Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
"MAHA Suci Allah, yang teÂlah memperjalankan hamÂba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang teÂlah Kami berkahi sekelilingÂnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha MendÂengar lagi Maha Melihat". (Q.S. al-Isra'/17:1).
Pertanyaan yang sering mengusik pikiran kita kenapa perjalanan spiritual dalam linÂtasan sejarah Islam hampir semuanya terjaÂdi di malam hari? Kenapa bukan di sing hari? Isra' Mi'raj sebagai perjalanan horizontal dari Baitullah, Mekkah ke Masjid Aqsha, Palestina, dan Mi'raj ialah perjalanan vertikal dari Masjid Aqsha ke Sidrat al-Muntaha. Perjalanan Isra' mungkin masih bisa dijelaskan dengan logiÂka dengan menghubungkannya dengan kenÂdaraan supersonic yang berkekuatan super cepat, namun Mi'raj hanya bisa didekati denÂgan iman. Mengapa Allah Swt memperjalankan hambanya di malam hari (lailan), bukan di siang hari (naharan). Dalam bahasa Arab kata lailah mempunyai beberapa makna. Ada makna literal berarti malam, lawan dari siang. Ada makna alegoris seperti gelap atau kegÂelapan, kesunyian, keheningan, dan kesyahÂduan; ada makna anagogis (spiritual) seperti kekhusyukan (khusyu'), kepasrahan (tawakÂkal), kedekatan (taqarrub) kepada Allah Swt.
Di dalam syair-syair klasik Arab, ungkapan lailah lebih banyak digunakan makna alegoris (majaz) ketimbang makna literalnya, seperti ungkapan syair seorang pengantin baru: Ya lalila thul, ya shubh qif (wahai malam bertamÂbah panjanglah, wahai subuh berhentilah). Kata lailah di dalam bait itu berarti kesyahÂduan, keindahan, kenikmatan, kehangatan, ketenangan, kerinduan, keakraban, sebaÂgaimana dirasakan oleh para pengantin baru, yang menyesali pendeknya malam. Dalam syair-syair sufistik juga lebih banyak meneÂkankan makna anagogis kata lailah. Para sufi lebih banyak menghabiskan waktu malamnya untuk mendaki (taraqqi) menuju Tuhan. MerÂeka berterima kasih kepada lailah (malam) yang selalu menemani kesendirian mereka. Perhatikan ungkapan Imam Syafi'i: Man thalÂab al-ula syahir al-layali (barang siapa yang mendambakan martabat utama banyaklah berjaga di waktu malam). Kata al-layali di sini berarti keakraban dan kerinduan antara hamÂba dan Tuhannya.
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Senin, 08 Desember 2025 | 19:12
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00
Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03
Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02
UPDATE
Selasa, 16 Desember 2025 | 01:30
Selasa, 16 Desember 2025 | 01:22
Selasa, 16 Desember 2025 | 01:04
Selasa, 16 Desember 2025 | 00:38
Selasa, 16 Desember 2025 | 00:12
Selasa, 16 Desember 2025 | 00:06
Senin, 15 Desember 2025 | 23:34
Senin, 15 Desember 2025 | 23:34
Senin, 15 Desember 2025 | 23:10
Senin, 15 Desember 2025 | 23:07