Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Retas Ratusan Situs Universitas, 10 Warga Iran Kena Sanksi AS

SABTU, 24 MARET 2018 | 06:29 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadap sebuah perusahaan Iran dan 10 individu Iran karena diduga melakukan serangan di dunia maya dengan mengincar ratusan situs universitas.

Perusahaan Iran yang dikenai sanksi itu adalah Institut Mabna. Perusahaan itu dituduh mencuri 31 terabyte kekayaan intelektual dan data berharga dari universitas.

Departemen Kehakiman Amerika Serikat mengatakan perusahaan meretas 320 universitas di seluruh dunia, lusinan perusahaan dan bagian dari pemerintah Amerika Serikat.


Sembilan dari 10 orang telah didakwa secara terpisah karena kejahatan terkait.

Dua pendiri dari Mabna Institute adalah di antara mereka yang dijatuhi sanksi dan aset mereka tunduk pada penyitaan Amerika Serikat.

"Para terdakwa ini sekarang buron keadilan," kata Wakil Jaksa Agung Amerika Serikat Rod Rosenstein dalam sebuah konferensi pers.

Mabna Institute sendiri didirikan pada tahun 2013, dan jaksa Amerika Serikat percaya bahwa itu dirancang untuk membantu organisasi penelitian Iran mencuri informasi.

Perusahaan itu dituduh melakukan serangan siber di 144 universitas Amerika Serikat, dan 176 universitas di 21 negara asing, termasuk Inggris, Jerman, Kanada, Israel dan Jepang.

Mereka menargetkan akun email lebih dari 100.000 profesor di seluruh dunia.

Otoritas AS menggambarkan konspirasi global sebagai salah satu sprees hacking terbesar yang disponsori negara untuk dituntut.

"Departemen Kehakiman akan secara agresif menyelidiki dan mengadili para pelaku yang bermusuhan yang berusaha mengambil keuntungan dari ide-ide Amerika dengan menginfiltrasi sistem komputer kami dan mencuri kekayaan intelektual," kata Rosenstein seperti dimuat BBC.

Rosenstein menambahkan bahwa banyak dari gangguan itu dilakukan atas perintah pemerintah Iran dan, khususnya, Korps Garda Revolusi Iran.

Para peretas juga menargetkan Departemen Tenaga Kerja AS, Komisi Pengaturan Energi Federal dan Perserikatan Bangsa-Bangsa. [mel]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya