Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
MANUSIA satu-satunya makhluk eksistensialis, yang posisinya fluktuatif, bisa turun-naik martabat dan maqam-nya di sisi Tuhan. Karena itu manusia sesungÂguhnya selalu melakukan perjalanan spiritual. Dalam Al-Qur’an disebutkan: Dan sesungguhnya Kami jadiÂkan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakanÂnya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). MereÂka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereÂka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Q.S.al-A’raf/7:179). Dalam ayat lain dikatakan: "… sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya apa yang telah Allah wahyukan." (Q.S. al-Najm/53:3-12).
Kedua ayat di atas terdapat isyarat betapa pentingnya manusia melakukan perjalanan spiritual (spiritual journey) guna meningkatkan martabatnya. Perlunya anak manusia menemÂpuh perjalanan suci juga telah diisyaratkan daÂlam ayat: Maka apakah mereka tidak mengemÂbara di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu merÂeka dapat mendengar? Karena sesungguhÂnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (Q.S.al- Haj/22:46). Lebih tegas lagi disebutkan dalam ayat: Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunah Allah; karena itu mengemÂbaralah kalian di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendusÂtakan (rasul-rasul). (Q.S. Ali ‘Imran/3:137).
Begitu pentingnya memikirkan perjalanÂan spiritual ini maka Allah Swt mengingatkan kita dalam suatu kalimat bertanya: Maka ke manakah kalian akan pergi? Itu tiada lain hanÂyalah peringatan bagi semesta alam. (Q.S. al- Takwir/81:26-27). Ayat ini mengingatkan kita bahwa hidup ini sebuah pengembaraan, yaitu perjalanan untuk kembali ke pangkuannya (Inna lillah wa inna ilaihi raji’un). Di dalam meÂnempuh pengembaraan hidup ini, di dalam seÂtiap pengabdian dalam shalat kita selalu memÂbaca ayat dalam surah al-Fatihah, yang wajib dibaca pada setiap rakaat: Ihdinas shirath al-mustaqim, shirath al-ladzina an’amta ‘alaihim, gair al-magdhub 'alaihim waladh dhalin (TunÂjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat/Q.S. al-Fatihah/1:6-7).
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Senin, 08 Desember 2025 | 19:12
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00
Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03
Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02
UPDATE
Selasa, 16 Desember 2025 | 01:30
Selasa, 16 Desember 2025 | 01:22
Selasa, 16 Desember 2025 | 01:04
Selasa, 16 Desember 2025 | 00:38
Selasa, 16 Desember 2025 | 00:12
Selasa, 16 Desember 2025 | 00:06
Senin, 15 Desember 2025 | 23:34
Senin, 15 Desember 2025 | 23:34
Senin, 15 Desember 2025 | 23:10
Senin, 15 Desember 2025 | 23:07