Berita

Foto/Net

Bisnis

Daya Saing Tekstil Lokal Jalan Di Tempat

Harga Energi Masih Mahal
MINGGU, 15 APRIL 2018 | 10:38 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Pengusaha tekstil mengeluhkan masih tingginya harga energi, khususnya gas di Indonesia. Masalah ini pun membuat industri tekstil lokal kesulitan mengerek daya saing yang saat ini masih tertinggal dari negara Asia Tenggara lainnya.

Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ernovian G. Ismy mengatakan, meningkatnya daya saing industri tekstil lokal ada di tangan pemerintah. "Kebi­jakan yang tepat dari pemerintah jadi kunci naiknya daya saing industri kita," ujarnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Kebijakan yang diluncurkan pemerintah selama ini belum bisa meningkatkan daya saing industri tekstil. "Insentif me­mang ada. Tapi cek sekarang harga listrik, gas masih mahal tidak. Kalau masih mahal jangan harap daya saing kita maju,"  ungkapnya.


Menurutnya, industri tekstil lokal kesulitan mengerek daya saing karena kebutuhan energi memangkas biaya produksi cu­kup besar. "Cost produksi kita bisa habis untuk beli energi saja. Jadi kalau mau memberikan insentif di energi lebih tepat," katanya.

Ia menjelaskan, energi seperti listrik dan gas digunakan oleh industri tekstil untuk pemanas. Selama ini untuk pemenuhan kebutuhan gas, industri membeli langsung ke Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau ke peda­gang perantara.

"Dalam data terakhir yang kami punya harga gas rata-rata untuk industri tekstil 4,7 dolar AS. Di Filipina 5,43 dolar AS, sedangkan di Indonesia 9,3 dolar AS," tuturnya.

Ia mengatakan, untuk mem­buat produk tekstil Indonesia bersaing maka harga energi dibutuhkan minimal sama den­gan negara kawasan. "Kalau kebijakan premium bisa maka seharusnya gas sebagai energi yang digunakan oleh beragam industri juga bisa," katanya.

Ernovian menambahkan, harga gas sudah menjadi per­soalan menahun. Pemerintah juga dianggap telah memetakan masalah dan solusi. Namun, disayangkan harganya belum bisa turun.

"Kalau tidak bisa untuk in­dustri dimurahkan, serahkan semua gas yang ada untuk PLN sehingga akhirnya didapat harga energi yang murah," katanya.

Menurutnya, penggunaan gas sebagai energi juga akan men­ingkatkan nilai tawar produk Indonesia karena ramah ling­kungan.

Ketua Umum API Ade Sudra­jat mengatakan, dorongan dari pemerintah sangat dibutuhkan industri tekstil dalam negeri. Apalagi, tahun ini pelaku usaha tekstil lokal akan mendapatkan tantangan yang cukup berat untuk meningkatkan daya saing dengan negara lain.

"Seperti yang kita tahu, untuk tekstil kita bersaing ketat dengan Vietnam. Mereka sudah bisa masuk ke Eropa nol persen. Pasar kita bisa diambil alih,"  ujar Ade.

Salah satu cara yang bisa dilakukan pemerintah adalah meningkatkan produktivitas dan investasi-investasi baru di industri pertekstilan. Setelah itu, pemerintah segera berunding dengan pasar-pasar baru.

"Minimal pada 2020 kita harus berani menembus semua pasar di ASEAN. Anak muda Indonesia saat ini juga sudah mulai kreatif mengembangkan desain," tambah Ade.

Genjot SDM

Sebelumnya, Menteri Perin­dustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah terus meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) industri tekstil agar mampu men­guasai perkembangan teknologi digital. Hal ini juga diklaim bakal bisa menggenjot daya saing industri tekstil.

"Khusus untuk memasok ten­aga kerja di industri tekstil, kami memiliki Akademi Komunitas Tekstil Solo dan penyeleng­garaan Diklat 3in1 (pelatihan, sertifikasi kompetensi, dan pen­empatan kerja) untuk operator mesin garmen," ujarnya.

Selain itu, Kementerian Per­industrian (Kemenperin) juga gencar melaksanakan program pendidikan vokasi. "Pemerintah juga tengah membahas terkait perdagangan internasional, agar tarif bea masuk tekstil atau gar­men kita bisa di nol kan oleh negara lain," tegasnya.

Ia mencontohkan kerja sama dengan Australia melalui Com­prehensive Economic Partner­ship (CEPA) yang diharapkan bisa selesai tahun ini. "Kami yakin, kalau semua tarif sudah menjadi nol, ekspor tekstil atau garmen kita akan meningkat," papar Airlangga. ***

Populer

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

Menhut Kebagian 688 Ribu Hektare Kawasan Hutan untuk Dipulihkan

Rabu, 24 Desember 2025 | 20:14

Jet Militer Libya Jatuh di Turki, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Tewas

Rabu, 24 Desember 2025 | 20:05

Profil Mayjen Primadi Saiful Sulun, Panglima Divif 2 Kostrad

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:46

Nutrisi Cegah Anemia Remaja, Gizigrow Komitmen Perkuat Edukasi

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:41

Banser dan Regu Pramuka Ikut Amankan Malam Natal di Katedral

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:33

Prabowo: Uang Sitaan Rp6,6 Triliun Bisa Dipakai Bangun 100 Ribu Huntap Korban Bencana

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:11

Satgas PKH Tagih Denda Rp2,34 Triliun dari 20 Perusahaan Sawit dan 1 Tambang

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:43

Daftar 13 Stafsus KSAD Usai Mutasi TNI Terbaru

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:36

Prabowo Apresiasi Kinerja Satgas PKH dan Kejaksaan Amankan Aset Negara

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:35

Jelang Malam Natal, Ruas Jalan Depan Katedral Padat

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:34

Selengkapnya