Berita

Jaya Suprana/Net

Jaya Suprana

Kemelut Perang Tarif

SENIN, 02 APRIL 2018 | 06:15 WIB | LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO

SEJAK dahulu kala, saya senantiasa merasa curiga bahwa selalu ada yang kurang beres pada yang disebut kesepakatan perdagangan antar negara.

Dalam kesepakatan perdagangan antar insan saja, sudah sangat tidak mudah ditemukan titik temu yang dirasa benar-benar adil bagi kedua belah pihak yang menjalin kesepakatan.

Tidak Adil



Selalu rawan timbul perasaan bahwa pihak lain lebih diuntungkan, sementara pihak diri sendiri terasa lebih dirugikan. Kesepakatan perdagangan yang jelas tidak adil adalah kesepakatan perdagangan yang dijalin VOC dengan Nusantara, di mana VOC memperoleh hak monopoli atas hasil bumi Nusantara sementara pihak Nusantara sama sekali tidak memiliki hak monopoli atas perdagangan VOC.

Namun dengan acungan bedil, VOC memaksakan kesepakatan perdagangan yang jelas tidak adil bagi Nusantara. Di masa kini, saya pribadi merasa Singapura dengan jumlah konsumen terkecil adalah pihak yang paling diuntungkan dalam jalinan kesepakatan dagang negara-negara ASEAN, sementara Indonesia dengan jumlah konsumen terbesar paling dirugikan.

Fakta tak terbantahkan adalah defisit perdagangan niscaya hadir di arena perdagangan antar negara. Tentu saja perasaan saya dianggap subyektif oleh para ahli ekonomi terutama yang menganut paham pasar bebas, namun apabolehbuat memang itulah yang saya sebagai warga bangsa Indonesia curigakan terhadap apa yang disebut sebagai kesepakatan perdagangan antar negara.

China Versus AS


Kecurigaan subyektif pribadi saya kembali terbukti benar pada kemelut perang tarif antara Amerika Serikat melawan RRChina. Pemerintah RRChina mengancam akan meningkatkan tarif senilai sekitar 3 miliar dolar Amerika Serikat apabila China dan USA gagal menjalin perdamaian dalam persengketaan masalah tarif impor masing-masing negara.

Ancaman RRChina merupakan pembalasan terhadap ancaman USA akan meningkatkan tarif impor baja dan aluminium yang merupakan ekspor utama RRChina ke USA.

Namun ancaman RRChina makin menjadi-jadi setelah Donald Trump sesumbar akan memaksakan paket peningkatan sekitar senilai 60 miliar dolar AS terhadap produk-produk buatan RRChina yang merajalela menguasai pasar dalam negeri USA jamanow.

Kementerian Perdagangan RRChina menyatakan diri sedang membuat daftar 128 produk USA yang dianggap layak ditingkatkan tarifnya apabila Trump terus menerus menabuh genderang perang tarif. Direncanakan bahwa RRChina akan meningkatkan tarif 25 persen terhadap impor babi dan produk alumunium terolah dari Amerika Serikat. Sementara produk lain seperti buah segar dan anggur akan “hanya” ditingkatkan 15 persen saja.

Perang tarif USA-China itu membuktikan bahwa kecurigaan saya pribadi bahwa kesepakatan dagang internasional pada hakikatnya rapuh keadilan adalah benar adanya.

Namun yang lebih parah adalah perang tarif antara dua negara raksasa ekonomi akan berdampak buruk pula terhadap perdagangan secara keseluruhan di planet bumi. Ibarat ketika dua gajah bertarung maka yang menjadi korban adalah para pelanduk di tengah medan pertarungan. [***]

Penulis adalah pembelajar geopolitik ekonomi perdagangan internasional


Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya