17 persen menÂjadi Rp 21,66 triliun dari Januari 2018 sebesar Rp 26,15 triliun. Bahkan, nilai transaksi bulanan itu menjadi nilai transaksi paling rendah sejak Juli 2016.
Ditanya soal ini, General Manager Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) Steve Marta, merasa tidak aneh. Ia bahkan mengklaim, hal itu siklus yang kerap terjadi.
"Penggunaan kartu kredit itu ada
cycle-nya. Namun, saya akui penurunan kali ini lebih besar ketimbang tahun-tahun sebelumÂnya. Tapi saya belum bisa disimÂpulkan secara pasti. Tahun ini sepÂertinya masih stabil saja," tuturnya kepada
Rakyat Merdeka. Steve melihat, penurunan jumÂlah dan nilai transaksi kartu kredÂit sedikit banyaknya disebabkan rencana Direktorat Jenderal PaÂjak, yang mewajibkan pelaporan data nasabah kartu kredit.
"Sebenarnya, aturan menarik data nasabah kartu kredit dari penyelenggara kartu kredit sebeÂnarnya bukan hal yang baru. Sejak akhir Mei 2016, kewajiban itu sudah berlaku, hanya saja sempat ditunda karena program amnesti pajak," ucapnya.
Meski begitu, Steve bilang industri tak perlu takut berlebiÂhan. Sebab, biasanya transaksi akan kembali naik setelah masuk musim liburan dan usai hari raya keagamaan. Kenaikan transaksi mulai terjadi pada April.
"Bisa saja (kenaikan), karena di Mei, Juni, atau kuartal II- 2018 menjadi pick up terbesar kartu kredit. Itu karena, kartu kredit sering digunakan untuk berbelanja kebutuhan dan untuk liburan seperti hotel dan tiket pesawat," imbuh Steve.
Menanggapi ini, Direktur Konsumer PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan mengatakan, tahun ini pihaknya optimistis terjadi peningkatan pengguna kartu kreditnya.
CIMB Niaga mematok kenaiÂkan hingga 20 persen atau total sekitar 480 ribu pengguna kartu kredit. Saat ini, pengguna kartu kredit CIMB Niaga capai 2,4 juta, dengan portofolio pembiÂayaan sebesar Rp 8,15 triliun.
"Walau penyaluran kredit melamÂbat di kuartal Itahun ini, tapi kami optimistis dapat mencapai angka pertumbuhan, baik jumlah maupun nilainya, naik sampai 20 persen. Tapi memang, di kuartal Ibelum beÂgitu baik. Kita berharap, di pertenÂgahan bulan ini naik," kata Lani saat ditemui
Rakyat Merdeka. Lani mengakui, untuk menÂcapai target itu, perlu dilakukan segala upaya agar bisa tercapai. Salah satu yang dilakukan CIMB Niaga adalah dengan mengÂgandeng PT JCB International Indonesia dan
Indosat Ooredoo Card. Kartu kredit ini hadir denÂgan prinsipal JCB Platinum.
"Penerbitan kartu kredit ini sejalan dengan strategi perseÂroan untuk menggarap segmen generasi milenial. Itu sekaligus membuat transaksi sehari-hari menjadi lebih cepat, sederhana, nyaman, serta memberikan soluÂsi keuangan lewat fasilitas kartu kredit," tuturnya.
Sementara bagi Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Santoso Liem, transaksi yang tuÂrun di Februari 2018 dikarenakan jumlah hari yang lebih sedikit ketimbang Januari 2018. Dengan kata lain, fenomena penurunan masih dalam kategori normal.
"Cukup wajar jika transaksi Februari lebih kecil dari JanuÂari. Biasanya setelah liburan memang akan ada pengurangan spending," jawabnya singkat.
Di tahun Anjing Tanah ini, bank swasta nomor satu tersebut yakin pertumbuhan kartu kredit akan positif. Jumlah nasabah diprediksi tumbuh 8-10 persen dan penjualan 10-15 persen. "Untuk mencapai target kita berusaha untuk mengeÂtahui kebutuhan nasabah. Kami menyediakan produk-produk yang tepat," imbuh dia. ***