Berita

Mahathir Mohamad/Net

Dunia

Mahathir Mohamad: Bisa Jadi Ada Pengambilalihan Jarak Jauh Dalam Kasus Hilangnya MH370

JUMAT, 23 MARET 2018 | 14:25 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan bahwa  pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 tahun 2014 lalu mungkin telah dibawa jauh dalam upaya untuk menggagalkan pembajakan.

Pernyataannya itu menghidupkan kembali salah satu dari banyak teori konspirasi seputar hilangnya pesawat nahas dengan 239 orang di dalamnya dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Beijing.

Tidak ada tanda-tanda jet Boeing 777 ditemukan dalam pencarian luas di Samudera Hindia selatan dan perburuan yang dipimpin Australia, yang terbesar dalam sejarah penerbangan, dihentikan pada awal tahun lalu.


Hanya tiga fragmen yang dikonfirmasi MH370 telah ditemukan, semuanya di pantai Samudera Hindia barat, termasuk bagian sayap dua meter yang dikenal sebagai flaperon.

Pencarian dimulai kembali pada bulan Januari, di daerah utara zona asli yang sekarang diyakini oleh para ilmuwan sebagai lokasi kecelakaan yang paling mungkin. Sebuah kapal penelitian swasta sedang menjelajahi dasar laut dan diberi otoritas oleh pemerintah Malaysia.

Mahathir mengatakan dia tidak percaya Kuala Lumpur terlibat dalam penyembunyian fakta. Namun dia meyakini bahwa pesawat mungkin saja diambil alih dari jarak jauh.

"Dilaporkan pada 2006 bahwa Boeing diberi lisensi untuk mengoperasikan pengambilalihan pesawat yang dibajak ketika terbang sehingga saya bertanya-tanya apakah itu yang terjadi atau tidak," kata Mahathir seperti dimuat Press TV.

"Sangat aneh bahwa sebuah pesawat tidak meninggalkan jejak sama sekali," tambahnya.

Dia menambahkan bahwa kapasitas serta teknologi untuk melakukan pelacakan jelas ada.

"Kau tahu betapa baiknya orang sekarang dengan mengoperasikan pesawat tanpa pilot. Bahkan pesawat tempur harus tanpa pilot. Beberapa teknologi bisa kita baca di media, tetapi banyak dari kepentingan militer tidak dipublikasikan," jelasnya.

Menurut laporan, Boeing pada tahun 2006 diberikan paten AS untuk sistem yang, setelah diaktifkan, dapat mengendalikan pesawat komersial dari pilot atau awak pesawat dalam hal terjadi pembajakan.

Tetapi tidak ada bukti yang pernah digunakan di pesawat karena masalah keamanan. [mel]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya