Berita

Foto/Net

Bisnis

Perbankan Syariah Ngarep Biayai Proyek Infrastruktur

Genjot Pangsa Pasar Jadi 6 Persen
JUMAT, 20 APRIL 2018 | 09:37 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Tahun lalu market share bank syariah berhasil keluar dari jebakan 5 persen (five percent trap), atau tepatnya 5,78 persen. Namun angka tersebut masih di bawah Malaysia, yaitu sebesar 10 persen. Karena itu berbagai upaya perlu dilakukan, salah satunya optimalisasi produk akad.

Selama ini kelebihan transaksi keuangan yang dimiliki perbankan syariah adalah akad, yang merupakan perjanjian atau kesepakatan.

Ketua V Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Agustianto Mingka menjelaskan, sejauh ini akad atau perjanjian di bank syariah cukup banyak. Sayangnya belum semua masyarakat tahu bentuk perjanjian itu. Padahal jantung dari perbankan syariah adalah akad.


"Bisa dibilang, salah satu penopangnya adalah akad. Bagaimana akad yang benar dilakukan untuk bisa mengenalkan produk kepada masyarakat yang belum paham," ujarnya di acara workshop jurnalis bertajuk Meneropong Celah Bisnis Melalui Akad-Akad Di Perbankan Syariah di Jakarta.

Agustianto menyebut, ada beberapa bentuk akad. Pertama, yang paling banyak digunakan adalah akad murabahah atau akad yang berupa perjanjian jual beli antara bank dengan nasabah. Bank syariah membeli barang yang diperlukan nasabah, kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan, tentu dengan harga yang berbeda.

"Kalau di bank syariah, akad murabahah ini biasa digunakan di segmen kredit pemilikan rumah (KPR), multiguna maupun gadai emas. Akad ini yang cukup banyak digunakan nasabah," tuturnya.

Karenanya, akad murabahah telah menjadi andalan perbankan syariah. Bahkan akad ini pun diatur dalam Undang-Undang, Peraturan Bank Indonesia (PBI) maupun Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan hampir semua sudah difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).

"Namun sekarang, bagaimana caranya agar industri mampu mengembangkannya dan mengambil peluang dari penggunaan akad ini, menggenjot literasi perbankan syariah, sehingga berimplikasi pada market share yang diharapkan terus tumbuh. Bahkan diharapkan bisa naik hingga 6 persen tahun ini," katanya.

Dan dalam perkembangannya, Agustianto mengakui, salah satu akad di bank syariah sangat memungkinkan untuk membiayai proyek infrastruktur, yang saat ini tengah digenjot pemerintah. Baik yang berupa sindikasi ataupun non sindikasi.

Ia pun menyebut, akad ijarah (sewa inden) misalnya. Akad ini banyak digunakan oleh perusahaan BUMN dalam mengambil proyek infrastruktur.

"Misalnya PT Garuda ingin tambah pesawat. Melalui perjanjian akad ijarah, bank syariah bisa menyewa pesawat dan mesin saat pesawat sedang dibuat oleh vendor, dengan status penyewaan kepada Garuda. Pada kinerja Garuda, hal itu tidak dimasukkan ke dalam utang, sehingga kinerja perusahaan menjadi lebih baik. Nah ini salah satu keunggulan bank syariah dibanding bank konvensional," terangnya.

Agustianto menegaskan, pada dasarnya, segala bentuk kegiatan kontrak apa saja hukumnya dibebaskan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.

"Diperbolehkan melakukan inovasi akad-akadnya asal sesuai aturan Islam. Bisa berubah tergantung perubahan zaman dan kondisi perkembangan bisnis. Hampir tak ada pembiayaan yang tak bisa dilakukan dengan akad dalam perbankan syariah," tuturnya.

Pemimpin Divisi Keuangan PT BNI Syariah Wahyu Avianto mengatakan, pembiayaan melalui akad murabahah memang yang paling banyak digunakan nasabah. Yang ada di BNI Syariah misalnya, pembiayaan melalui KPR Syariah Griya. Saat ini porsinya mencapai 44 persen dari total pembiayaan sebanyak Rp 23 triliun, atau setara Rp 10,3 triliun.

"Besarnya bisnis ini, tentu kami akan terus menggenjot pendapatan dari KPR Griya ini. Tahun ini kami berharap pembiayaan KPR Griya bisa mencapai 45-47 persen di 2018," ucapnya kepada Rakyat Merdeka.

Diakui Wahyu, pemahaman masyarakat terkait istilah-istilah yang digunakan bank syariah, masih menjadi kendala bagi perbankan syariah untuk meningkatkan market sharenya.

"Karenanya dibutuhkan sosialisasi yang terus menerus. Pemahaman terkait perbankan syariah khususnya akad-akad perbankan syariah," imbuhnya.

Lebih jauh, pengamat ekonomi syariah dari Karim Consulting Adiwarman Karim melihat, tak hanya masalah akad dalam transaksi perbankan syariah yang menjadi kendala mendongkrak market sharenya. Masih minimnya kontribusi bank syariah di proyek infastruktur juga, harus ditingkatkan. ***

Populer

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

Menhut Kebagian 688 Ribu Hektare Kawasan Hutan untuk Dipulihkan

Rabu, 24 Desember 2025 | 20:14

Jet Militer Libya Jatuh di Turki, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Tewas

Rabu, 24 Desember 2025 | 20:05

Profil Mayjen Primadi Saiful Sulun, Panglima Divif 2 Kostrad

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:46

Nutrisi Cegah Anemia Remaja, Gizigrow Komitmen Perkuat Edukasi

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:41

Banser dan Regu Pramuka Ikut Amankan Malam Natal di Katedral

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:33

Prabowo: Uang Sitaan Rp6,6 Triliun Bisa Dipakai Bangun 100 Ribu Huntap Korban Bencana

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:11

Satgas PKH Tagih Denda Rp2,34 Triliun dari 20 Perusahaan Sawit dan 1 Tambang

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:43

Daftar 13 Stafsus KSAD Usai Mutasi TNI Terbaru

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:36

Prabowo Apresiasi Kinerja Satgas PKH dan Kejaksaan Amankan Aset Negara

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:35

Jelang Malam Natal, Ruas Jalan Depan Katedral Padat

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:34

Selengkapnya