Berita

Foto/Net

Bisnis

BI Tahan Repo Rate 4,25 Persen

JUMAT, 23 MARET 2018 | 08:16 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Kemarin malam, suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate/FFR) naik sebe­sar 25 basis poin (bps), menjadi di kisaran 1,5 persen hingga 1,75 persen. Meski begitu, Bank Indonesia (BI) memutuskan tetap mempertahankan suku bunga acuan BI-Day Reverse Repo Rate (Repo Rate) di level 4,25 persen, suku bunga Deposit Facility (DF) tetap pada level 3,5 persen Lending Facil­ity (LF) pada level 5 persen. Kebijakan ini berlaku efektif sejak 23 Maret 2018.

Direktur Eksekutif Depar­temen Komunikasi BI Agus­man mengatakan, kebijakan tersebut konsisten dengan upaya menjaga stabilitas mak­roekonomi dan sistem keuan­gan, serta turut mendukung pe­mulihan ekonomi domestik.

BI, lanjut Agusman, meman­dang bahwa pelonggaran kebi­jakan moneter yang ditempuh sebelumnya tetap memadai untuk terus mendorong momen­tum pemulihan ekonomi domes­tik. Ke depan, Bank Indonesia tetap fokus menjaga stabilitas perekonomian yang menjadi landasan utama bagi terciptanya pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan.


"Tentunya sejumlah risiko tetap perlu diwaspadai, baik yang bersumber dari eksternal seperti peningkatan ketidak­pastian pasar keuangan global dan kecenderungan penerapan inward-oriented trade policy di sejumlah negara, maupun dari dalam negeri terkait kenaikan inflasi," katanya dalam konfer­ensi pers Rapat Dewan Guber­nur (RDG) BI pada 21-22 Maret 2018 di Jakarta, kemarin.

Selain itu, lanjut Agusman, BI akan terus mengoptimalkan bauran kebijakan moneter, makropruden­sial, dan sistem pembayaran untuk menjaga keseimbangan antara stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan dengan proses pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung, khususnya dengan memitigasi peningkatan risiko jangka pendek.

"BI juga semakin mem­perkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah, untuk men­jaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta pen­guatan pelaksanaan reformasi struktural," tuturnya.

Agusman lalu menyoroti per­tumbuhan ekonomi global 2018 yang diperkirakan meningkat, meski terdapat beberapa risiko yang perlu dicermati. Peningkatan pertumbuhan ekonomi global ber­sumber dari perbaikan ekonomi negara maju dan negara berkem­bang yang terus berlanjut.

Di negara maju, pertumbuhan ekonomi AS pada 2018 diper­kirakan lebih tinggi karena di­topang investasi dan konsumsi yang menguat seiring dampak stimulus fiskal. Kenaikan suku bunga FFR sebesar 25 bps pada 21 Maret 2018 sesuai dengan perkiraan Bank Indonesia.

"Ke depan, Bank Sentral juga memperkirakan proses normalisasi kebijakan moneter AS akan berlanjut dengan suku bunga FFR yang akan kem­bali meningkat. Sementara itu, ekonomi Eropa diprakirakan tumbuh lebih baik, didukung perbaikan ekspor dan kon­sumsi serta kebijakan moneter yang akomodatif," katanya.

Tak hanya itu, sejumlah risiko perekonomian global yang tetap perlu diwaspadai. Pertumbuhan ekonomi AS yang lebih tinggi dapat mendorong kemungki­nan kenaikan FFR yang lebih cepat dari perkiraan semula. Sementara itu, kecenderungan penerapan inward-oriented trade policy di sejumlah negara berpo­tensi menimbulkan retaliasi dari negara lain yang dapat menu­runkan volume perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia.

Ekonom dari Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhis­tira mengatakan, kebijakan me­nahan suku bunga acuan sebagai respons BI terhadap kenaikan The Fed telah diprediksi pasar.

Di sisi lain, kondisi ekonomi dalam negeri juga turut mendor­ong BI mempertahankan suku bunga acuannya. "Meski inflasi di Februari mulai mereda, namun harga beberapa bahan pangan masih akan tinggi hingga Lebaran pada Juni mendatang,"  ujarnya kepada Rakyat Merdeka.

Selain itu, kata Bhima, pele­mahan nilai tukar rupiah terh­adap dolar yang diakibatkan keluarnya modal asing dan defisit neraca perdagangan juga menjadi pertimbangan BI untuk menahan repo rate.

Tak jauh berbeda, Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, siny­al kuat BImenahan repo rate me­mang masih ada. Meskipun, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan melalui Federal Open Market Committee (FOMC).

"Pasar sudah lebih siap un­tuk kenaikan suku bunga The Fed sesuai ekspektasi pasar. Apalagi fundamental pereko­nomian Indonesia masih da­lam kondisi prima. Tercermin dari data ekonomi makro yang sesuai dengan target pemerin­tah," tukasnya. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Pakar Tawarkan Framework Komunikasi Pemerintah soal Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:32

Gotong Royong Perbaiki Jembatan

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:12

UU Perampasan Aset jadi Formula Penghitungan Kerugian Ekologis

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:58

Peresmian KRI Prabu Siliwangi-321 Wujudkan Modernisasi Alutsista

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:39

IPB University Gandeng Musim Mas Lakukan Perbaikan Infrastruktur

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:14

Merger Energi Fusi Perusahaan Donald Trump Libatkan Investor NIHI Rote

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:52

Sidang Parlemen Turki Ricuh saat Bahas Anggaran Negara

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:30

Tunjuk Uang Sitaan

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:14

Ini Pesan SBY Buat Pemerintah soal Rehabilitasi Daerah Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:55

Meneguhkan Kembali Jati Diri Prajurit Penjaga Ibukota

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:30

Selengkapnya