Berita

Politik

The Former Republic

MINGGU, 25 MARET 2018 | 22:28 WIB | OLEH: ZENG WEI JIAN

It is not about the fiction. Penulis "Ghost Fleet" menyebut "the former Republic of Indonesia".

Dalam imaginasi Singer dan Cole, Indonesia dianggap insignifikans. Bukan world-class key players macam Amerika, China dan Rusia. A weak dying state. A peripheral nation. A dissolved country before the year 2030.

Proses kematian Uni Soviet bisa jadi referensi.


Di tahun 1920an, Soviet dipimpin Lenin, Joseph Stalin dan Leon Trotsky. Terlepas dari banyak kekurangan, tiga orang ini memegang prinsip ideologi komunis murni.

Nikita Khrushchev dipecat tahun 1963. Momentum itu triger perubahan fundamental. Dia adalah pemimpin terakhir yang mengalami pengkaderan 'original revolutionaries' secara langsung. Setelah eranya, pemimpin politbiro mulai menjauh dari prinsip-prinsip perjuangan generasi awal.

Komunis mulai korup. Sejak 1970an, elit partai semakin kaya dan berkuasa. Rakyat sengsara, pemimpin komunis naik mobil-mobil mewah buatan Jerman.

Stalin fokus meningkatakan kekuatan senjata militer. Kesejahteraan rakyat nomor sekian. Penerusnya melanjutkan policy ini. Tahun 1980an, rakyat mulai antri beli roti. Komunis terus berlomba adu-senjata dengan Amerika.

Sampai Mikhail Gorbachev merilis Perestroika dan Glasnost. Uni Soviet tak bisa diselamatkan. Dia mati. Faded away. Menjadi 'A dissolved country'.

Gorbachev ingin menginisiasi perubahan. Impiannya, Communist-capitalist blending. Seperti China modern.

Perubahan macam begini, plus "persepsi rakyat terhadap pemerintah yang lemah" adalah kata kunci bubarnya Uni Soviet pada tahun 1991.

'Glasnost' berarti freedom of speech. Selama puluhan tahun, kebebasan rakyat ditindas. Tiba-tiba dibuka. Rakyat melihat ini sebagai tanda rezim melemah. Mereka semakin berani melawan. Akhirnya, rezim benar-benar tumbang.

Di sisi lain, menangkapi kritikus dan oposisi jelas ciri-ciri rezim lemah. Donald Trump terlalu kuat dan mapan sehingga tidak pernah berpikir mengkriminalisasi freedom of speech. Padahal, setiap hari dia jadi target caci-maki, bully, hoax dan fitnah.

Sukarno dan Suharto adalah dua pemimpin yang mengalami masa revolusi. Pasca Pak Harto, kepemimpinan nasional terus merosot. Indonesia tidak lagi menjadi macan ASEAN. Utang bertumpuk-tumpuk. SBY adalah presiden terakhir yang sedikit-banyak merasakan perjuangan.

Jika spirit dan kohesi nasional tidak dikembalikan, saya kuatir sooner or later, Indonesia akan memudar.  [***]

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Komisi V DPR: Jika Pemerintah Kewalahan, Bencana Sumatera harus Dinaikkan jadi Bencana Nasional

Sabtu, 06 Desember 2025 | 12:14

Woman Empower Award 2025 Dorong Perempuan Mandiri dan UMKM Berkembang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 12:07

Harga Minyak Sentuh Level Tertinggi di Akhir Pekan

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:58

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:44

DPR: Jika Terbukti Ada Penerbangan Gelap, Bandara IMIP Harus Ditutup!

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:24

Banjir Aceh, Untungnya Masih Ada Harapan

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:14

Dana Asing Masuk RI Rp14,08 Triliun di Awal Desember 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:08

Mulai Turun, Intip Harga Emas Antam Hari Ini

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:03

Netflix Beli Studio dan Layanan Streaming Warner Bros 72 Miliar Dolar AS

Sabtu, 06 Desember 2025 | 10:43

Paramount Umumkan Tanggal Rilis Film Live-Action Kura-kura Ninja Terbaru

Sabtu, 06 Desember 2025 | 10:35

Selengkapnya