Berita

Foto/Net

Bisnis

Penurunan Tarif Tol Jadi Obat Sembuhkan Daya Beli

Tekan Biaya Logistik & Naikkan Iklim Investasi
SENIN, 26 MARET 2018 | 09:14 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Kebijakan pemerintah menurunkan tarif tol mendapatkan sambutan positif. Langkah ini bisa menjadi obat untuk mengatasi lesunya daya beli masyarakat.

Ekonom Institute for De­velopment of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhis­tira menilai, penurunan tarif tol cukup strategis. "Penurunan tarif tol bisa menjadi angin segar bagi perekonomian nasional. Ini bisa menjadi obat untuk mengatasi lesunya daya beli masyarakat," kata Bhima kepada Rakyat Merdeka, pada akhir pekan.

Bhima menerangkan, selama ini biaya logistik cukup mahal. Nilainya mencapai 15 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Biaya logistik yang mahal sangat membebani pengusaha. Akibatnya, harga ko­moditas tidak stabil dan akhirnya mempengaruhi daya beli.


Sementara itu, lanjut Bhima, saat ini ada fakta beberapa pem­bangunan ruas tol selama ini be­lum bisa menekan angka logis­tik. Sebab truk angkutan logistik lebih pilih jalan non tol karena tarif tol terlalu mahal. "Penu­runan tarif tol otomatis bisa membuat inflasi yang disumbang sektor transportasi bisa lebih terjaga," paparnya.

Bhima menuturkan, selain penurunan tarif, efisiensi logistik juga didapatkan dari penurunan biaya lain seperti pungli yang kerap terjadi di jalan non tol.

Bhima berharap, kebijakan bisa segera direalisasikan. Se­hingga manfaatnya bisa segera dirasakan masyarakat. Penu­runan tarif tol akan membantu menjaga harga pangan men­jelang bulan suci Ramadan. "Kontribusi inflasi pada bulan Ramadan biasanya tinggi. Ke­bijakan penurunan tarif tol kita harapkan membuat inflasi lebih rendah," katanya.

Pengusaha truk juga menyam­but baik kebijakan penurunan tarif tol. Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Kyatmaja Lookman mengapresiasi langkah pemerintah tersebut.

"Kebijakan itu akan mengu­rangi kerusakan jalan yang ada di jalur pantai utara Jawa (Pan­tura)," kata Kyatmaja.

Dia mengakui, banyak truk selama ini tidak menggunakan jalan tol karena tarifnya sangat mahal. Misalnya, untuk kendaraan golongan IV dan V tujuan Jakarta-Surabaya. Dengan tarif Rp 2.000 per km. Maka, tarif yang diperlukan bisa lebih dari Rp 1 juta. "Masa biaya ongkos­nya lebih mahal daripada biaya solar, ini kan lucu. Seharusnya kan lebih murah dari biaya bahan bakar," cetusnya.

Kyatmaja menambahkan, penurunan tarif tol juga men­dukung iklim investasi menjadi lebih kompetitif. "Seperti dike­tahui saat ini kan pembangunan infrastruktur di mana-mana ter­masuk jalan tol. Jangan sampai ketika infrastruktur sudah jadi tidak ada yang lewatin karena tarif yang mahal, kan kasian investornya," cetusnya.

Sementara itu, pengamat transportasi Djoko Setijowarno memiliki pandangan lain. Dia menilai, penurunan tarif be­lum tentu mendorong sopir truk memilih jalan tol. Sebab masalahnya bukan hanya soal tarif tetapi ada faktor lain yang bikin truk tidak memakai jalan tol. "Untuk masuk tol kan truk banyak persyaratannya, jadi bu­kan sekadar tarif," kata Djoko.

Djoko mengatakan, jika tu­juannya untuk menekan biaya logistik, penurunan truk harus benar-benar efektif, bila perlu digratiskan. Namun demikian, penegakan hukum harus dilak­sanakan dengan tegas seperti ke­cepatan angkutan logistik mini­mal 40 kilo meter /jam, batasan muatan, dan lain-lainnya.

"Sanksi tegas harus disiapkan. Yang melanggar harus dikena­kan denda setinggi tingginya," pungkasnya.

Sebelumnya, Presiden Jokowi menyampaikan penurunan tol akan segera direalisasikan dalam waktu dekat ini. Dia mengaku, bersama para menteri terkait su­dah mendapatkan hitungannya. Presiden memproyeksi penu­runan tarif tol bisa mencapai 30 persen. Sementara itu, untuk kompensasi untuk para investor, pemerintah akan memberikan insentif dan memperpanjang konsensi kerja sama pengelolaan jalan tol. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Pakar Tawarkan Framework Komunikasi Pemerintah soal Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:32

Gotong Royong Perbaiki Jembatan

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:12

UU Perampasan Aset jadi Formula Penghitungan Kerugian Ekologis

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:58

Peresmian KRI Prabu Siliwangi-321 Wujudkan Modernisasi Alutsista

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:39

IPB University Gandeng Musim Mas Lakukan Perbaikan Infrastruktur

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:14

Merger Energi Fusi Perusahaan Donald Trump Libatkan Investor NIHI Rote

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:52

Sidang Parlemen Turki Ricuh saat Bahas Anggaran Negara

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:30

Tunjuk Uang Sitaan

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:14

Ini Pesan SBY Buat Pemerintah soal Rehabilitasi Daerah Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:55

Meneguhkan Kembali Jati Diri Prajurit Penjaga Ibukota

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:30

Selengkapnya