Tidak ada yang berbeda dengan suasana di Kampung Atas Air. Situasi kampung yang terletak bersebelahan dengan Kilang Balikpapan ini terlihat sama seperti hari-hari sebelumnya. Anak-anak berlarian sambil bermain, ibu-ibu berbincang di depan rumahnya, pedagang rumahan pun menggelar dagangan seperti biasa.
Pada 31 Maret 2018 lalu, warga kampung ini sempat geger karena mencium bau tidak enak dan membuat tidak nyaman. Bau tersebut, berasal dari rembesan minyak yang mengalir hingga ke area pemukiman. Maklum, sesuai namanya, seluruh area Kampung Atas Air memang berada di atas perairan. Begitu ada bau tidak enak dari air, seluruh kampung ikut menciumnya.
Namun seiring waktu, dampak ceceran minyak berkurang jauh. Bahkan sejak beberapa hari lalu, kondisi sudah sangat membaik. Hal ini terlihat dari aktivitas masyarakat yang sudah berjalan seperti biasa.
"Yah ini kan musibah. Yang penting sudah tertangani,†cerita Dian, seorang warga Margasari.
Penanganan ceceran minyak ini membutuhkan waktu dan tenaga dari berbagai pihak. Tak hanya petugas dari Pertamina, namun juga hampir semua warga bergotong royong memulihkan lingkungan tempat mereka tinggal.
"Kami berusaha sebaik mungkin, karena kami kan tinggal di sini sudah lama. Jadi ini sudah seperti milik kami juga,†ujar Rida, Lurah Margasari.
Salah satunya terlihat dari aksi gabungan petugas Pertamina dan warga dalam membersihkan sampah di kawasan Mangrove Margasari. Tanpa ragu mereka terjun ke sungai untuk membersihkan sampah yang banyak tersangkut di area Mangrove.
Dalam kegiatan tersebut, warga melakukan secara sukarela. Supinah, warga RT 10 Kelurahan Margasari, misalnya mengaku senang hati bergotong royong bersama Pertamina. Bukan semata-mata karena musibah ini berdampak terhadap lingkungan. Lebih dari itu, karena selama ini pun, jauh sebelum musibah, Pertamina memang menjaga hubungan baik dengan warga sekitar.
"Alhamdulillah Pertamina selama ini juga baik. Selalu mendukung warga. Apapun yang kita mohon, selalu disetujui Pertamina,†ungkapnya.
Menurut Plt. Walikota Balikpapan Rahmad Mas'ud, inisiatif warga menjaga lingkungan memang sudah lama terbangun.
"Saya melihat semua warga dari berbagai lapisan merasa bertanggung jawab memulihkan kondisi perairan Balikpapan, jadi mari tunjukkan tindakan nyata, jangan protes ada kerusakan lingkungan tapi tidak melakukan apa-apa,†terangnya.
Terkait itu pula, Rahmad meminta semua pihak untuk tetap menjaga sauna agar kondusif. "Biarkan pihak berwenang melakukan penyelidikan dan Pertamina segera melakukan langkah pemulihan khususnya di pemukiman masyarakat yang terdampak,†tambahnya.
Kebersamaan antara Pertamina dan warga, disikapi positif anggota Komisi IV DPR dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Hj. Kasriah.
Amatan dia, kebersamaan itu berdampak baik pada pemulihan lokasi.
"Bagus sekali ada inisiatif Pertamina, bersama lurah, RT dan seluruh masyarakat di Balikpapan Barat, khususnya di Margomulyo. Mereka menunjukkan kepedulian terhadap pencemaran akibat tumpahan minyak. Menurut saya, Pertamina juga sangat tanggap menyikapi musibah ini,†kata wanita yang terjun langsung menyaksikan gotong royong ini.
Kasriah bersyukur bahwa musibah tersebut cepat terkendali dan tidak membawa dampak lain yang lebih besar.
Untuk itu, harapan dia, Pertamina dapat terus menunjukkan kepedulian kepada warga yang terkena musibah. Tak kalah penting, dia juga berharap bahwa peristiwa ini menjadi catatan semua pihak, sehingga ke depan kejadian serupa tidak terulang kembali.
Hubungan baik antara Pertamina dan warga, akhirnya memang berbuah manis. Beberapa lokasi yang semula terkena ceceran minyak mulai bersih, termasuk hutan mangrove dan Teluk Balikpapan. Bahkan, sehari setelah aksi gotong royong, Pantai Balikpapan kembali dipadati wisawatan. Minggu, 8 April 2018, warga mendatangi hiburan pantai tersebut, seperti hari-hari biasa sebelum musibah terjadi.
Beginilah hidup para warga Kampung Atas Air, yang puluhan tahun hidup berdampingan dengan Kilang Balikpapan. Bertahun-tahun mereka hidup rukun dan damai, berdampingan dengan salah satu Objek Vital Nasional berkapasitas 260 ribu barel per hari tersebut. Dan ketika musibah datang, mereka sadar, bukan hal yang tepat untuk hanya berpangku tangan dan menyalahkan. Mereka memilih untuk turun langsung menyelesaikan masalah.
[sam]